Batas maksimum asupan sianida yang aman dikonsumsi manusia adalah 10 mg 0.4 mmol dan dosis yang lebih tinggi meningkatkan kadar methaemoglobin
pada jaringan dan menimbulkan gejala keracunan Lundquist 1985. Adanya ensim rhodanese pada jaringan dan reaksi sulfan-sulfur asam amino mengandung
sulfur dari makanan akan mengkonversi sianida yang berlebihan menjadi tiosianat yang kurang toksik dan diekskresi melalui urin Rosling 1994.
Penelitian epidemiologi di kepulauan Maluku menemukan ada keterkaitan daerah endemik goiter dengan konsumsi tinggi makanan yang mengandung
tiosianat yang diiringi dengan rendahnya EIU Thaha et al. 2002. Walaupun demikian penghambatan terhadap transpor aktif iodium ke dalam kelenjar tiroid
hanya efektif bila kosentrasi iodium di dalam darah normal atau lebih rendah Wilson Foster 1992. Suplementasi iodium yang diberikan dalam jumlah yang
cukup dan teratur dapat mengatasi masalah hambatan transpor aktif tersebut Gaitan 1986.
4. Indikator GAKI
WHO 2001 merekomendasikan pengukuran berat atau ringan GAKI dengan menggunakan dua indikator yaitu indikator klinis dan biokimia. Indikator
klinis merupakan metoda non-invansive yaitu dengan mengukur pembesaran kelenjar tiroid dengan cara palpasi dan ultrasonografi. Indikator biokimia dengan
mengukur ekskresi iodium urin dan spesimen darah untuk menentukan tiroglobulin serta hormon tirotropin TSH darah. Walaupun tidak
direkomendasikan oleh WHO 2001, penentuan fungsi hormon tiroid sering dilakukan dalam diagnose GAKI.
a. Pengukuran pembesaran kelenjar tiroid . Cara palpasi mempunyai kelayakan lebih tinggi dari pada dengan cara
ultrasonografi. Pengukuran prevalensi gondok endemik dengan cara palpasi lebih mudah dan ekonomis serta hanya membutuhkan pelatihan yang khusus bagi
tenaga kesehatan. Cara ultrasonografi lebih mahal karena membutuhkan 1 set peralatan khusus lengkap dengan komputer dan tenaga yang terlatih untuk
mengoperasikan peralatan tersebut. Interpretasi hasil pengukuran pembesaran
kelenjar tiroid pada wanita hamil dilakukan secara hati-hati karena selama kehamilan terdapat pembesaran kelenjar tioid karena terjadi hiperplasia kelenjar
tiroid dan bertambahnya daerah vaskularisasi Cunningham et al. 1989.
b.Tiroglobulin Tiroglobulin yang dirilis kedalam sirkulasi merupakan indikator ketidak
cukupan asupan iodium. Asupan iodium yang rendah menyebabkan terjadi proliferasi sel tiroid yang menghasilkan hiperplasia dan hipertrofi. Keadaan ini
meningkatkan kadar serum tiroglobulin WHO 2001.
c. Ekskresi Iodium Urin EIU EIU merupakan indikator biokimia yang non invasive. EIU merupakan
marker yang baik untuk menentukan asupan iodium terkini WHOUnicefICCIDD 1993. Asupan iodium kemudian dicerna dan diabsorpsi
serta masuk kedalam peredaran darah dengan cepat. Sisa iodium yang tidak diabsorpsi diekskresikan terbanyak melalui urin dan sebagian kecil melalui
keringat, feses dan udara pernapasan yang dihembuskan Pernnington 1988. Ekskresi Iodium Urin individu sangat bervariasi dari hari ke hari bahkan dalam
sehari tergantung asupan iodium. Eksresi Iodium Urin yang dikumpulkan pagi hari cukup memadai untuk
pengukuran iodium pada populasi, sehingga tidak memerlukan contoh urin selama 24 jam WHO 2001. Nilai EIU biasanya tidak terdistribusi dengan normal
sehingga untuk menginterpretasikan nilai EIU populasi sebaiknya menggunakan median dari pada angka rerata WHOUNICEFICCIDD 1994. Distribusi EIU
dapat digunakan untuk menilai asupan iodium dan status iodium populasi. Indikator EIU juga dapat menilai tingkat endemik suatu daerah.
Pada Tabel 2 diuraikan bahwa kekurangan iodium ringan apabila asupan iodium dengan EIU dibawah 100
μgL, sedangkan kekurangan iodium sedang jika EIU dibawah 50
μgL. Kekurangan iodium berat apabila EIU dibawah 20 μgL. Status iodium optimal apabila median EIU 100-199
μgL. Median EIU 200-299 μgL dikategorikan status iodium berisiko menyebabkan iodine induced
hyperthyroidisim atau disebut dengan IIH. Asupan iodium berlebihan apabila
median EIU 300 μgL dan status iodium pada keadaan ini dapat menimbulkan
resiko yang buruk terhadap kesehatan dengan munculnya penyakit autoimun, penyakit tiroid atau iodine induced hyperthyroidism.
Tabel 2 Kriteria Secara Epidemiologi untuk Menilai Status Iodium berdasarkan Median EIU pada Anak Sekolah
Median UIE Asupan iodium Status iodium μgL
20 μgL Tidak cukup Kekurangan iodium berat
20 -49 μgL Tidak cukup Kekurangan iodium sedang
50-99 μgL Tidak cukup Kekurangan iodium ringan
100-199 μgL Cukup Optimal
200-299 μgL Lebih dari cukup Berisiko hipertiroid atau iodine induced
hyperthyroidism IIH dalam waktu 5-10 tahun setelah pemberian garam
beriodium pada golongan rawan. ≥ 300
μgL Berlebihan Berisiko terhadap kesehatan IIH, autoimun, penyakit tiroid
Sumber : WHO2001.
d. Hormon TSH Hormon TSH merupakan indikator terbaik untuk mendeteksi gejala
hipotiroid primer Greenspan Baxter 1995. Pemeriksaan GAKI dan monitoringnya pada masyarakat menggunakan pemeriksaan serum atau bercak
darah kering TSH bayi neonatal dan serum TSH dapat menentukan ketersediaan dan kecukupan dari hormon tiroid WHOUNICEFICCIDD1994. Kadar
hormon tiroid yang rendah pada kelenjar pituitari karena sintesis hormon tiroid yang berkurang merangsang pelepasan hormon TSH yang dapat dideteksi dalam
darah. Hormon TSH merangsang semua tahapan metabolisme iodida mulai dari peningkatan ambilan uptake iodida dari sirkulasi, transpor iodida hingga
peningkatan iodinasi tiroglobulin dan peningkatan sekresi hormon tiroid Greenspan Baxter 1995.
e. Fungsi hormon tiroid. Penentuan konsentrasi serum hormon tiroid tiroksin T4 dan triiodotironin T3
biasanya tidak direkomendasikan untuk memonitor GAKI pada populasi karena kedua uji tersebut sangat mahal dan merupakan indikator yang kurang sensitif
WHO 2001. Selain itu pemeriksaan serum T4 dan T3 pada ibu hamil ditemukan meningkat Harada 1979, sehingga interpretasi hasil uji T4 dan T3 menjadi bias
dalam menentukan uji fungsi tiroid pada ibu hamil. Perubahan yang mencolok selama kehamilan terjadi karena peningkatan protein transpor iodium yaitu Tiroid
Binding Globulin TBG, namun kadar hormon tiroid bebas atau free tiroksin FT4 dalam keadaan seimbang atau normal Greenspan Baxter 1995.
B. Pencernaan, Penyerapan dan Metabolisme Iodium 1. Sejarah Penemuan Iodium
Penemuan iodium dirintis oleh Bernard Courtois yang berasal dari Perancis pada tahun 1811. Profesinya sebagai pembuat bubuk mesiu yang digunakan dalam
perang saat itu mengantarkannya menemukan uap yang berwarna ungu. Uap ungu tersebut merupakan hasil isolasi dari rumput laut seaweed yang ditambahkan
asam sulfat yang berlebihan kemudian uap ungu tersebut dapat dikristalkan. Karena kekurangan dana maka temuannya lebih disempurnakan oleh koleganya
Charles Bernard Desormes 1777-1862; Joseph Louis Gay-Lussac 1778-1850 dan Andre-Marie Ampere 1775-1836 Wikipedia 2007.
Iodium berasal dari kata Yunani: iodes artinya violet; yang merupakan elemen kimia dengan simbol I, nomor atom 53 dan berat atom 127. Iodium
merupakan halogen seperti halogen lain brom, fluor dan iodium cenderung menerima elektron dan ada di alam sebagai ion negatif. Secara kimia iodium
kurang reaktif dibandingkan halogen lainnya Wikipedia 2007. Biasanya iodium berikatan dengan logam atau non logam yang membentuk iodida Wildman
Medeiros 2000.
2. Sumber Iodium dan Guna Iodium
Kadar iodium dari tanaman sangat tergantung kandungan iodida tanah dimana tanaman itu tumbuh atau tergantung pada pupuk yang digunakan.