214
2.2 Alat Ukur Besi Putar
Alat ukur besi putar memiliki anatomi yang berbeda dengan kumparan putar. Sebuah belitan
kawat dengan rongga tabung untuk menghasilkan medan elektromagnetik Gambar 12.
Di dalam rongga tabung dipasang sirip besi yang dihubungkan dengan poros dan jarum penunjuk
skala meter. Jika arus melalui belitan kawat, timbul elektromagnetik dan sirip besi akan
bergerak mengikuti hukum tarik-menarik medan magnet.
Besarnya simpangan jarum dengan kuadrat arus yang melewati belitan skala meter bukan linear
tetapi jaraknya angka non-linear. Alat ukur besi putar sederhana bentuknya dancukup handal.
2.3 Pengukuran Tegangan DC
Pengukur tegangan voltmeter memiliki tahanan meter Rm Gambar 13. Tahanan dalam
meter juga menunjukkan kepekaan meter, disebut Ifsd full scale deflection arus yang diperlukan untuk
menggerakkan jarum meter pada skala penuh. Untuk menaikkan batas ukur voltmeter harus
dipasang tahanan seri sebesar RV.
Persamaan tahanan seri meter RV:
Rv = {n – 1} · Rm
Rv = Tahan seri meter Rm = Tahanan dalam meter
U = Tegangan Um = Tegangan meter
Im = Arus meter n = Faktor perkalian
Gambar 12. Prinsip Alat Ukur Besi Putar
Gambar 13. Tahanan seri Rv pada voltmeter
215 Contoh:
Pengukur tegangan voltmeter memiliki arus meter 0,6 mA dan tegangan meter 0,3 V. Voltmeter akan digunakan untuk mengukur tegangan 1,5 V. Hitung besarnya tahanan seri meter Rv.
Jawaban:
2.4 Pengukuran Arus DC
Pengukur arus listrik ampermeter memiliki keterbatasan untuk dapat mengukur arus, tahanan
dalam meter Rm membatasi kemampuan batas ukur. Menaikkan batas ukur dilakukan dengan memasang
tahanan paralel Rp dengan ampermeter Gambar 14. Tahanan Rp akan dialiri arus sebesar Ip, arus yang
melalui meter Rm sebesar Im.
Untuk menaikkan tahanan dalam meter, di depan tahanan meter Rm ditambahkan tahanan seri Rv.
Sehingga tahanan dalam meter yang baru Rm + Rv Gambar 15. Tahanan paralel Rp tetap dialiri arus Ip,
sedangkan arus yang melewati Rm + Rv sebesar Im. Persamaan tahanan paralel Rp:
Rp = Tahanan paralel U = Tegangan
I = Arus yang diukur Im = Arus melewati meter
Ip = Arus melewati tahanan paralel Rm = Tahanan dalam meter
Gambar 14. Tahanan Paralel Amperemeter
Gambar 15. Tahanan depan dan Paralel Amperemeter
216 Contoh:
Ampermeter dengan tah a a dala R = 1 Ω, arus ya g diizi ka elewati eter I = , A.
Ampermeter akan mengukur arus I = 6 mA. Hitung tahanan paralel Rp.
Secara praktis untuk mendapatkan batas ukur yang lebar dibuat menjadi tiga tingkatan Gambar 16. Batas ukur skala pertama, sakelar pada posisi 1 dipakai tahanan paralel Rp1. Batas ukur dengan skala
2 posisi sakelar 2 dipakai tahanan paralel Rp2. Batas ukur ketiga, posisi sakelar 3 dipakai tahanan paralel Rp3.
Dengan metode berbeda dengan tujuan memperluas batas ukur, dipakai tiga tahanan paralel Rp1, Rp2, dan Rp3 yang ketiganya disambung seri Gambar 17. Sakelar posisi 1, tahanan Rp1 + Rp2 + Rp3
paralel dengan rangkaian Rv + Rm. Sakelar posisi 2, tahanan Rp2 + Rp3 paralel dengan rangkaian Rp1 + Rv + Rm. Saat sakelar posisi 3, tahanan Rp3 paralel dengan rangkaian Rp1 + Rp2 + Rv + Rm.
Gambar 16. Batas ukur ampermeter Gambar 17.Penambahan batas ukur meter
217
DAFTAR PUSTAKA
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2014. Dasar dan Pengukuran Listrik. Jakarta.
Kismet Fadillah dkk. Ilmu Listrik. 1999. Bandung: Penerbit Angkasa.
218
PENGUKURAN
DAYA LISTRIK
DASAR DAN PENGUKURAN LISTRIK
Rudy Rachida
219
1. Pengukuran daya listrik 1.1 Pengukuran daya listrik 1 fasa
Pengukuran daya pada sistem arus balik dibedakan menjadi tiga jenis daya, yaitu: - Daya semu S yang diukur dalam satuan VA atau kVA
- Daya Aktif P yang diukur dalam satuan watt atau kW - Daya Reaktif Q yang diukur dalam satuan VAR atau kVAR
Hubungan antara ketiga daya tersebut dapat dijelaskan dengan mudah melalui segitiga daya, sebagai berikut:
Gambar 1 Diagram Segitiga Daya
Sesuai dengan Hukum Pitagoras, maka hubungan ketiga daya tersebut secara matematis dapat ditentukan sebagai berikut:
Cos α = Daya Aktif Daya Semu Si α = Daya Reaktif Daya Semu
Dari dua persamaan di atas dapat kita ubah menjadi : Daya Aktif
= Daya se u Cos α Daya Semu
= Daya Aktif Cos α Daya Reaktif
= Daya Se u Si α Jadi, jika dua parameter diketahui maka parameter lainnya dapat ditentukan. Bila daya semu diketahui
dan besar beda fasa antara daya aktif dan daya semu diketahui maka nilai daya aktifnya dapat ditentukan. Sebagai contoh, diketahui daya semu S = 50 kVA, dan sudut beda fasanya 60
busur, maka daya aktif: P = 50 kVA x cos 60
= 25 KW Contoh lain, diketahui daya semu S = 50 kVA, dan Daya Aktif P = 25 kW, maka daya reaktif kVAr
Pengukuran daya semu Q dapat dengan mudah dilakukan dengan mengukur tegangan dan arus yang ada pada suatu rangkaian arus bolak-balik seperti diperlihatkan pada gambar 2.
220
Gambar 2. Rangkaian Pengukuran Daya Semu S Langsung
1.2 Desain Wattmeter
Wattmeter adalah instrumen untuk mengukur daya aktif. Tersedia dalam dua bentuk yaitu analog dan digital. Daya aktif merupakan perkalian antara daya semu S yaitu perkalian tegangan V dan arus I
dan factor daya Cos α. Oleh kare a itu watt eter e pu yai dua ku para , yaitu ku para putar
untuk mendeteksi nilai tegangan dan kumparan statis untuk mendeteksi nilai arus yang diukur. Konstruksi Wattmeter seperti tersebut lazim disebut sebagai wattmeter tipe elektrodinamis atau
elektrodinamometer. Prinsip bergeraknya jarum berdasarkan prinsip berputarnya motor listrik. Gambar 3 memperlihatkan skematik diagram watt meter elektrodinamis.
Gambar 3. Diagram Skematik Wattmeter Elektrodinamis
Wattmeter elektrodinamis ini termasuk alat ukur presisi dan dapat digunakan pada jaringan arus searah dan arus bolak-balik.
221
Gambar 4. Konstruksi Elektrodinamis
Alat ukur elektrodinamis memiliki dua jenis belitan kawat, yaitu belitan kawat arus yang dipasang, dan belitan kawat tegangan sebagai kumparan putar terhubung dengan poros dan jarum penunjuk. Interaksi
medan magnet belitan arus danbelitan tegangan menghasilkan sudut penyimpangan jarum penunjuk sebanding dengan daya yang dipakai beban:
P = V · I · os θ Pemakaian alat ukur elektrodinamik sebagai pengukur daya listrik atau wattmeter.Untuk keperluan
pengukuran daya listrik maka penyambungan wattmeter dilakukan sebagai berikut:
Gambar 5. Rangkaian Pengukuran Daya Aktif dengan Wattmeter
222
Gambar 6. Wattmeter Standar
Mengenal Kesalahan Ukur pada Pengukuran Daya dengan Wattmeter Wattmeter elektrodinamis memiliki sepasang kumparan, yaitu kumparan arus dan kumparan
tegangan. Cara penyambungan kedua kumparan tersebut akan menentukan nilai kesalahan ukur yang
akan diperoleh. Untuk jelasnya perhatikan cara penyambungan wattmeter yang diperlihatkan pada gambar 7a dan 7.b.
Gambar 7. Penyambungan Wattmeter elektrodinamis Pada Gambar 7a, kumparan arus mendeteksi arus beban I + Iv , dan kumparan tegangannya mendeteksi
tegangan beban U. Akibatnya daya yang diukur wattmeter merupakan daya beban ditambah daya disipasi kumparan tegangan. Oleh karena itu cara ini sesuai untuk pengukuran arus besar.
Pada gambar 7.b, kumparan arus beban I , dan kumparan tegangannya mendeteksi tegangan beban U + Ua . Akibatnya daya yang diukur wattmeter merupakan daya beban ditambah daya disipasi
kumparan arus. Oleh karena itu cara ini sesuai untuk pengukuran arus kecil.
1.3 Pengukuran Daya Sistem Tiga Fasa