Perbedaan Rata-Rata Kemampuan Literasi Matematika

nyata ke dalam masalah matematika dan menyusun strategi yang tepat untuk menjawab pertanyaan yang ada pada soal. Berdasarkan hasil tes dan wawancara teridentifikasi bahwa siswa paling banyak mengalami kesulitan pada soal bertipe PISA mulai level 3 dalam proses employing mulai dari kelompok sedang dan rendah. Sedangkan kelompok kelas atas mulai mengalami kesulitan pada level 4 dalam proses employing. Proses employing adalah proses inti di mana terlaksana proses merancang dan mengimplementasikan strategi untuk menentukan solusi matematika, menerapkan fakta, aturan logaritma, grafik, dan mengkronstruksi sera mengekstraksi informasi matematika. Kesulitan siswa dalam proses employing ini menyebabkan siswa banyak mengalami kesalahan pada saat process skill dan encoding. Menurut Depdiknas 2011, proporsi skor sub-sub komponen pada 3 proses yang diuji dalam studi PISA, proses employing memiliki skor tertinggi yaitu . Sedangkan proses formulating dan interpreting masing masing hanya . Sehingga proses employing adalah proses yang paling penting dalam penilaian studi PISA. Subjek hanya dapat menerapkan salah satu indikator dalam proses employing sehingga belum menunjukkan kemampuan proses employing dengan maksimal. Sedangkan pada proses literasi matematika formulating dan interpreting sudah dapat diterapkan dengan baik. Walaupun ada beberapa subjek belum menerapkan indikator pada proses formulating dan interpreting dengan keseluruhan. Berdasarkan hasil analisis kesulitan dan kesalahan dalam tes dan wawancara diperoleh kesimpulan bahwa kesulitan dan kesalahan yang dialami siswa dalam mengerjakan soal bertipe PISA disebabkan oleh beberapa faktor yaitu 1 siswa jarang mengerjakan soal berbentuk cerita realistik, 2 siswa hanya mengerjakan soal yang diajarkan oleh guru. Guru jarang memodifikasi soal lebih lanjut, 4 siswa belum dapat memahami soal dengan benar, 5 siswa mengalami kesulitan dalam mengubah masalah nyata ke bentuk matematika, 6 siswa kesulitan menerapkan konsep matematika untuk menyelesaikan masalah, 7 siswa belum terbiasa dengan soal serupa PISA yang memerlukan berpikir kritis dan peneyelesaikan yang kompleks dan sistematis, 8 siswa mudah menyerah saat mengerjakan soal yang mulai rumit.

4.3 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah pembagian waktu yang kurang efektif ketika pembelajaran dengan model PBL pendekatan RME berbantuan kartu masalah membutuhkan waktu yang lebih lama dalam pelaksanaan diskusi kelompok sehingga waktu untuk pengerjaan latihan soal individu menjadi berkurang. Keterbatasan lainnya dalam model pembelajaran PBL harus menghubungkan permasalahan matematika ke dalam masalah sehari-hari sehingga membutuhkan persiapan sebelum pembelajaran dan sesudah pembelajaran. Walaupun prosesnya sedikit kompleks dan tujuan yang sangat berperan dalam meningkatkan kemampuan literasi matematika. Sehingga peneliti merekomendasikaan saran untuk penelitian selanjutnya untuk meningkatkan kemampuan pengelolaan kelas dengan baik dan mempersiapkan pembelajaran dengan lebih baik. Terlepas dari kelemahan tersebut melalui penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran PBL pendekatan RME berbantuan kartu masalah dapat meningkatkan kemampuan literasi siswa kelas VII SMP Negeri 1 Selogiri dan dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran selanjutnya agar lebih inovatif karena memenuhi indikator analisis yaitu: 1 literasi matematika siswa dengan pembelajaran PBL pendekatan RME berbantuan kartu masalah dapat mencapai ketuntasan belajar, 2 literasi matematika siswa hasil post-test dengan penerapan pembelajaran PBL pendekatan RME berbantuan kartu masalah lebih baik dibandingkan dengan literasi matematika siswa dengan pembelajaran ekspositori, 3 peningkatan literasi matematika siswa berdasarkan selisih hasil pre-test dan post-test dengan penerapan PBL pendekatan RME berbantuan kartu masalah lebih baik dibandingkan dengan peningkatan kemampuan literasi dengan pembelajaran ekspositori, 4 kualitas pembelajaran PBL pendekatan RME berbantuan kartu masalah dikategorikan sangat baik.

Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI MODEL PBL DENGAN PENDEKATAN REALISTIK BERBANTUAN EDMODO UNTUK MENINGKATKAN LITERASI MATEMATIKA SISWA KELAS VII

11 101 392

Keefektivan Model Pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME) Berbantuan Kartu Masalah terhadap Kemampuan Menulis Matematik pada Materi Pokok Fungsi Kelas VIII Semester I MTs Negeri

0 11 140

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN REALISTICS MATHEMATICS EDUCATION (RME) DENGAN PEMECAHAN MASALAH DAN PENDEKATAN REALISTICS MATHEMATICS EDUCATION (RME) DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA

0 4 85

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR MATEMATIKA DENGAN STRATEGI REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) BERBASIS Peningkatan Keaktifan Belajar Matematika Dengan Strategi Realistic Mathematics Education (RME) Berbasis Tutor Teman Sebaya Bagi Siswa Kelas VII A SMP

0 2 17

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR MATEMATIKA DENGAN STRATEGI REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) BERBASIS Peningkatan Keaktifan Belajar Matematika Dengan Strategi Realistic Mathematics Education (RME) Berbasis Tutor Teman Sebaya Bagi Siswa Kelas VII A SMP

0 1 13

EFEKTIVITAS PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) DALAM PENINGKATAN KEMANDIRIAN DAN PEMAHAMAN Efektivitas Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Dalam Peningkatan Kemandirian Dan Pemahaman Konsep Belajar Matematika (PTK Pembelajaran

0 2 17

PENINGKATAN KEMANDIRIAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN STRATEGI REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) Peningkatan Kemandirian Dan Hasil Belajar Matematika Dengan Strategi Realistic Mathematics Education (RME) Bagi Siswa SMP N 3 Polanharjo Tahun 2012

0 1 17

PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATIon rme

1 0 12

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) DAN SELF-EFFICACY SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP

2 3 8

REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMP Lisna Nurani *) Abstrak - REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMP (lisna)

0 0 12