EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING(CTL) DAN PEMBELAJARAN LANGSUNG YANG BERBASIS ASSESSMENT FOR LEARNING
perpustakaan.uns.ac.id EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND digilib.uns.ac.id LEARNING (CTL) DAN PEMBELAJARAN LANGSUNG YANG BERBASIS
ASSESSMENT FOR LEARNING (AfL) DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
SISWA DITINJAU DARI TINGKAT KREATIVITAS SISWA
TESIS
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Guna Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun Oleh: SOFYAN MAHFUDY
NIM : S850809017
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
(2)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ii PERSETUJUAN
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DAN PEMBELAJARAN LANGSUNG YANG BERBASIS
ASSESSMENT FOR LEARNING (AfL) DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
SISWA DITINJAU DARI TINGKAT KREATIVITAS SISWA
Yang dipersiapkan dan disusun oleh:
SOFYAN MAHFUDY S850809017
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Pada tanggal: 4 April 2011
Pembimbing I,
Prof. Dr. Budiyono, M.Sc. NIP. 19530915 197903 1 003
Pembimbing II,
Drs. Sutrima, M.Si. NIP. 19661007 199302 1 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
Dr. H. Mardiyana, M.Si. NIP. 19660225 199302 1 002
(3)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
iii PENGESAHAN
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DAN PEMBELAJARAN LANGSUNG YANG BERBASIS
ASSESSMENT FOR LEARNING (AfL) DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
SISWA DITINJAU DARI TINGKAT KREATIVITAS SISWA
Yang dipersiapakan dan disusun oleh :
SOFYAN MAHFUDY S850809017
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada Tanggal, 28 April 2011
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat.
Susunan Dewan Penguji:
Jabatan
Ketua
Sekretaris
Anggota Penguji 1
2
Nama
Dr. Mardiyana, M.Si.
NIP.19660225 199302 1 002
Dr. Riyadi, M.Si.
NIP.19670116 199402 1 001
Prof. Dr. Budiyono, M.Sc. NIP. 19530915 197903 1 003
Drs. Sutrima, M.Si.
NIP. 19661007 199302 1 001
Tanda tangan ... ... ... ... Tanggal ... ... ... ... Mengetahui, Direktur Program Pascasarjana
Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D. NIP. 19570820 198503 1 004
Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
Dr. H. Mardiyana, M.Si. NIP. 19660225 199302 1 002
(4)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
iv PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : SOFYAN MAHFUDY
NIM : S850809017
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis yang berjudul “Eksperimentasi
Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dan Pembelajaran Langsung yang Berbasis Assessment for Learning (AFL) dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Ditinjau dari Tingkat Kreativitas Siswa” adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya sendiri dalam tesis
tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari
tesis tersebut.
Surakarta, April 2011
Yang membuat pernyataan,
(5)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
v MOTTO
“Sesungguhnya setelah ada kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu
menyelesaikan suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang
(6)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
vi PERSEMBAHAN
Bapak dan Ibuku
serta
(7)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
vii KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan innayah sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan
sebaik-baiknya. Tesis ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh
gelar Magister Program Studi Pendidikan Matematika.
Dari awal sampai akhir penulisan tesis ini, penulis banyak mendapatkan
bimbingan, arahan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu pada kesempatan
ini penulis menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan terimakasih yang
setulus-tulusnya kepada:
1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS., Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberi kesempatan pada penulis untuk menambah pengetahuan dan
wawasan.
2. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D., Direktur Program Pasca Sarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk menempuh studi di program Magister Pendidikan Matematika.
3. Dr. H. Mardiyana, M.Si., Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan
petunjuk, saran, dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
4. Prof. Dr. Budiyono, M.Sc., Pembimbing I yang telah memberikan pengarahan
dan bimbingan kepada penulis dengan penuh kesungguhan dan kesabaran hingga
(8)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
viii 5. Drs. Sutrima, M.Si., Pembimbing II yang telah memberikan pengarahan dan
bimbingan kepada penulis dengan penuh kesungguhan dan kesabaran hingga
penyusunan tesis ini selesai.
6. Bapak-Ibu dosen Program Pascasarjana Program Studi Pendidikan Matematika
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah membimbing dan mencurahkan
ilmu selama penulis menempuh di Program Pascasarjana.
7. Drs. Jangkung Haryanto, M.Pd., Kepala SMP Negeri 1 Grogol yang telah
memberikan ijin uji coba instrumen penelitian, serta ibu Uyung Widi
Rahayuningsih, S.Pd., M.Pd., dan bapak Kusumo Basuki, S.Pd., selaku guru mata
pelajaran matematika yang telah bersedia menjadi validator instrumen penelitian.
8. Prihatin Budi Rahayu, S.Pd., Kepala SMP Negeri 1 Kartasura yang telah
memberikan ijin penelitian, serta bapak Kristianto, I.H.S, S.Pd., selaku guru mata
pelajaran matematika yang telah membantu dalam penelitian.
9. Agung Cahyo Hartono, S.Pd., M.Pd., Kepala SMP Negeri 3 Grogol yang telah
memberikan ijin penelitian, serta bapak Sudiyono, S.Pd., selaku guru mata
pelajaran matematika yang telah membantu dalam penelitian.
10. Sri Pantini, S.Pd., Kepala SMP Negeri 1 Baki yang telah memberikan ijin
penelitian, serta bapak Rusman, S.Pd, selaku guru mata pelajaran matematika
yang telah membantu dalam penelitian.
11. Bapak dan Ibu tercinta serta adikku tersayang atas dukungan do’a, perhatian,
dorongan semangat dan motivasi serta segala sesuatu yang telah diberikan selama
(9)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ix 12. Sahabat terbaik Pendidikan Matematika PPs UNS’09 atas segala kebersamaan
dan kenangan yang takkan terlupakan. Selamat berjuang dan semoga sukses.
13. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini yang
tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.
Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Allah
SWT. Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya,
bagi dunia pendidikan dan pembaca pada umumnya.
Surakarta, April 2011
Penulis
(10)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
x Sofyan Mahfudy. S850809017. Eksperimentasi Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dan Pembelajaran Langsung yang Berbasis Assessment for Learning (AfL) Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Ditinjau dari Tingkat Kreativitas Siswa. Pembimbing I : Prof. Dr. Budiyono, M. Sc. Pembimbing II : Drs. Sutrima, M. Si. Tesis. Program studi Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Manakah di antara pendekatan pembelajaran yang dapat menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik, pendekatan pembelajaran CTL atau pembelajaran langsung yang berbasis pada AfL. (2) Manakah diantara kategori kreativitas siswa yang dapat memberikan prestasi belajar matematika lebih baik, kreativitas tinggi, kreativitas sedang atau kreativitas rendah. (3) Pada masing-masing pendekatan pembelajaran CTL dan pembelajaran langsung yang berbasis pada AfL, manakah di antara kategori kreativitas siswa yang dapat memberikan prestasi belajar matematika lebih baik, kreativitas tinggi, kreativitas sedang atau kreativitas rendah. (4) Pada masing-masing kategori kreati-vitas siswa, manakah di antara pendekatan pembelajaran yang dapat memberikan prestasi belajar matematika lebih baik, pendekatan pembelajaran CTL atau pembe-lajaran langsung yang berbasis pada AfL.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan desain faktorial 2 × 3. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri dalam wilayah Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 41 SMP. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan stratified cluster random sampling.
Sampel dalam penelitian ini berjumlah 211 responden yang terdiri dari kelompok eksperimen 1 (Pembelajaran CTL) yaitu: SMP Negeri 1 Kartasura kelas VIII A sebagai sekolah kategori tinggi yang terdiri dari 36 siswa, SMP Negeri 3 Grogol kelas VIII E sebagai sekolah kategori sedang yang terdiri dari 38 siswa, dan SMP Negeri 1 Baki kelas VIII D sebagai sekolah kategori rendah yang terdiri dari 33 siswa dan kelompok eksperimen 2 (Pembelajaran langsung yang berbasis AfL) yaitu: SMP Negeri 1 Kartasura kelas VIII B sebagai sekolah kategori tinggi yang terdiri dari 35 siswa, SMP Negeri 3 Grogol kelas VIII D sebagai sekolah kategori sedang yang terdiri dari 35 siswa, dan SMP Negeri 1 Baki kelas VIII E sebagai sekolah kategori rendah yang terdiri dari 34 siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi, tes, dan angket. Instrumen yang digunakan untuk mengum-pulkan data penelitian adalah instrumen tes prestasi belajar matematika yang terdiri dari 27 butir soal tes dan instrumen angket kreativitas siswa yang terdiri dari 39 butir angket. Sebelum digunakan untuk pengambilan data, instrumen tes dan instrumen angket diujicobakan terlebih dahulu. Penilaian validitas isi instrumen tes dan angket dilakukan oleh validator, reliabilitas tes diuji dengan rumus KR-20 dan reliabilitas angket diuji dengan rumus Alpha. Uji prasyarat analisis menggunakan uji Lilliefors untuk uji normalitas, uji Barlett untuk uji homogenitas, dan uji t untuk uji keseimbangan. Teknik analisis data menggunakan anava dua jalan dengan sel tak sama, dengan taraf signifikansi 0,05.
(11)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xi Kesimpulan dari penelitian ini adalah: (1) Pembelajaran dengan pendekatan CTL menghasilkan prestasi belajar matematika yang sama dengan pembelajaran dengan pendekatan langsung berbasis AfL. (2) Prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai kreativitas tinggi lebih baik dibanding dengan siswa yang mempunyai kreativitas sedang, prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai kreativitas tinggi lebih baik dibanding dengan siswa yang mempunyai kreativitas rendah, dan prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai kreativitas sedang lebih baik dibanding dengan siswa yang mempunyai kreativitas rendah. (3) Pada pembelajaran dengan pendekatan CTL, siswa yang mempunyai kreativitas tinggi lebih baik prestasi belajarnya dari siswa yang mempunyai kreativitas sedang dan rendah, dan siswa yang mempunyai kreativitas sedang mempunyai prestasi belajar yang sama dengan siswa yang mempunyai kreativitas rendah. Sedangkan pada pembelajaran dengan pendekatan langsung yang berbasis AfL, siswa yang mempunyai kreativitas tinggi mempunyai prestasi belajar yang sama dengan siswa yang mempunyai kreativitas sedang dan rendah. (4) Pada kategori tingkat kreativitas tinggi, siswa yang diberi pembelajaran dengan pendekatan CTL lebih baik prestasi belajarnya dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan pendekatan langsung berbasis AfL. Pada kategori tingkat kreativitas sedang dan rendah, siswa yang diberi pembelajaran dengan pendekatan CTL mempunyai prestasi belajar yang sama dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan pendekatan langsung berbasis AfL.
Kata Kunci: Contextual Teaching and Learning, Assessment for Learning, Kreativitas, Prestasi Belajar Matematika.
(12)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xii ABSTRACT
Sofyan Mahfudy. S850809017. The Experimentation of the Contextual Teaching and Learning (CTL) Approach and the Direct Learning Process on the Basis of the Assessment for Learning (AfL) Approach in Improving the Learning Achievement in Mathematics of the Students Viewed from Their Creativity Level. Principal Advisor: Prof. Dr. Budiyono, M. Sc. Co-advisor: Drs. Sutrima, M. Si. Thesis: The Graduate Program in Mathematics Education. Sebelas Maret University, Surakarta. 2011.
The objectives of this research are to investigate: (1) which of the CTL and the AfL-based direct learning approaches can result in a better learning achievement in Mathematics; (2) which of the students with the high creativity level, those with the medium creativity level, and those with the low creativity level can achieve a better learning achievement in Mathematics; and (3) which of the students with the high creativity level, those with the medium creativity level, and those with the low creativity level can achieve a better learning achievement in Mathematics in each of the CTL and the AfL-based direct learning approaches; and (4) which of the CTL and the AfL-based direct learning approaches can result in the students’ learning achievement in Mathematics in each of the categories of the students’ creatvity level.
This research used the quasi-experiment method with the factorial design of 2 x 3. The population of this research was the 8th-grade students of the state junior secondary schools within the territory of Sukoharjo Regency, as many as 41 junior secodary schools, in the academic year of 2010/2011. The sampling used the stratified cluster random sampling. The samples of this research consisted of 211 students, who were divided into the Experiment Group 1 and the Experiment Group 2. The Experiment Group 1 consisted of 36 students of Class VIII A of SMP Negeri 1
Kartasura as the group of students with the high creativity level, 38 students of Class
VIII E of SMP Negeri 3 Grogol as the group of students with the medium creativity level, and 33 students Class VIII D of SMP Negeri 1 Baki as the group of students with the low creativity level. The students in the Experiment Group 1 were taught with the CTL learning approach. The Experiment Group 2 consisted of 35 students of Class VIII B of SMP Negeri 1 Kartasura with the high creativity level, 35 students of Class VIII D of SMP Negeri 3 Grogrol as the group of students with the medium creativity level, and 34 students of Class VIII E of SMP Negeri 1 Baki as the group of students with the low creativity level. The studens in the Experiment Group 2 were taught with the AfL-based direct learning process. The data of this research were gathered through the instruments of documentation, test, and questionnaire. The test of the students’ learning achievement in Mathematics consisted of 27 questions and the questionnaire on the students’ creativity levels consisted of 39 items. Prior to the use of the instruments for gathering the data, the content validity of the instruments of test and questionnaire was verified. The reliability of the test was verified by using the KR-20 formula and that of the questionnaire was verified by using the Alpha formula. The analysis pre-requisites consisted of the Lilliefors test to test the normality, the Barlett test to test the homogeneity, and the T test to test the balance.
(13)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xiii The data were then analyzed by using the Two-way Analysis of Variance with unequal cells at the significance level of 0.05.
Based on the analysis of this research, conclusions are drawn that: (1) the learning process with the CTL approach results in an equal learning achievement in Mathematics to that with the direct learning process with the AfL-based direct learning approach; (2) the learning achievement in Mathematics of the students with the high creativity level is better than that of those with the medium creativity level, the learning achievement in Mathematics of the students with the high creativity level is better than that of those with the low creativity level, and the learning achievement in Mathematics of the students with the medium creativity level is better than that of those with the low creativity level; (3) in the learning process with the CTL approach, the students with the high creativity level have a better learning achievement in Mathematics than those with the medium and the low creativity levels and the students with the medium creativity level have an equal learning achievement to those with the low creativity level. On the other hand, the students with the high creativity level have an equal learning achievement in Mathematics to those with the medium and the low creativity levels; and (4) the students with the high creativity level who were taught in the learning process with the CTL approach have a better learning achievement in Mathematics than those with the equally high creativity level who were taught in the direct learning process with the AfL approach. The students with the medium and the low creativity levels who were taught in the learning process with the CTL approach have an equal learning achievement to those with the equally medium and the equally low creativity levels who were taught in the AfL-based direct learning approach.
Keywords: Contextual Teaching and Learning (CTL), Assessment for Learning (AfL), creativity, and learning achievement in Mathematics
(14)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xiv DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ...
ii
HALAMAN PENGESAHAN ...
iii
PERNYATAAN ...
iv
MOTTO ...
v
PERSEMBAHAN ...
vi
KATA PENGANTAR ...
vii
DAFTAR ISI ...
x
DAFTAR TABEL ...
xvi
DAFTAR GAMBAR ...
xviii
DAFTAR LAMPIRAN ...
(15)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xv ABSTRAK ...
xxii
ABSTRACT
... xxi
v
BAB I PENDAHULUAN ...
1
A. Latar Belakang Masalah...
1
B. Identifikasi masalah ...
9
C. Pemilihan Masalah ...
... 11
D. Pembatasan Masalah ...
... 11
E. Rumusan Masalah ...
... 12
F. Tujuan Penelitian ...
... 13
G. Manfaat Penelitian ...
... 14
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS ...
(16)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xvi A. Tinjauan Pustaka ...
... 15
1. Prestasi Belajar Matematika ...
... 15
a. Belajar ...
... 15
b. Prestasi Belajar ...
... 17
c. Matematika ...
... 17
d. Prestasi Belajar Matematika ...
... 18
e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Matematika ...
... 18
2. Pendekatan Pembelajaran ...
... 20
3. Pendekatan Pembelajaran CTL ...
... 22
a. Definisi Pembelajaran CTL ...
... 22
b. Prinsip Ilmiah CTL ...
(17)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xvii c. Komponen CTL ...
... 26
d. Implementasi CTL dalam Pembelajaran ...
... 27
e. Sintak Pembelajaran CTL ...
... 30
f. Keunggulan dan Keterbatasan Pembelajaran CTL ...
... 31
4. Pendekatan Pembelajaran Langsung ...
... 32
a. Definisi Pembelajaran Langsung ...
... 32
b. Sintak Pembelajaran Langsung ...
... 33
c. Keunggulan dan Keterbatasan Pembelajaran langsung ...
... 35
5. Assessment for Learning (AfL) ...
... 36
a. Pengertian Asesmen dalam Pendidikan ...
... 36
b. Definisi AfL ...
(18)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xviii c. Prinsip-Prinsip dalam AfL ...
... 39
d. Karakteristik AfL ...
... 40
e. Penerapan AfL di dalam Kelas ...
... 41
6. Pendekatan Pembelajaran Langsung yang berbasis AfL ...
... 43
a. Pengertian Pendekatan Pembelajaran Langsung yang berbasis AfL
43
b. Langkah-Langkah Pembelajaran Langsung yang berbasis AfL ...
... 43
7. Kreativitas Siswa ...
... 47
a. Pengertian Kreativitas ...
... 47
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kreativitas ...
... 48
c. Kendala Pengembangan Kreativitas ...
... 49
d. Model untuk Mendorong Belajar Kreatif...
(19)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xix e. Jenis Alat untuk Mengukur Potensi Kreatif ...
... 52
f. Kreativitas Belajar Matematika Siswa ...
... 56
g. Indikator Kreativitas ...
... 57
B. Hasil Penelitian Yang Relevan ...
... 58
C. Kerangka Berpikir ...
... 60
D. Hipotesis Penelitian ...
... 64
BAB III METODE PENELITIAN ...
... 65
A. Tempat dan Subyek Penelitian ...
... 65
1. Tempat dan Subyek Penelitian ...
... 65
2. Waktu Penelitian ...
... 65
B. Jenis Penelitian ...
(20)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xx C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ...
... 67
1. Populasi ...
... 67
2. Sampel ...
... 67
3. Teknik Pengambilan sampel ...
... 68
D. Teknik Pengumpulan Data ...
... 69
1. Variabel Penelitian ...
... 69
a. Variabel Bebas ...
... 69
b. Variabel Terikat ...
... 70
2. Metode Pengumpulan Data ...
... 71
a. Metode Dokumentasi ...
... 71
b. Metode Angket ...
(21)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xxi c. Metode Tes ...
... 72
3. Instrumen Penelitian ...
... 73
a. Tahap Penyusunan Instrumen ...
... 73
b. Tahap Uji Coba Instrumen ...
... 73
c. Tahap Penetapan Instrumen ...
... 81
E. Teknik Analisis Data ...
... 82
1. Uji Prasyarat Keseimbangan Rerata
a. Uji Normalitas ...
... 82
b. Uji Homogenitas ...
... 83
2. Uji Keseimbangan Rerata ...
... 85
a. Jika Populasi-Populasi mempunyai Variansi yang Homogen ...
... 85
b. Jika Populasi-Populasi mempunyai Variansi yang tidak Homogen .
(22)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xxii 3. Uji Prasyarat Analisis Variansi ...
... 88
a. Uji Normalitas ...
... 88
b. Uji Homogenitas ...
... 88
4. Uji Hipotesis ...
... 88
5. Uji Komparasi Ganda ...
... 93
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...
97
A. Deskripsi Data ...
97
1. Data Nilai Rapor Kelas VII Semester II tahun Pelajaran 2009/2010 ...
97
2. Data Hasil Uji Coba Instrumen ...
98
a. Hasil Uji Coba Tes Prestasi Belajar ...
98
b. Hasil Uji Coba Angket Kreativitas Belajar ...
(23)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xxiii 3. Data Hasil Penelitian ...
101
B. Pengujian Persyaratan Analisis ...
106
1. Uji Keseimbangan Rerata ...
106
2. Uji Prasyarat Analisis Variansi ...
108
C. Hasil Pengujian Hipotesis ...
110
1. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama ...
110
2. Uji Komparasi Ganda ...
111
D. Pembahasan Hasil Analisis Data ...
115
1. Hipotesis Pertama ...
115
2. Hipotesis Kedua ...
117
3. Hipotesis Ketiga ...
(24)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xxiv 4. Hipotesis Keempat ...
129
E. Keterbatasan Penelitian ...
134
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ...
136
A. Kesimpulan ...
136
B. Implikasi ...
137
a. Implikasi Teoritis ...
137
b. Implikasi Praktis ...
138
C. Saran ...
138
DAFTAR PUSTAKA ...
142
(25)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xxv DAFTAR TABEL
Tabel
Halama n
2.1 Sintak Pembelajaran CTL ... 30
2.2 Sintak Pembelajaran Langsung ... 33
2.3 Implementasi AfL di Kelas ... 42
2.4 Perbedaan Soal Tahap I, Tahap II, dan Tahap III ... 45
2.5 Pelaksanaan Pendekatan Pembelajaran Langsung berbasis AfL ... 46
2.6 Ranah Kognitif dan Afektif yang Dilibatkan dalam Tingkatan Pada
(26)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xxvi 2.7 Indikator Kreativitas ... 57
3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ... 65
3.2 Desain Data Penelitian ... 66
3.3 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalur ... 93
4.1 Deskripsi Data Nilai Rapor Kelas VII Semester II Tahun Pelajaran
2009/2010 Mata Pelajaran Matematika ... 97 4.2 Deskripsi Data Prestasi Belajar Matematika Berdasarkan Kelompok
Pendekatan Pembelajaran ... 102 4.3 Deskripsi Data Prestasi Belajar Matematika Berdasarkan Tingkat
Kreativitas Siswa ... 103 4.4 Deskripsi Data Prestasi Belajar Matematika Berdasarkan Tingkat
Kreativitas Siswa pada Kelompok Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 ... 104 4.5 Deskripsi Data Angket Kreativitas Siswa Berdasarkan Kelompok
Pendekatan Pembelajaran ... 105 4.6 Deskripsi Data Angket Kreativitas Siswa Berdasarkan Tingkat
Kreativitas 105
4.7 Deskripsi Data Angket Berdasarkan Tingkat Kreativitas Siswa pada
Kelompok Eksperimen 1 dan Eksperimen 2 ... 106 4.8 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Awal ... 107
4.9 Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Awal ... 107
4.10 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Belajar ... 109
4.11 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Variansi Populasi ... 109
(27)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xxvii 4.13 Rataan Masing-masing Sel dan Rataan Marginal ... 112
4.14 Rangkuman Komparasi Rataan Antar Kolom ... 112
4.15 Rangkuman Komparasi Rerata Antar Sel ... 114
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Bagan Paradigma Penelitian ...
(28)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xxviii DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halama n
1. Daftar Pengelompokan SMP Negeri di Kabupaten Sukoharjo ...
(29)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xxix 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)...
147
3. Silabus Pembelajaran ...
173
4. Lembar Kerja Siswa (LKS) ...
175
5. Soal-soal yang diberikan dalam pembelajaran langsung berbasis AfL ...
186
6. Materi Pembelajaran ...
189
7. Data Nilai Raport Mata Pelajaran Matematika di Kelas VII Tahun Ajaran
2009/2010 pada Kelas Eksperimen dengan Pendekatan CTL ...
199
8. Data Nilai Raport Mata Pelajaran Matematika di Kelas VII Tahun Ajaran
2009/2010 pada Kelas Eksperimen dengan Pendekatan Langsung Berbasis
AfL ...
202
9. Kisi-kisi Instrumen Uji Coba Tes Prestasi Matematika ...
205
10. Lembar Validasi Uji Coba Tes Prestasi Belajar...
207
11. Lembar Hasil Revisi Instrumen Tes Prestasi Belajar...
(30)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xxx 12. Instrumen Uji Coba Tes Prestasi Belajar ...
212
13. Lembar Jawaban Uji Coba Instrumen Tes Prestasi Belajar ...
219
14. Data Sebaran Jawaban Uji Coba Tes Prestasi Belajar ...
220
15. Uji Daya Beda dan Tingkat Kesukaran Instrumen Uji Coba Tes Prestasi
Belajar ... 223
16. Uji Reliabilitas Instrumen Uji Coba Tes Prestasi ...
229
17. Kisi-kisi Instrumen Uji Coba Angket Kreativitas Belajar Matematika ...
233
18. Lembar Validasi Uji Coba Angket Kreativitas Belajar Matematika ...
235
19. Lembar Revisi Instrumen Angket Kreativitas ...
239
20. Instrumen Uji Coba Angket Kreativitas Belajar Matematika ...
240
21. Data Sebaran Jawaban Uji Coba Angket Kreativitas Belajar Matematika ...
244
22. Uji Konsistensi Internal Instrumen Uji Coba Instrumen Angket Kreativitas
(31)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xxxi 23. Uji Reliabilitas Instrumen Uji Coba Angket Kreativitas Belajar Matematika..
256
24. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Tes Prestasi Matematika ...
264
25. Instrumen Penelitian Tes Prestasi Belajar ...
266
26. Lembar Jawaban Instrumen Penelitian Tes Prestasi Belajar ...
272
27. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Angket Kreativitas Belajar Matematika ...
273
28. Instrumen Penelitian Angket Kreativitas Belajar Matematika ...
275
29. Uji Normalitas Kemampuan Awal pada Kelas dengan Pendekatan CTL dan
Kelas dengan Pendekatan Pendekatan Langsung Berbasis AfL ... 279
30. Uji Homogenitas Kemampuan Awal Pendekatan Pembelajaran ...
282
31. Uji Keseimbangan Antara Sampel pada Kelas dengan Pendekatan CTL
dengan Kelas dengan Pendekatan Langsung Berbasis AfL ... 283
32. Sebaran Jawaban Tes Prestasi Belajar ...
284
33. Sebaran Nilai Tes Tes Prestasi Belajar ...
(32)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xxxii 34. Sebaran Jawaban Angket Kreativitas Belajar Matematika ...
292
35. Sebaran Skor Angket Kreativitas Belajar Matematika ...
298
36. Data Induk Penelitian pada Kelas dengan Pendekatan CTL...
304
37. Data Induk Penelitian pada Kelas dengan Pendekatan Langsung Berbasis
AfL dan Besaran Yang Diperoleh dari Data Gabungan ... 307
38. Data Prestasi Belajar Matematika Berdasar Kategori Kreativitas ...
310
39. Data Prestasi Belajar Matematika Berdasar Kategori Kreativitas pada
masing-masing Pendekatan Pembelajaran ... 312
40. Data Skor Angket Kreativitas Belajar Matematika Berdasar Kategori
Kreativitas ... 313
41. Data Skor Angket Kreativitas Belajar Matematika Berdasar Kategori
Kreativitas pada masing-masing Pendekatan Pembelajaran ... 315
42. Uji Normalitas Prasyarat Anava ...
316
43. Uji Homogenitas Prasyarat Anava ...
321
44. Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama ...
(33)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xxxiii 45. Uji Komparasi Ganda Dengan Menggunakan Metode Scheffe’ ...
(34)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xxxiv BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) pendidikan merupakan usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Oleh karena
itu, melalui pendidikan diharapkan siswa dapat mencapai tujuan tertentu yang telah
ditetapkan sebelumnya. Agar siswa dapat mencapai tujuan tersebut, maka diperlukan
wahana yang dapat digambarkan sebagai kendaraan. Demikian halnya pembelajaran
matematika sebagai bagian yang terintegrasi dalam pendidikan juga memerlukan
wahana untuk mencapai tujuan pembelajarannya. Menurut Soedjadi (2000:6)
pembelajaran matematika adalah kegiatan pendidikan yang menggunakan
matematika sebagai kendaraan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
Matematika sebagai wahana pendidikan memiliki peran yang sangat penting
dalam membangun kemampuan berpikir logis, sistematis, dan analitis. Tidaklah
mengherankan jika kedudukan matematika dalam cabang ilmu pengetahuan berada
pada posisi yang tinggi, karena matematika akan mendasari kemampuan pemahaman
atau berpikir seorang siswa pada mata pelajaran yang lain. Beberapa pakar
(35)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xxxv (Tarmidi,2009), karena tidak dapat dipungkiri matematika sangat lekat dan selalu
muncul dalam setiap aktivitas kehidupan manusia. Oleh karenanya, harapan yang
kemudian muncul dari para pendidik dan orang tua adalah penguasaan yang baik
pada konsep matematika oleh siswa.
Kenyataan menunjukkan bahwa pencapaian hasil belajar siswa pada pelajaran
matematika masih tergolong rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil UAN pada
pelajaran matematika di tingkatan sekolah dasar maupun menengah. Nilai
matematika seringkali menjadi momok yang menakutkan bagi siswa karena menjadi
penghambat kelulusan. Tidak hanya pada hasil UAN, secara umum nilai matematika
pada raport siswa di akhir semester selalu lebih rendah daripada beberapa mata
pelajaran yang lain. Menurut laporan hasil ujian nasional SMP tahun pelajaran
2009/2010 untuk kabupaten Sukoharjo, dari 41 sekolah SMP negeri didapatkan
rata-rata untuk mata pelajaran bahasa Indonesia sebesar 7,89, mata pelajaran bahasa
Inggris sebesar 6,65, mata pelajaran matematika sebesar 7,21, dan mata pelajaran IPA
sebesar 7,52. Sedangkan jika dilihat dari banyaknya siswa yang memperoleh nilai di
bawah 5,5 maka untuk mata pelajaran bahasa Indonesia sebanyak 114 siswa, mata
pelajaran bahasa Inggris sebanyak 1533 siswa, mata pelajaran matematika sebanyak
911 orang dan untuk mata pelajaran IPA sebanyak 297 siswa (Pusat Penilaian
Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional,
2010). Dari data tersebut terlihat bahwa mata pelajaran matematika berada di urutan
ke-3 dari 4 mata pelajaran yang di UNAS-kan, baik dari rata-rata atau banyak siswa
yang memperoleh nilai di bawah 5,5. Ini merupakan salah satu indikator bahwa
pencapaian hasil belajar matematika di kabupaten Sukoharjo pada jenjang SMP pencapaian hasil belajar matematika di kabupaten Sukoharjo pada jenjang SMP
(36)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xxxvi Masih rendahnya pencapaian hasil belajar siswa pada pelajaran matematika
mungkin dipengaruhi oleh pendekatan yang dipakai guru dalam pembelajaran
matematika, meskipun faktor lain yang berasal dari diri siswa sendiri seperti minat,
motivasi, gaya belajar, kecerdasan, dan kreativitas mungkin juga turut berpengaruh.
Keberadaan pendekatan pembelajaran sangatlah penting karena di dalamnya akan
terdapat upaya dan strategi dari seorang guru untuk menyampaikan isi dari materi
pembelajaran. Pendekatan pembelajaran yang dipakai akan sangat mempengaruhi
bagaimana proses belajar siswa. Dalam proses belajar matematika hendaklah harus
sesuai dengan teori belajar yang paling luas diterima, yang dikenal dengan teori
belajar konstruktivisme yang menyarankan bahwa siswa (pembelajar) harus aktif
dalam mengembangkan pemahamannya (Van de Walle, 2007:23). Dengan pemilihan
pendekatan pembelajaran yang tepat maka siswa tidak hanya memahami materi yang
disampaikan oleh guru, tetapi siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir
kritis dan kreatif terhadap setiap permasalahan yang ada dalam materi pembelajaran
matematika.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa masih terdapat para guru
matematika yang menggunakan pendekatan pembelajaran yang bersifat tradisional.
Guru hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran yang orientasinya siswa bisa
mengerjakan soal-soal yang ada di buku maupun yang diberikan oleh guru itu sendiri,
sehingga pembelajaran cenderung bersifat satu arah dan banyak didominasi oleh
guru. Dalam proses pembelajaran guru terlalu mekanistik dan strukturalistik dalam
menyampaikan materi pelajaran, yang artinya guru hanya memberikan definisi,
(37)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xxxvii tidak merangsang anak untuk berpikir. Oleh karenanya, dapat dikatakan guru kurang
memperhatikan potensi atau karakteristik yang dimiliki oleh siswa dan cenderung
menempatkan siswa sebagai objek pembelajaran. Juga masih terdapat guru yang
memiliki kecenderungan mempertahankan gaya mengajarnya tanpa adanya upaya
untuk sedikit memodifikasi pendekatan pembelajaran yang dipakainya, meskipun
sebenarnya guru mengetahui konsep-konsep pembelajaran yang inovatif dari buku,
internet, seminar atau pelatihan-pelatihan yang pernah diikutinya.
Berdasarkan observasi di lapangan pada saat pembelajaran matematika
berlangsung di beberapa SMP di Sukoharjo mendukung hal tersebut. Guru cenderung
memberikan rumus-rumus terkait materi yang diberikan dan kemudian memberikan
soal-soal kepada siswa untuk menggunakan rumus tersebut dalam menyelesaikannya.
Siswa tidak menemukan makna dari materi yang diberikan guru, yang pada akhirnya
kemampuan berpikir dan kreativitas matematika siswa tidak dapat berkembang
dengan baik. Akibatnya, ketika siswa dihadapkan pada sebuah permasalahan
matematika, kebanyakan dari mereka tidak ada inisiatif untuk menyelesaikan sendiri
dan cenderung langkah penyelesaian yang digunakan sama persis dengan contoh
yang diberikan oleh guru.
Kreativitas dan kemampuan berpikir matematika adalah hal yang harus
diperhatikan dan dikembangkan oleh para guru matematika, karena kemampuan
tersebut yang akan banyak berperan dalam menghadapi tantangan global. Dengan
kreativitas yang tinggi, maka diharapkan akan terbentuk manusia-manusia yang
inovatif untuk melakukan terobosan-terobosan dan temuan di bidang keilmuan yang
(38)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xxxviii dalam Kemple dan Nissenberg (2000:1) mengatakan “creativity stands at the center
of educating children who will be the scientist, inventors, artist, musicians,
dramatists, innovators, and problem solvers of the future”. Dari pendapat Mayesky
tersebut dapat dilihat bahwa kreativitas berdiri di tengah-tengah dari proses
pendidikan anak yang akan menjadi seorang ilmuwan, penemu, seniman, musisi,
dramawan, innovator, dan pemecah masalah di masa depan. Ini berarti bahwa
kreativitas merupakan hal yang penting dalam pendidikan yang hendaknya
diperhatikan oleh seorang pendidik.
Akan tetapi, dalam bidang pendidikan terutama di Indonesia, kreativitas dan
proses kreatif kurang begitu diperhatikan dalam pembelajaran. Utami Munandar
(2009:13) menyebutkan bahwa pendidikan di sekolah lebih berorientasi pada
pengembangan inteligensi (kecerdasan) daripada pengembangan kreativitas,
sedangkan keduanya sama pentingnya untuk mencapai keberhasilan dalam belajar
dan dalam hidup. Penekanan yang diberikan guru dalam pembelajaran lebih pada
hafalan dan mencari satu jawaban yang benar terhadap soal yang diberikan dan
proses-proses pemikiran tinggi termasuk berpikir kreatif jarang dilatih.
Rendahnya pencapaian hasil belajar matematika mungkin juga disebabkan
oleh kurang optimalnya guru dalam melakukan proses penilaian (assessment)
formatif terhadap anak didiknya. Padahal menurut sebuah organisasi guru dan
pendidik matematika di Amerika Serikat yang bernama National Council of Teacher
of Mathematics (NCTM) dalam Van de Walle (2007:3) menyebutkan bahwa peran
penilaian haruslah mendukung pembelajaran matematika yang penting dan memberi
(39)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xxxix Hamalik (2009:204) menyebutkan bahwa tujuan penilaian adalah untuk memberikan
informasi yang dapat digunakan oleh guru dan siswa untuk mengetahui tingkat
kemampuan siswa, menetapkan kesulitan-kesulitannya, dan untuk melaksanakan
kegiatan remedial (perbaikan) dalam proses pembelajaran.
Kebanyakan guru yang memberikan tes dalam rangka melakukan penilaian
formatif tidak memberikan informasi, arahan, atau masukan terkait hasil pekerjaan
siswa apabila siswa mengalami kesalahan dalam pengerjaannya. Budiyono (2010:8)
dalam penelitiannya menyebutkan, guru belum melaksanakan penilaian formatif
dengan benar, di mana seharusnya kedudukan dan fungsi penilaian formatif adalah
sebagai wahana untuk memberikan balikan (feed-back) kepada siswa secepat
mungkin. Oleh karenanya diperlukan sebuah upaya untuk mengoptimalkan peranan
penilaian formatif oleh guru, sehingga siswa dengan secepatnya bisa memperoleh
informasi sejauh mana pencapaian dirinya terhadap materi yang dipelajari dan
melakukan perbaikan terhadap kesalahannya jika ia mengalami kesulitan belajar.
Banyak usaha yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kualitas pendidikan
yang termasuk di dalamnya adalah pembelajaran matematika. Usaha tersebut
diantaranya adalah pembaharuan kurikulum, proses belajar mengajar, peningkatan
kualitas guru, pengadaan sarana dan prasarana belajar mengajar, penyempurnaan
sistem penilaian dan sebagainya. Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan
tersebut, pengembangan dan pembaharuan dalam proses belajar mengajar merupakan
kegiatan yang paling pokok sehingga sangat perlu untuk dilakukan.
Dewasa ini, secara umum di bidang pendidikan dan secara khusus dalam
(40)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xl dianggap lebih mampu untuk mengakomodasi dan mengoptimalkan potensi dan
karakteristik yang dimiliki siswa dan pada akhirnya secara signifikan dapat
memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada pendekatan
tradisional (konvensional). Akan tetapi, keberadaan potensi dan karakteristik siswa
yang berbeda-beda mungkin menyebabkan kefektifan masing-masing pendekatan
pembelajaran berbeda-beda pula, sehingga dapat dikatakan sebuah pendekatan
pembelajaran tidaklah selalu cocok dengan semua siswa. Oleh karena itu, perlu
adanya penerapan pendekatan pembelajaran yang baru atau pengembangan
pendekatan pembelajaran yang sudah ada dalam pembelajaran matematika dan
penelitian yang membandingkan pendekatan-pendekatan yang baru tersebut, sehingga
guru akan dapat mengetahui pendekatan pembelajaran manakah yang cocok bagi
siswanya.
Usaha untuk mengoptimalkan peran penilaian (assessment) dalam proses
pembelajaran juga telah dilakukan oleh pakar dan praktisi pendidikan. Menurut
pandangan yang baru, bahwa kedudukan penilaian tidak hanya berfungsi untuk
memberikan nilai dan menentukan pencapaian anak terhadap materi yang dipelajari,
tetapi lebih dari itu kedudukan penilaian harus membantu siswa dalam belajar. Oleh
karenanya, dewasa ini bermunculan jenis-jenis penilaian diantaranya adalah penilaian
berbasis kelas (classroom assessment), penilaian untuk pembelajaran (assessment for
learning), penilaian autentik (authentic assessment) dan lain sebagainya yang
kesemuanya berorientasi pada perbaikan proses pembelajaran sehingga prestasi
belajar siswa dapat meningkat.
Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan
(41)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xli kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL). CTL menurut Johnson
(2009:58) adalah sebuah sistem yang merangsang otak untuk menyusun pola-pola
yang mewujudkan makna dengan menghubungkan muatan akademik dengan konteks
kehidupan sehari-hari siswa. Siswa akan menangkap makna materi pembelajaran dan
segala macam penugasan yang diberikan, jika mereka (siswa) bisa mengaitkan
informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki
sebelumnya. Dalam pembelajarannya siswa terlibat secara penuh dalam aktivitas
belajar di kelas. Dengan belajar melalui CTL, siswa diberikan kesempatan untuk
menemukan sendiri materi yang sedang dipelajarinya sehingga siswa dimungkinkan
dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuannya. Hal tersebut sesuai dengan teori
belajar yang populer yaitu teori belajar konstruktivisme. Miller (2006:22) dalam
kesimpulan penelitiannya menyebutkan
“The secondary benefits observed in active contextual learning are the following: more depth of understanding of concepts, independent learners, more responsible learners, more ability to deal with ambiguity, demonstrated skills of problem solving and decision making, risk-taking, initiative taking, demonstrated leadership behaviors and team building behaviors”
Kesimpulan dalam penelitian Miller tersebut memperlihatkan bahwa pembelajaran
kontekstual yang aktif mampu menghasilkan pemahaman konsep yang lebih
mendalam, kemandirian siswa, siswa yang lebih bertanggung jawab, kemampuan
lebih dalam menghadapi ambiguitas, menunjukkan kemampuan pemecahan masalah
dan pengambilan keputusan, berani mengambil resiko, mengambil inisiatif,
menunjukkan perilaku kepemimpinan dan perilaku yang membangun tim.
Salah satu perkembangan di dunia penilaian (assessment) yang telah lama
(42)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xlii pembelajaran (assessment for learning) yang biasa disingkat AfL. Menurut Budiyono
(2010:8), pada dasarnya AfL adalah penilaian formatif dengan tujuan untuk
perbaikan pembelajaran, bukan semata-mata untuk melihat seberapa banyak
pengetahuan yang telah dikuasai oleh siswa. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa
AfL jika digunakan secara efektif akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Hasil penelitian Mansyur (2009) menunjukkan bahwa penerapan model AfL dalam
pembelajaran matematika dapat meningkatkan pemahaman, perilaku, dan
kemampuan matematika siswa pada pembelajaran matematika.
AfL sebagai salah satu jenis asesmen dapat diterapkan dalam proses
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran apapun, sehingga
apabila AfL diterapkan dalam sebuah pembelajaran, maka dapat dikatakan akan dapat
menghasilkan pembelajaran yang telah dikembangkan atau pembelajaran yang telah
dimodifikasi. Dengan adanya penerapan AfL dalam proses pembelajaran diharapkan
pencapaian prestasi belajar siswa dapat meningkat.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasi
masalah-masalah sebagai berikut:
1. Rendahnya prestasi belajar matematika siswa kemungkinan disebabkan oleh
faktor dari kemampuan siswa sendiri yang salah satunya adalah kreativitas. Dari
dugaan ini muncul sebuah permasalahan yang menarik untuk dilakukan
penelitian, yaitu apakah kreativitas siswa berpengaruh terhadap rendahnya
(43)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xliii 2. Rendahnya prestasi belajar matematika siswa kemungkinan disebabkan oleh
proses pembelajaran yang lebih banyak didominasi guru dan kecenderungan guru
menempatkan siswa sebagai objek dalam pembelajaran. Penelitian untuk melihat
apakah dominasi guru dan kecenderungan guru menempatkan siswa sebagai
objek dalam pembelajaran menyebabkan rendahnya prestasi belajar matematika.
3. Terdapat kemungkinan penyebab lain rendahnya prestasi belajar matematika yaitu
kurangnya perhatian pendidik terhadap potensi kreativitas siswa dalam kegiatan
pembelajaran matematika. Dari hal ini menarik untuk dilakukan penelitian, yaitu
apakah kondisi atau perilaku guru yang memberikan perhatian terhadap potensi
kreativitas siswa dalam kegiatan pembelajaran dapat meningkatkan prestasi
belajar matematika.
4. Rendahnya prestasi belajar matematika siswa kemungkinan disebabkan oleh
kurang optimalnya peran penilaian (assessment) oleh guru dalam proses
pembelajaran matematika. Penelitian untuk melihat apakah kurang optimalnya
peran dari penilaian oleh guru dalam pembelajaran matematika menyebabkan
masih rendahnya prestasi belajar matematika perlu untuk dilakukan.
5. Perbedaan potensi dan karakteristik siswa mungkin menyebabkan suatu
pendekatan pembelajaran matematika tidak cocok dengan semua siswa. Pada
kondisi siswa tertentu sebuah pendekatan pembelajaran dapat memberikan
prestasi yang baik, tapi mungkin tidak akan berlaku pada kondisi siswa yang
berbeda. Terkait dengan ini perlu adanya penelitian untuk melihat manakah yang
memberikan prestasi belajar matematika lebih baik antar pendekatan
(44)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xliv C. Pemilihan Masalah
Beberapa masalah yang telah diidentifikasi di atas tentunya tidak dapat
dibahas dan dikaji dalam satu penelitian saja, karena akan menyebabkan hasil
penelitian yang kurang cermat dan kurang akurat. Untuk menghindari
kekurangcermatan dan kekurangakuratan tersebut, maka dalam penelitian ini akan
diteliti masalah pada poin 1 dan 5 di bagian identifikasi masalah, yaitu terkait dengan
potensi kreativitas siswa dan terkait dengan pendekatan pembelajaran yang
digunakan guru.
D. Pembatasan Masalah
Agar dalam penelitian yang dilakukan penulis terarah dan lebih fokus maka
perlu adanya pembatasan masalah sebagai berikut:
1. Penelitian dilakukan pada siswa kelas VIII semester I SMP negeri di Sukoharjo
Tahun Pelajaran 2010/2011.
2. Pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
pembelajaran CTL dan pendekatan pembelajaran langsung yang berbasis AfL.
Pemilihan pendekatan CTL dikarenakan pendekatan pembelajaran ini dapat
mengembangkan kemampuan siswa secara kritis dan kreatif, siswa terlibat penuh
dalam aktivitas pembelajaran, materi yang dikaitkan dengan situasi nyata dan
memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan sendiri materi yang
dipelajari sehingga siswa dapat mengkonstruk pengetahuannya sendiri.
Sedangkan pemilihan pendekatan pembelajaran langsung berbasis AfL
(45)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xlv dalam mengajar terutama pada kondisi siswa dengan kemampuan rendah.
Sementara penilaian formatif merupakan aktivitas rutin yang dilakukan guru dan
pada kenyataannya belum optimal dalam membantu proses belajar siswa. Dalam
hal ini peneliti berasumsi bahwa pembelajaran langsung akan mampu
mening-katkan prestasi belajar jika peran penilaian dioptimalkan melalui AfL.
3. Prestasi belajar matematika siswa adalah hasil belajar matematika siswa pada
materi sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV) yang dicapai melalui
proses pembelajaran matematika melalui tes akhir untuk kelas dengan
pem-belajaran CTL maupun kelas dengan pempem-belajaran langsung yang berbasis pada
AfL dan dilakukan pada saat akhir penelitian.
4. Kreativitas yang dimaksud adalah kemampuan menghasilkan/menciptakan
gagasan atau pandangan baru dalam pembelajaran matematika. Dalam penelitian
ini kreativitas belajar matematika siswa dibedakan ke dalam tiga kategori yaitu
tinggi, sedang dan rendah.
E. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, pemilihan masalah dan
pembatasan masalah tersebut di atas, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Diantara pendekatan pembelajaran, manakah yang menghasilkan prestasi belajar
lebih baik, pendekatan CTL atau pembelajaran langsung yang berbasis pada AfL?
2. Di antara kategori kreativitas siswa, manakah yang dapat memberikan prestasi
(46)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xlvi 3. Pada masing-masing pendekatan pembelajaran (pembelajaran CTL dan
pembelajaran langsung yang berbasis pada AfL), manakah yang dapat
memberikan prestasi belajar lebih baik, siswa yang mempunyai kreativitas tinggi,
kreativitas sedang atau kreativitas rendah?
4. Pada masing-masing kategori kreativitas siswa (tinggi, sedang, dan rendah),
manakah yang dapat memberikan prestasi belajar matematika lebih baik,
pendekatan pembelajaran CTL atau langsung yang berbasis pada AfL?
F. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk:
1. Untuk mengetahui di antara penggunaan pendekatan pembelajaran, manakah
yang dapat menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik, pendekatan
pembelajaran CTL atau pembelajaran langsung yang berbasis pada AfL.
2. Untuk mengetahui manakah diantara kategori kreativitas siswa, yang dapat
memberikan prestasi belajar matematika lebih baik, kreativitas tinggi, kreativitas
sedang atau kreativitas rendah.
3. Untuk mengetahui pada masing-masing pendekatan pembelajaran CTL dan
pembelajaran langsung yang berbasis pada AfL, manakah di antara kategori
kreativitas siswa yang dapat memberikan prestasi belajar matematika lebih baik,
kreativitas tinggi, kreativitas sedang atau kreativitas rendah.
4. Untuk mengetahui pada masing-masing kategori kreativitas siswa (tinggi, sedang,
(47)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xlvii prestasi belajar matematika lebih baik, pendekatan pembelajaran CTL atau
pembelajaran langsung yang berbasis pada AfL.
G. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat yaitu:
1. Memberikan masukan kepada guru, calon guru, atau praktisi pendidikan dalam
pembelajaran matematika untuk memilih pendekatan pembelajaran yang tepat
bagi siswanya sehingga dapat mengoptimalkan prestasi belajar matematika siswa.
2. Sebagai bahan masukan bagi guru matematika tentang pentingnya potensi yang
dimiliki oleh siswa seperti kreativitas dalam pembelajaran matematika.
3. Sebagai bahan masukan bagi dunia pendidikan, khususnya pendidikan dan
pembelajaran matematika.
4. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk melakukan
penelitian lebih lanjut.
(48)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xlviii LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka 1. Prestasi Belajar Matematika
a. Belajar
Salah satu teori belajar yang paling luas diterima di kalangan para
pakar dan ahli matematika adalah teori belajar konstruktivisme. Teori
konstruktivisme adalah teori belajar yang berakar kuat pada psikologi kognitif
dan teori-teori Piaget yang berkembang sekitar tahun 1960.
Menurut kaum konstruktivis dalam Paul Suparno (1997:61), belajar
merupakan proses aktif pembelajar dalam mengkonstruksi arti yang berupa
teks, dialog, pengalaman fisis, dan lain-lain. Belajar juga merupakan proses
mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang
dipelajari dengan pengertian yang sudah dipunyai seseorang sehingga
pengertiannya dikembangkan. Proses tersebut antara lain bercirikan sebagai
berikut:
1) Belajar berarti membentuk makna. Makna yang diciptakan oleh siswa dari
apa yang mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami. Konstruksi arti tersebut
dipengaruhi oleh pengertian yang telah ia punyai.
2) Konstruksi arti adalah proses yang dilakukan terus menerus. Setiap kali
berhadapan dengan fenomena atau persoalan yang baru, diadakan
(49)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xlix 3) Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan lebih suatu
pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru. Belajar
bukanlah hasil perkembangan, melainkan merupakan perkembangan itu
sendiri, suatu perkembangan yang menuntut penemuan dan pengaturan
kembali pemikiran seseorang.
4) Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam
keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi
ketidak-seimbangan (disequilibrium) adalah situasi yang baik untuk memacu
belajar.
5) Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman pelajar dengan dunia fisik dan
lingkungannya.
6) Hasil belajar seseorang tergantung kepada apa yang telah diketahui si
pembelajar: konsep-konsep, tujuan, dan motivasi yang mempengaruhi
interaksi dengan bahan yang dipelajari.
Lebih lanjut Piaget dalam Wina Sanjaya (2010:124) menyebutkan
bahwa mengkonstruksi pengetahuan dilakukan melalui proses asimilasi dan
akomodasi terhadap skema yang sudah ada. Skema adalah struktur kognitif
yang terbentuk melalui proses pengalaman. Asimilasi adalah proses
penyempurnaan skema yang yang telah terbentuk dan akomodasi adalah
proses perubahan skema. Teori konstruktivistik muncul dalam beberapa
pendekatan pembelajaran antara lain pembelajaran kontekstual.
Dari definisi belajar di atas, maka dalam penelitian ini belajar dapat
(50)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
l mengkonstruksi sendiri pengetahuan dari apa yang dipelajari melalui
pengalaman dengan dunia fisik dan interaksi dengan lingkungan belajarnya.
b. Prestasi Belajar
Saifudin Azwar (2000:9) mengemukakan bahwa prestasi belajar
adalah hasil yang dicapai oleh siswa dalam belajar yang ditunjukkan dengan
nilai. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:895) kata prestasi
mempunyai arti hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan,
dikerjakan, dan sebagainya). Sementara Slameto (1995:23) berpendapat
bahwa prestasi belajar adalah penilaian hasil kegiatan belajar yang dinyatakan
dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun hal yang dapat mencerminkan
hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu.
Dari beberapa pendapat tentang prestasi belajar di atas dapat
disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil kegiatan belajar yang telah
dicapai oleh siswa selama periode tertentu dan merupakan indikator
perkembangan dan penguasaan pengetahuan siswa setelah mengikuti kegiatan
belajar yang dinyatakan dalm bentuk simbol, angka, atau huruf.
c. Matematika
Matematika didefinisikan berbeda oleh beberapa pakar, sehingga
sampai sekarang tidak terdapat satu definisi yang disepakati oleh semua tokoh
atau pakar matematika. Menurut Herman Hudojo (1979:96) hakekat
matematika adalah berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur dan
hubungan-hubungannya yang diatur menurut urutan yang logis. Lebih lanjut Herman
(51)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
li yang kebenarannya dikembangkan berdasar alasan yang logis. Sedangkan
menurut Soedjadi (2000:11) matematika adalah cabang ilmu pengetahuan
eksak dan terorganisasi secara sistematik dan merupakan pengetahuan tentang
stuktur-struktur yang logik.
Dari pendapat yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa
matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan berkenaan dengan
konsep-konsep abstrak dimana struktur dan hubungan-hubungannya diatur
menurut aturan yang logis.
d. Prestasi Belajar Matematika
Keberhasilan seseorang dalam kegiatan pembelajaran seringkali dilihat
dari prestasi belajarnya. Siswa dapat dikatakan berhasil dalam belajar bila
prestasi yang diraih sesuai dengan target yang telah ada dalam tujuan
pembelajaran.
Dari pengertian belajar, prestasi belajar, dan matematika di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa pengertian prestasi belajar matematika adalah hasil
kegiatan belajar yang telah dicapai oleh siswa selama periode tertentu dan
merupakan indikator perkembangan dan penguasaan pengetahuan siswa
setelah mengikuti proses pembelajaran matematika. Dalam penelitian ini
prestasi belajar matematika dinyatakan dalam bentuk angka yang merupakan
nilai hasil tes yang diujikan setelah siswa menempuh proses pembelajaran.
e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Matematika
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa menurut
(52)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lii 1) Faktor Internal
Faktor internal berasal dari dalam diri seseoarang yang sedang belajar,
meliputi faktor jasmaniah seperti kesehatan tubuh, faktor psikologis,
seperti kecerdasan, bakat, minat, motivasi, kematangan, perhatian,
kreativitas, kesiapan, dan faktor kelelahan.
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal berasal dari luar diri seseorang yang sedang belajar, yaitu
faktor keluarga, faktor masyarakat, faktor sekolah, termasuk pendekatan
yang digunakan dalam pembelajaran.
Terkait dengan faktor internal yaitu kreativitas, Baron dalam Utami
Munandar (2009:21) berpendapat bahwa kreativitas adalah kemampuan
menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang baru. Oleh karenanya,
keberadaan kreativitas sangatlah penting dalam pembelajaran khususnya
matematika. Dengan adanya kreativitas pada diri siswa maka diharapkan anak
mampu untuk menyelesaikan sebuah persoalan tidak hanya dengan solusi
yang tunggal.
Terkait dengan faktor eksternal yaitu pendekatan pembelajaran dapat
mempengaruhi prestasi belajar karena kegiatan siswa dan guru dalam
pembelajaran sangat menentukan keberhasilan siswa dalam membangun
pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap konsep dari materi yang sedang
dipelajari. Pada penelitian ini akan diangkat faktor internal yaitu kreativitas
yang ada dalam diri siswa dan faktor eksternal yaitu pendekatan pembelajaran
(53)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
liii 2. Pendekatan Pembelajaran
Menurut Erman Suherman (1994:220) pendekatan pembelajaran adalah
suatu konsep atau prosedur yang digunakan dalam membahas suatu bahan
pelajaran dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar mengajar.
Menurut Kokom Komalasari (2010:54) pendekatan pembelajaran adalah titik
tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di
dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode
pembelajaran dengan dengan cakupan teoritis tertentu. Sedangkan menurut
Oemar Hamalik (2003:57) pendekatan pembelajaran adalah kombinasi yang
tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan
prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Dari beberapa pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
pendekatan pembelajaran adalah sebuah konsep atau sudut pandang dalam
membahas suatu bahan pelajaran yang dilatar belakangi oleh suatu teori tertentu
yang didalamnya berupa kombinasi antara unsur-unsur manusiawi, material,
fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
Keberadaan sebuah pendekatan pembelajaran dalam proses pembelajaran
matematika sangatlah penting dan berpengaruh terhadap hasil atau prestasi belajar
yang diperoleh siswa. Menurut Samuelsson (2009:69) terkait dengan pendekatan
pembelajaran dalam matematika, “Teaching approach impacting mathematical
(54)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
liv memberikan dampak bagi kecakapan matematika. Lebih lanjut Samuelsson
(2009:71) menyatakan “In this study, it is obvious that different teaching
approaches have different impacts on different aspects of students’ mathematical
proficiency”. Menurut Samuelsson, dalam studinya (penelitiannya) memberikan
kejelasan yang nyata bahwa perbedaan pendekatan pembelajaran akan
menghasilkan dampak yang berbeda pada aspek kecakapan matematika siswa.
Dalam implikasi penelitiannya, Samuelsson (2009:73) berpendapat, “This
study gives evidence that no single method affects all areas of mathematical proficiency with the same impact. An eclectic approach to instruction may best
work to develop all dimensions of learning outcomes”. Menurut Samuelsson, dari
penelitiannya dapat memberikan bukti bahwa tidak ada sebuah metode tunggal
yang dapat mempengaruhi semua bidang kemampuan matematika siswa dengan
dampak yang sama. Sebuah pendekatan yang terpilih untuk pembelajaran dapat
bekerja lebih baik dalam mengembangkan semua dimensi dari hasil
pembelajaran. Even dan Kvatinsky (2008:957) menyebutkan,”The manuscript
suggests that in their own way, each teacher attempted to help more those students who encountered more difficulties, the lower achieving students, and
they did so by using the resources available to them”. Even dan Kvatinsky
menyebutkan, naskah (penelitiannya) menyarankan bahwa dengan cara mereka
sendiri, masing-masing guru harus mencoba untuk membantu lebih banyak siswa
yang menghadapi banyak kesulitan, siswa dengan pencapaian prestasi yang
rendah, dan mereka melakukannya dengan menggunakan sumber daya yang
(55)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lv 3. Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
a. Definisi Pembelajaran CTL
Pembelajaran CTL atau pembelajaran kontekstual banyak dipengaruhi
oleh filsafat konstruktivisme yang mulai digagas oleh Mark Baldwin dan
selanjutnya dikembangkan oleh Jean Piaget. Berikut ini definisi dari
pendekatan pembelajaran kontekstual atau CTL menurut beberapa ahli adalah
sebagai berikut:
Menurut Johnson (2009:19), “CTL is an educational process that aims
to help students see meaning in the academic material they are studying by connecting academic subjects with the context of their daily lives, that is, with
context of their personal, social, and cultural circumstance”. Dari definisi
tersebut dapat diartikan bahwa CTL adalah sebuah proses pendidikan yang
bertujuan menolong para siswa untuk melihat makna di dalam materi
akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek
akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan
konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka.
Nurhadi (2003:35) menyebutkan bahwa pendekatan kontekstual
adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara
materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa. Pembelajaran
kontekstual juga mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sendiri-sendiri.
Pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari usaha siswa
(56)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lvi Sedangkan Borko dan Putnam mengemukakan bahwa dalam pembelajaran
kontekstual, guru memilih konteks pembelajaran yang tepat bagi siswa
dengan cara mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan nyata dan
lingkungan di mana anak hidup dan berada serta dengan budaya yang berlaku
di masyarakatnya (http://www.contextual.org.id).
Sedangkan menurut Miller (2006:19), “Contextual learning conditions
require students to learn in dynamic environments that simulate the reality of the work place. They learn by doing. It facilitates understanding, retention, recall as well as two key types of learning transfer (applications and use in
new situations)”. Miller mengungkapkan bahwa kondisi pembelajaran
kontekstual memerlukan siswa untuk belajar dalam lingkungan dinamis yang
memperagakan pekerjaan nyata. Mereka (siswa) belajar dengan melakukan.
Hal tersebut memfasilitasi pemahaman, ingatan, mengingat kembali seperti
halnya pada dua kunci dari tipe transfer pembelajaran (aplikasi dan
penggunaan pada situasi yang baru).
Dari beberapa definisi di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
pendekatan pembelajaran CTL adalah sebuah pendekatan pembelajaran
dimana materi pelajaran yang diberikan oleh guru dikaitkan dengan konteks
dunia nyata atau dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah dimiliki
siswa sebelumnya dan siswa belajar dengan melakukan. Dengan demikian
diharapkan siswa akan menemukan makna pada materi pelajaran yang mereka
(57)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lvii di kehidupan nyata dan lebih mengingat materi tersebut yang pada akhirnya
akan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa pada akhir pembelajaran.
Terkait dengan penerapan pendekatan pembelajaran CTL di kelas,
Glynn dan Winter (2004:61) dalam penelitiannya menyebutkan:
“Furthermore, the CTL strategies were best implemented when teachers used them in conjunction with sounds classroom management techniques. Taken together, the finding of these case studies support the view that implementation of CTL strategies can help elementary school teachers meet the challenges that confront them when teaching science to children”
Glynn dan Winter menyebutkan, lebih lanjut, strategi CTL paling baik
diterapkan ketika guru menggunakannya dalam hubungannya dengan teknik
manajemen suara di kelas. Secara keseluruhan, temuan dari studi kasus
mendukung pandangan bahwa penerapan strategi CTL dapat membantu guru
sekolah dasar dalam menyelesaikan tantangan yang dihadapi ketika mereka
mengajarkan sains kepada anak-anak.
Forneris dan Peden (2006:15) dalam penelitiannya pada pendidikan
keperawatan menyatakan “Contextual learning as a reflective educational
intervention is a way of teaching that focuses on achievement of answers, and
achievement of a coherence of understanding in the context of care”. Forneris
dan Peden menyebutkan bahwa pembelajaran kontekstual sebagai intervensi
pendidikan reflektif adalah sebuah langkah pengajaran yang memfokuskan
kepada pencapaian jawaban dan pencapaian dari pemahaman yang koheren
dalam konteks kepedulian.
b. Prinsip Ilmiah CTL
(58)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lviii 1) Prinsip kesaling-bergantungan
Prinsip kesaling-bergantungan memungkinkan para siswa untuk membuat
hubungan yang bermakna dan pemikiran yang kritis dan kreatif menjadi
mungkin. Kedua proses tersebut akan terlibat dalam mengidentifikasi
hubungan yang akan menghasilkan pemahaman-pemahaman baru. Prinsip
kesaling-bergantungan juga mendukung kerja sama. Dengan bekerja
sama, para siswa terbantu dalam menemukan persoalan, merancang
rencana, dan mencari pemecahan masalah (Johnson, 2009:72).
2) Prinsip Diferensiasi
Prinsip diferensiasi memungkinkan siswa dengan berbagai latar belakang
berbeda dapat bekerja sama yang saling menguntungkan dalam
pembelajaran. Para siswa berpikir kreatif ketika mereka menggunakan
pengetahuan akademik untuk meningkatkan kerja sama dengan anggota
kelas mereka, ketika mereka merumuskan langkah-langkah untuk
menyelesaikan sebuah tugas sekolah, atau mengumpulkan dan menilai
informasi mengenai suatu masalah masyarakat. Dengan prinsip
diferensiasi akan membebaskan para siswa menjelajahi bakat pribadi
mereka, memunculkan cara belajar mereka sendiri, berkembang dengan
langkah sendiri (Johnson, 2009:77).
3) Prinsip Pengaturan Diri
Prinsip pengaturan diri meminta para pendidik untuk mendorong setiap
siswa untuk mengeluarkan seluruh potensinya. Ketika siswa
(59)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lix mereka, mereka akan terlibat dalam kegiatan yang mengandung prinsip
pengaturan-diri. Siswa akan dapat menemukan siapa diri mereka dan apa
yang bisa mereka lakukan, sehingga siswa akan mengeluarkan potensi
terpendamnya (Johnson, 2009:82).
c. Komponen CTL
Komponen-komponen dalam pembelajaran CTL menurut Wina
Sanjaya (2010:264-268) adalah sebagai berikut:
1) Konstruktivisme (constructivism). Konstruktivisme adalah proses
membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif
siswa berdasarkan pengalaman. Pembelajaran CTL pada dasarnya
mendorong agar siswa bisa mengkonstruksi sendiri pengetahuannya
melalui proses pengamatan dan pengalaman.
2) Inkuiri (inquiry). Inkuiri berarti bahwa proses pembelajaran dalam CTL
didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara
sistematis. Hal tersebut didasarkan pada prinsip bahwa pengetahuan
bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari
proses menemukan sendiri.
3) Bertanya (questioning). Dalam proses pembelajaran CTL, guru tidak
menyampaikan informasi begitu saja, akan tetapi memancing agar siswa
dapat menemukan sendiri. Oleh karena itu, peran bertanya sangatlah
penting, sebab melalui pertanyaan-pertanyaan tersebut guru dapat
membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi
(60)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lx 4) Masyarakat belajar (learning community). Konsep masyarakat belajar
dalam pembelajaran CTL adalah bahwa hasil pembelajaran diperoleh
melalui kerja sama dengan orang lain. Oleh karenanya, dalam
pembelajaran CTL diterapkan asas masyarakat belajar yang dilakukan
dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok-kelompok.
5) Pemodelan (modeling). Proses pembelajaran CTL dilakukan dengan
memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap
siswa. Proses modeling tersebut tidak terbatas dari guru saja, akan tetapi
dapat juga melibatkan siswa dengan memanfaatkan sarana yang ada.
6) Refleksi (reflection). Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman
yang telah dipelajari, yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali
kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya.
Dalam proses pembelajaran CTL, disetiap akhir pembelajaran guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk merenung dan mengingat
kembali apa yang telah dipelajarinya.
7) Penilaian nyata (authentic assessment). Dalam CTL, keberhasilan
pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh perkembangan kemampuan
intelektual saja, akan tetapi perkembangan seluruh aspek. Oleh karena itu
dalam pembelajaran CTL penilaian nyata memiliki makna proses yang
dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan
belajar yang dilakukan siswa.
d. Implementasi CTL dalam pembelajaran
(61)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lxi guru dalam pembelajarannya mengaitkan antara materi yang akan
diajarkannya dengan dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama
CTL yaitu sebagai berikut:
1) Mengembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna
jika diberi kesempatan untuk bekerja, menemukan, dan mengkonstruksi
sendiri pengetahuan dan keterampilan baru (constructivism).
2) Membentuk grup belajar yang saling tergantung (interdependent learning
groups) yaitu agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan
orang lain, maka pembelajaran hendaknya selalu dilaksanakan dalam
kelompok-kelompok belajar atau pembelajaran yang melibatkan siswa
dalam kelompok.
3) Memfasilitasi kegiatan penemuan (inquiry), yaitu proses siswa dalam
memperoleh pengetahuan dan keterampilan melalui penemuannya sendiri
(bukan hasil mengingat sejumlah fakta). Kegiatan yang dapat dilakukan
adalah dengan memberikan penugasan kepada siswa terkait materi
pelajaran yang diberikan sebelum guru menerangkan materi pembelajaran
tersebut.
4) Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui pengajuan pertanyaan
(questioning). Bertanya dipandang sebagai kegiatan atau upaya guru
untuk mendorong, membimbing, dan memahami kemampuan berpikir
(62)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
lxii untuk menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui
dan menunjukkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.
Bertanya dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, antara guru dengan
siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan orang baru yang
didatangkan di kelas.
5) Dalam setiap pembelajaran selalu diupayakan ada model yang bisa
ditiru. Guru memberi model tentang bagaimana cara belajar, namun
demikian guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang
dengan melibatkan siswa atau dapat juga mendatangkan dari luar.
6) Di setiap akhir pertemuan pembelajaran, guru bersama-sama siswa
melakukan refleksi (reflection), yaitu cara berpikir tentang apa yang baru
dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah kita
lakukan dimasa yang lalu. Kuncinya adalah bagaimana pengetahuan itu
mengendap di benak siswa.
7) Penilaian sesungguhnya (authentic assesment), adalah proses
pengumpulan berbagai data yang dapat memberikan gambaran
perkembangan belajar siswa. Pembelajaran yang benar memang
seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu
mempelajari (learning how to learn) sesuatu, bukan ditekankan pada
diperolehnya sebanyak mungkin informasi diakhir periode pembelajaran.
Kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan melulu hasil, dan dilakukan
dengan berbagai cara. Tes hanya salah satu cara dan itulah hakekat
(1)
perpustakaan.uns.ac.id BAB V digilib.uns.ac.id KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pengambilan keputusan dalam suatu penelitian merupakan hal yang penting sebab menggambarkan apa yang telah diteliti dan menggambarkan hasil dari sebuah penelitian beserta kajiannya:
Berdasarkan landasan teori dan didukung oleh hasil analisis variansi dan uji lanjut yang telah dikemukakan pada Bab IV serta mengacu pada perumusan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Pembelajaran dengan pendekatan CTL menghasilkan prestasi belajar matematika
yang sama dengan pembelajaran dengan pendekatan langsung berbasis AfL pada pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel.
2. Prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai kreativitas tinggi lebih baik dibanding dengan siswa yang mempunyai kreativitas sedang, prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai kreativitas tinggi lebih baik dibanding dengan siswa yang mempunyai kreativitas rendah, dan prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai kreativitas sedang lebih baik dibanding dengan siswa yang mempunyai kreativitas rendah.
3. Pada pembelajaran dengan pendekatan CTL, siswa yang mempunyai kreativitas
tinggi lebih baik prestasi belajarnya dari siswa yang mempunyai kreativitas sedang dan rendah, dan siswa yang mempunyai kreativitas sedang mempunyai
(2)
perpustakaan.uns.ac.id prestasi belajar yang sama dengan siswa yang mempunyai kreativitas rendah. digilib.uns.ac.id Sedangkan pada pembelajaran dengan pendekatan langsung berbasis AfL, siswa yang mempunyai kreativitas tinggi mempunyai prestasi belajar yang sama dengan siswa yang mempunyai kreativitas sedang dan rendah.
4. Pada kategori tingkat kreativitas tinggi, siswa yang diberi pembelajaran dengan pendekatan CTL lebih baik prestasi belajarnya dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan pendekatan langsung berbasis AfL. Pada kategori tingkat kreativitas sedang dan rendah, siswa yang diberi pembelajaran dengan pendekatan CTL mempunyai prestasi belajar yang sama dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan pendekatan langsung berbasis AfL.
B. Implikasi
Berdasarkan pada kajian teori, serta mengacu pada hasil penelitian ini, maka penulis akan menyampaikan implikasi yang berguna baik secara teoritis maupun secara praktis dalam upaya meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.
1. Implikasi Teoritis
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan CTL menghasilkan prestasi belajar matematika yang sama dengan pembelajaran dengan pendekatan langsung berbasis AfL. Jika melihat lebih lanjut hasil dari penelitian ini, maka pada kategori kreativitas tinggi siswa yang diberi pembelajaran dengan pendekatan CTL lebih baik prestasi belajarnya dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan pendekatan langsung yang berbasis AfL. Sementara pada kategori kreativitas sedang dan
(3)
perpustakaan.uns.ac.id rendah, siswa yang diberi pembelajaran dengan pendekatan CTL mempunyai digilib.uns.ac.id prestasi belajar yang sama dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan pendekatan langsung yang berbasis AfL.
Hal tersebut menunjukkan bahwa perlu adanya penerapan pembelajaran CTL dan pembelajaran langsung yang berbasis AfL dalam pembelajaran matematika yang disesuaikan dengan kondisi potensi kreativitas siswa. Jika kelas didominasi oleh siswa dengan kreativitas tinggi maka sebaiknya diterapkan pembelajaran CTL, namun jika kelas didominasi oleh siswa dengan kreativitas sedang dan rendah, maka guru dapat memilih pembelajaran CTL atau pembelajaran langsung yang berbasis AfL sesuai dengan kemampuan guru yang bersangkutan.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi guru untuk memilih pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan potensi yang dimiliki siswa, sehingga prestasi belajar siswa dapat meningkat. Pembelajaran CTL dan pembelajaran langsung yang berbasis AfL dapat dijadikan alternatif apabila guru atau calon guru matematika ingin melakukan proses pembelajaran.
C. Saran
Berdasarkan pada kesimpulan dan implikasi di atas, dan dalam rangka turut mengembangkan pembelajaran matematika yang diharapkan akan mampu meningkatkan prestasi belajar matematika siswa, maka disampaikan beberapa saran sebagai berikut:
(4)
perpustakaan.uns.ac.id 1. Kepada Siswa digilib.uns.ac.id a. Pada saat diterapkan pembelajaran dengan pendekatan CTL, siswa diharapkan
selalu memperhatikan penjelasan dari ide, gagasan atau pendapat yang dikemukakan oleh siswa lain, baik dalam diskusi kelompoknya maupun ketika kelompok lain mempresentasikan hasil kerjanya. Ketika berdiskusi dalam kelompok untuk memecahkan masalah, siswa hendaknya mengembangkan kerjasama dan kemauan untuk terlibat secara penuh dalam diskusi, sehingga jalannya diskusi tidak didominasi oleh siswa tertentu saja. Sedangkan pada saat diterapkan pembelajaran dengan pendekatan langsung yang berbasis AfL, siswa diharapkan memperhatikan petunjuk dan penjelasan guru serta membaca balikan (feedback) yang diberikan oleh guru pada lembar kerjanya sehingga mereka dapat mengetahui letak kesalahan yang dilakukan ketika mengerjakan sebuah soal atau tugas dan siswa juga diharapkan mengerjakan setiap pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru.
b. Siswa diharapkan selalu aktif, kreatif, dan bersungguh-sungguh dalam
pembelajaran, sehingga konsep dari materi yang diajarkan dapat mereka pahami dengan baik.
2. Kepada Guru Mata Pelajaran
a. Guru hendaknya memperhatikan potensi yang dimiliki oleh siswa, sehingga
mampu memilih pendekatan pembelajaran yang paling sesuai untuk diterapkan dalam proses pembelajaran. Misalnya pada kelas yang didominasi oleh siswa dengan kreativitas tinggi, maka guru dapat memlih pendekatan pembelajaran yang sesuai, misalnya pendekatan CTL. Sedangkan apabila
(5)
perpustakaan.uns.ac.id kelas lebih didominasi oleh siswa dengan kreativitas rendah, maka guru dapat digilib.uns.ac.id melaksanakan pembelajaran langsung tetapi mengoptimalkan peran penilaian dalam pembelajaran, seperti pada pembelajaran dengan pendekatan langsung yang berbasis AfL.
b. Pada pembelajaran guru hendaknya tidak mendominasi jalannya
pembelajaran. Baik pada pembelajaran dengan pendekatan CTL atau pembelajaran dengan pendekatan langsung yang berbasis AfL, siswa harus lebih banyak yang melakukan aktivitas atau kinerja dibandingkan dengan guru.
3. Kepada Kepala Sekolah
a. Dalam rangka menambah wawasan dan kompetensi guru dalam dunia
kependidikan terutama yang berkaitan dengan proses pembelajaran matematika, maka hendaknya kepala sekolah secara aktif memerintahkan guru matematika untuk mengikuti diskusi, seminar, pelatihan, maupun kegiatan ilmiah kependidikan.
b. Kepala sekolah hendaknya secara optimal melaksanakan fungsi
pengawasannya terhadap kinerja guru setelah guru yang bersangkutan telah mengikuti seminar atau pelatihan tentang pembelajaran terbaru dan inovatif. 4. Kepada Orang Tua
a. Para orang tua hendaknya selalu memperhatikan putra-putrinya dalam belajar serta berupaya menyediakan fasilitas belajar untuk menunjang proses belajar anak, sehingga diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajarnya.
(6)
perpustakaan.uns.ac.id b. Para orang tua hendakya mengupayakan untuk melakukan pendampingan dan digilib.uns.ac.id bimbingan terhadap kegiatan belajar putra-putrinya, karena selain memudah-kan pemahaman anak terhadap materi pelajaran, upaya tersebut amemudah-kan membantu anak secara emosional sehingga semangat dan kepercayaan diri anak akan meningkat.
5. Kepada Peneliti atau Calon Peneliti
a. Diharapkan dapat mengembangkan hasil penelitian ini dalam lingkup yang
lebih luas, seperti pada materi matematika yang lain dan jenjang sekolah yang berbeda.
b. Penulis berharap bagi para peneliti atau calon peneliti untuk dapat
meneruskan dan mengembangkan penelitian ini untuk variabel-variabel lain yang sejenis atau pendekatan pembelajaran yang lebih inovatif, sehingga mampu menambah wawasan dan pengetahun guru yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.