Konstruksi Epistemologi Pendidikan Penanaman Nilai-nilai Karakter pada

424 FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG ISSN 2502-8723 pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT.; 2 mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia, yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, disiplin, bertoleransi tasamuh, menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah. Azyumardi Azra dalam buku ―Paradigma Baru Pendidikan Nasional Rekonstruksi dan Demokratisasi‖ memberikan pengertian tentang ―pendidikan‖ adalah merupakan suatu proses dimana suatu bangsa mempersiapkan generasi mudanya untuk menjalankan kehidupan dan untuk memenuhi tujuan hidup secara efektif dan efisien. Bahkan ia menegaskan pendidikan lebih sekedar pengajaran, artinya bahwa pendidikan adalah suatu proses dimana sutu bangsa atau negara membina dan mengembangkan kesadaran diri di anatara individu-individu. Sementara secara ideal-normatif tujuan pendidikan, baik dalam kaca mata pendidikan umum atau agama selalu mengidealkan terciptanya sikap anak didik yang dewasa atau cerdas, cerdas intelektualnya, emosionalnya, lebih-lebih spiritualnya kognitif, afektif dan psikomotorik. Gambaran manusia yang ideal adalah manusia yang cerdas spiritualnya. Sebab jika spiritual mereka sudah tertata, maka akan lebih mudah untuk menata aspek-aspek kepribadian lainnya. Sebaliknya, jika proses pendidikan hanya menekankan kedewasaan intelektualnya dan mengabaikan kedewasaan emosional serta spiritualnya, maka cara ini hanya akan mencetak manusia kehilangan sikap kamanungsanan manusiawi, solidaritas, dan toleransi. Tentu saja, baik dari kalangan akademisi maupun praktisi pendidikan, serta semua yang terlibat dalam pedidikan harus sesegera mungkin menyadari problem krusial dan substansial ini, mulai dari sistem pengelolaan, kurikulum, model pembelajaran, hingga tenaga pengajar yang masing-masing telah memiliki peran yang tidak kecil dalam proses pendidikan dan pembelajaran siswa kearah moralitas yang diharapkan banyak pihak. Dengan demikian, kehadiran pendidikan Agama Islam perlu dievaluasi secara terus menerus, sebab dalam faktanya, signifikansi peran serta kontribusinya masih jauh dari semangat pendidikan Islam secara ideal.Padahal secara umum masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang taat beragama. Namun demikian tidak sedikit pandangan masyarakat di Indonesia yang hanya merespon kebutuhan individual yang 425 FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG ISSN 2502-8723 tidak menyentuh pada persoalan sosial secara luas. Secara etimologi, bila ditelusuri asal karakter berasal dari bahasa Latin ―kharakter‖, ―kharassein‖, ―kharax‖, dalam bahasa Inggris: character dan Indonesia ―karakter‖, Yunani character, dari charassein yang berarti membuat tajam, membuat dalam. Dalam Kamus Poerwadarminta, karakter diartikan sebagai tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Nama dari jumlah seluruh ciri pribadi yang meliputi hal-hal seperti perilaku, kebiasaan, kesukaan, ketidaksukaan, kemampuan, kecenderungan, potensi, nilai- nilai, dan pola pemikiran. Sedangkan, karakter dalam kamus besar bahasa Indonesia, berarti watak, sifat- sifat kejiwaan, akhlaq atau budi pekerti yang membedakanseseorang dengan orang yang lain. Karakter juga bisa diartikan tabiat, yaituperangai atau perbuatanyang selalu dilakukan atau kebiasaan, ataupun bisa diartikan watak, yaitu sifat batin manusia yang mempengaruhi segenappikiran dan tingkah laku atau kepribadian. Sebagaimana yang termaktub dalam Al- Qur‘an, manusia adalah makhluk dengan berbagai karakter. Dalam kerangka besar manusia mempunyai dua karakter yang berlawanan, yaitu karakter baik dan buruk. Artinya: ―Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu jalan kejahatan danketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikanjiwa itu. Dan Sesungguhnya merugilah orang yangmengotorinya .‖QS. Asy-Syam: 8- 10. ―Character isn‘t inherted. One builds its daily by the one thinks and act, thought by thought, action by action. Helen G. Douglas Bahwa karakter tidak diwariskan, tetapi sesuatu yang dibangun secara berkesinambungan hari demi hari melalui pikiran dan perbuatan,pikiran demi pikiran, tindakan demi tindakan. Helen G. Douglas Hornby Parnwell, 1972: 49 karakter adalah kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama atau reputasi. Hermawan Kertajaya 2010: 3 mendefinisikan karakter adalah ―ciri khas‖ yang dimiliki oleh suatu benda atau individu tersebut dan merupakan ‗mesin‘ pendorong bagaimana seorang bertindak, bersikap, berujar, dan merespon sesuatu. Bagi Foerster, karakter merupakan sesuatu yang mengualifikasi seorang pribadi. Karakter menjadi identitas yang mengatasipengalaman kontingen yang selalu berubah. Dari kematangan karakter inilah, kualitas seorang pribadi diukur. Secara terminologis, pendidikan karakter merupakan sebuah usaha untuk menghidupkan kembali pedagogi ideal- 426 FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG ISSN 2502-8723 spiritual yang sempat diterjang gelombang positivisme ala Comte.Pendidikan karakter, menurut Ratna Megawangi adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari- hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya. Definisi lain dikemukakan oleh Fakry Gaffar, pendidikan karakter adalah sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu.‖

2. Dasar dan Tujuan Pendidikan

Karakter Karakter bangsa merupakan aspek penting dalam kualitas SDM karena kualitas karakter bangsa menentukan kemajuan suatu bangsa. Karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini. Usia dini merupakan masa kritis bagi pembentukan karakter seseorang. Menurut Freud kegagalan penanaman kepribadian yang baik di usia dini ini akan membentuk pribadi yang bermasalah di masa dewasanya kelak. Kesuksesan orang tua membimbing anaknya dalam mengatasi konflik kepribadian di usia dini ini sangat menentukan kesuksesan anak dalam kehidupan sosial di masa dewasanya kelak. Dari sinilah, Islam menyerukan kepada kaum muslimin untuk mempunyai karakter akhlak yang baik, dan mengembangkannya dalam jiwa-jiwa mereka. Oleh karena itu, islam mengukur keimanan seorang hamba berdasarkan keutamaan-keutamaan yang ada pada dirinya, serta akhlak baiknya. Allah SWT telah memuji Nabi-Nya dengan kebaikan akhlaknya, Dia SWT berfirman: ― Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. ‖ al-Qalam : 4 Allah juga memerintahkan kepada Rasulullah SAW untuk beraklahk dengan akhlak yang baik dalam firman-Nya: ―Tolaklah kejahatan itu dengan cara yang lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah Telah menjadi teman yang sangat setia .‖al- Fushshilat : 34 Melalui ayat ini Allah memerintahkan ―Tolaklah kejahatan itu dengan cara yang lebih baik,‖ yakni, jika orang lain berbuat buruk kepadamu, maka balaslah berbuat baik kepaadanya. Hal ini sebagaimana perkataan Umar r.a., ―janganlah engkau menghukumi orang yang berbuat maksiat kepaada Allah dengan cara berbuat jahat terhadap dirimu sendiri. Hukumlah ia-misalnya- 427 FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG ISSN 2502-8723 denga ketaatanmu kepada Allah dalam memperlakukan orang lain. Lebih lanjut firman Allah ―Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah Telah menjadi teman yang sangat setia ‖, yaitu menjadi sahabat. Jika kamu berbuat baik kepada orang yang telah berbuat buruk kepadamu, maka kebaikan itu mendorongnya untuk bersikap lembut, mencintai dan condong kepadamu, hingga ia seakan-akan menjadi teman yang sangat setia bagimu, yakni teramat dekat denganmu karena saying dan baik kepadamu. Rasulullah SAW diutus ke muka bumi ini untuk menyempurnakan akhlak, beliau SAW bersabda : إ اِ ِ ُِ اُث ِ ُ ا َِ اِ ا اِ ا ِقِاْخِ ااِ ِر ِك Sesunguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak Rasuluulah SAW bersabda : اِ ِا ِخِ اِا لاا اٍ ُ ُِ اٍ ِ ِ Artinya: ―Dan pergaulilah manusia dengan baik.‖ Hadits tersebut memberi dorongan kepada manusia untuk menggunakan moral baik dalam bergaul dengan sesamanya. Karakter bangsa merupakan aspek penting dalam kualitas SDM karena kualitas karakter bangsa menentukan kemajuan suatu bangsa. Karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini. Usia dini merupakan masa kritis bagi pembentukan karakter seseorang. Menurut Freud kegagalan penanaman kepribadian yang baik di usia dini ini akan membentuk pribadi yang bermasalah di masa dewasanya kelak. Kesuksesan orang tua membimbing anaknya dalam mengatasi konflik kepribadian di usia dini ini sangat menentukan kesuksesan anak dalam kehidupan sosial di masa dewasanya kelak. Thomas Lickona, seorang profesor pendidikan dari Cortland University, mengungkapkan bahwa ada sepuluh tanda- tanda zaman yang harus diwaspadai karena jika tanda-tanda ini sudah ada, berarti sebuah bangsa sedang menuju jurang kehancuran. Tanda-tanda yang dimaksud adalah 1 meningkatnya kekerasan di kalangan remaja, 2 penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk, 3 pengaruh peer-group yang kuat dalam tindak kekerasan, 4 meningkatnya perilaku merusak diri, seperti penggunaan narkoba, alkohol, seks bebas, 5 semakin kaburnya pedoman baik dan buruk, 6 menurunnya etos kerja, 7 semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru,8 rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara, 9 membudayanya ketidakjujuran, dan 10 adanya rasa saling curiga dan kebencian di antara sesama. Jika