Proses Penciptaan LANDASAN TEORI 2.1 Mantra

541 FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG ISSN 2502-8723 menghafal, ia hanya memahami formulanya saja.

2.5 Nilai, Fungsi dan Karakter

Setiap tradisi lisan memiliki nilai budaya yang sebagian besar dimanfaatkan pada generasi muda masa kini demi masa depan yang sejahtera dan bermartabat, tetapi juga membutuhkan ahli untuk menggali, menginterpretasi, dan menerapkan nilai budaya itu dengan baik. Nilai luhur yang dimaksudkan disini adalah tradisi lisan yang menjadi pedoman hidup komunitas pada zaman itu Sibarani, 2012, hlm. 16. Nilai- nilai dalam tradisi lisan sebenarnya berorientasi pada pembentukan karakter. Dikatakan demikian karena bentuk pewarisannya adalah gagasan, nilai-nilai luhur, kebijaksanaan, tata krama dan sopan santun dan kearifan lokal yang mengacu pada kegiatan yang berkaitan dengan kehidupan seperti pertanian, peternakan, kelautan, konstruksi bangunan dan lain-lain.

2.6. Bahan Ajar

Menurut National Centre for Competency Based Training 2007, bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam menyelenggarakan pembelajaran. Menurut Yuniwati Maspuri, 2013, hlm. 49 handout adalah salah satu bentuk bahan ajar cetak. Menurut Majid 2013, hlm. 175 handout adalah bahan tertulis yang dipersiapkan oleh seorang guru untuk memperkaya pengetahuan peserta didik. Bentuk dan isi handout, secara sistematis terdiri dari pendahuluan yang berisi pemahaman umum, topik dan tema, tujuan, kegunaan, serta petunjuk mempelajari bahan ajar. Dan sistematika yang sesuai dengan kurikulum.

C. METODE PENELITIAN .

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Menurud Jane Richie Moleong, 2005. hlm. 6 penelitian kualitatif adalah upaya untuk menyajikan dunia sosial dan prespektifnya dalam dunia, dari segi konsep, perilaku, persepsi, dan persoalan manusia yang diteliti. Endraswara 2009, hlm. 82 mengemukakan bahwa pendekatan yang sesuai dengan metode penelitian kualitatif salah satunya adalah pendekatan naturalistik. Pendekatan ini berupaya memotret fenomena sosial budaya dari sisi si pelaku sendiri. Data dalam penelitian ini diambil dari ungkapan yang disampaikan oleh masyarakat Ngada etnis Bajawa khususnya Desa Sobo dan Rakalaba Kecamatan Golewa Barat pada saat reba acara su‘i uwi dilangsungkan. Data dikumpulkan melalui proses wawancara, perekaman, catatan-catatan, serta observasi. Pengumpulan data menggunakan handycam, kamera, dan alat tulis. Peneliti juga adalah instrumen dalam pengumpulan data. Analisis data dilakukan dengan cara mengkategorian, sintesa, menyusun 542 FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG ISSN 2502-8723 kedalam pola-pola, memilih mana yang penting dan yang tidak penting dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami Sugiyono, 2010 hlm. 89.

D. TEMUAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Struktur Teks Mantra

Su’i Uwi Berdasarkan kategori klausanya, mantra su‘i didominasi oleh kalimat verba. Dari sisi modusnya, mantra su‘i didominasi oleh kalimat berita dan selanjutnya diikuti oleh kalimat perintah. Berdasarkan intensitas kemunculannya, mantra su‘i didominasi olah oleh frasa su‘i o uwi ajaran pokok, dhia nenga jo jo dhia kesini makin kesini, da nana peti fao leghe lapi menganyam ikatantali dan dilipat-lipat, zili da webha gha ladja disana telah membentangkan layar, zili da teki gha wali watu disana telah mengangkat batu atau jangkar, zili da keso gha uli disana telah menginjak pedal kemudi untuk diputarkan, zili mesi mite laja nenga rie-rie disana lautan layar makin kelihatan. Selain berbentuk kalimat dan atau frasa, formula dan formulaik mantra su‘i juga ada yang berbentuk kata. Kata-kata yang selalu digunakan adalah kata petunjuk tempat arah yakni zili disana yang lebih rendah, lau disana, zale dibawah dan pu‘u pohonpangkaldari. Adapun kata yang bermakna larangan adalah kata ma‘e jangan. Selain itu juga ada nama tokoh yang disebutkan yakni Teru, Tena, Wijo, Wajo dan Sili serta Lodho. Selain itu rute perjalanan dari Giu Gema menuju Tiwa Lina juga adalah bagian dari formula formulaik yang dimanfaatkan penutur. Gagasan yang ada pada mantra su‘i uwi adalah su‘i uwi itu sendiri. Didalamya terdapat kisah eksodus bangsa-bangsa menuju Tiwa Lina, kisah tentang kehidupan orang Bajawa pada awal mulanya dan pesan-pesan moral. Proses kedatangan mereka yang menggunakan perahu dan menyinggahi beberapa tempat serta su‘a tajak sa‘o rumah adat, ngadhu lambang laki-laki dan bhaga lambang perempuan juga merupakan gagasan dalam mantra. Berkaitan dengan rima, dalam mantra su‘i terdapat pengulangan kalimat, frasa, klausa dan kata serta suku kata. Pengulangan yang demikian adalah frasa su‘i o uwi. Hampir semua baris selalu diapiti oleh frasa dimaksud. Bahkan su‘i uwi menjadi pembatas makna dari semua kalimat. Su‘i o uwi menjadi refren dari keseluruhan ungkapan yang ada. Pengulangan frasa su‘i o uwi kiranya hadir sebagai penegasan bahwa mantra su‘i adalah mantra yang menyampaikan tentang ajaran uwi. Pengulangan yang demikian walaupun terkesan monoton namun mampu memberikan warna dan karakter mantra dimaksud. Selain itu juga ditemukan metrum dan ritme. Gaya bahasa dalam mantra su‘i terdiri dari personifikasi, metafora,