MENINGKATKAN Karakter dalam cerita Sarpa Sitara Pějah dening cidra Buddhinya Naga
78
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG
ISSN 2502-8723
proses belajar yang berlangsung sesuai dengan
yang diharapkan.
Rendahnya motivasi
dan prestasi
belajar siswa
merupakan permasalahan yang harus segera diatasi,
salah satunya
yaitu dengan
pembaharuan dalam pembelajaran. Dalam
menerapkan suatu
model pembelajaran, pasti terdapat kelebihan-
kelebihan dan kelemahan. Menurut Trianto 2007, model pembelajaran kooperatif ini
mempunyai kelebihan-kelebihan
yaitu: dapat meningkatkan motivasi belajar siswa;
siswa dapat
berkomunikasi dengan
temannya dapat meningkatkan keaktifan dalam pembelajaran, dapat meningkatkan
pemahaman dalam prestasi belajar. Seperti pada model kooperatif TSTS. Dengan
menggunakan model TSTS pada mata pelajaran IPS masing-masing siswa dalam
tiap –tiap kelompok akan termotivasi untuk
mengungkapkan pendapatnya
dan memberikan informasi kepada teman yang
bertamu. Sebaliknya tugas tamu akan temotivasi untuk bertanya secara langsung
kepada kelompok lain seputar materi yang dibahas, misalnya pada materi meneladani
kepahlawanan dan patriotisme tokoh-tokoh dilingkungannya.
Tujuan penggunaan
model pembelajaran
kooperatif TSTS
akan mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam
berdiskusi, tanya jawab,mencari jawaban, menjelaskan dan juga menyimak materi
yang dijelaskan oleh teman. Selain itu, alasan menggunakan model pembelajaran
two stay two stray ini karena terdapat pembagian kerja kelompok, siswa dapat
bekerja sama dengan temannya, dapat mengatasi kondisi siswa yang ramai dan
sulit diatur saat proses pembelajaran. Adanya sifat kerjasama, serta pencarian
informasi pada kelompok lain, sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa
dalam upaya mengungkapkan ide yang mereka pikirkan serta memicu siswa untuk
berfikir kritis. Sehingga motivasi belajar siswa mampu meningkat.
PENUTUP KESIMPULAN
Model pembelajaran two stay two stray Dua Tinggal Dua tamu merupakan
suatu model pembelajaran dimana siswa belajar memecahkan masalah bersama
anggota kelompoknya, kemudian dua siswa dari kelompok tersebut bertukar informasi
ke dua anggota kelompok lain yang tinggal. Dalam model pembelajaran two stay two
stray Dua Tinggal Dua Tamu, siswa dituntut untuk memiliki tanggungjawab dan
aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. Pengembangan model pembelajaran ini
bermaksud agar dapat menghasilkan model pembelajaran
baru yang
efektif dan
menyenangkan bagi siswa dalam kegiatan pembelajaran serta dapat meningkatkan
motivasi siswa dalam belajar.
79
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG
ISSN 2502-8723
SARAN
Penggunaan model pembelajaran TSTS sangat cocok digunakan oleh pengajar
untu meningkatkan motivasi belajar siswa sekolah dasar. Hal ini dikarenakan model
TSTS ini bersifat kerja kelompok dan mencari informasi pada kelompok lain,
sehingga mau tidak mau siswa termotivasi untuk mengutarakan pendapatnya dan aktif
dalam proses
belajar berlangsung.
Diharapkan siswa termotivasi dalam belajar untuk melatih dirinya berani tampil dalam
rangka mengungkapkan
pendapatnya dimuka umum. Oleh sebab itu, agar dapat
diperoleh pembelajaran yang efektif dan hasil pembelajaran yang sesuai dengan
tujuan yang diharapkan maka seyogyanya guru memilih dan melaksanakan model
pembelajaran dengan baik.
DAFTAR RUJUKAN
Dimyati dan Mudjiono. 1994. Belajar Dan Pembelajaran.Jakarta:Depdikbud
Eko. 2011. Model pembelajaran kooperatif tipe
TSTS.online. http:raseko.blogspot.co
m201105model-pembelajaran- kooperatif-tipe-two.html diakses Januari
2016 Fadriani.
2013. Remediasi
Hukum Archimedes dengan Model Two Stay
Two Stray Berbantuan Lembar Kerja Bersrtuktur. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran. Onlinehttp:jurnal.untan.ac.idindex.
phpjpdpbarticleview3559, Diakses
April 2014. Huda,
Miftahul. 2011.
Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Nashar.Drs.2004.Peranan Motivasi
dan Kemampuan awal dalam kegiatan
pembelajaran. Jakarta: Delia press. Sardiman,A.M.2000.Interaksi dan Motivasi
Belajar Mengajar.Jakarta: Grafindo
Persada. Slavin, R, E. 2008. Cooperative Learning.
Bandung: Nusa Media. Sudjana,Nana. 1996. Dasar-Dasar Proses
Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Isjoni. 2011.
Cooperative Learning
Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung:ALFABETA
Azwar, S. 1995. Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya. Edisi ke-2.
Yogyakarta : Pustaka Belajar. Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan
Pembelajran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Nashar. 2004. Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal dalam Kegiatan
Pembelajaran. Jakarta: Delia Press. Lie, Anita. 2007. Cooperative Learning.
Jakarta: PT Grasindo Isjoni, H. 2011. Pembelajaran Kooperatif
Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi
80
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG
ISSN 2502-8723
Antara Peserta
Didik. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Djamarah, dan Aswan Zain. 2002. Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta. Hasibuan, Malayu S.P, 2006. Manajemen
Dasar, Pengertian, dan Masalah, Edisi Revisi. Bumi Aksara: Jakarta.
Agus, Suprijono. 2012. Metode dan Model-Model
Mengajar. Bandung:
Alfabet.
81
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG
ISSN 2502-8723
Prosiding Seminar Nasional Tahun 2016 ―Pengembangan Profesionalisme Guru Dan Dosen Indonesia‖
Malang, 07 Mei 2016
PRAKTIK PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT NUMBERED
HEAD TOGETHER TERHADAP PROGRAM BELAJAR BERCERITA PADA ANAK USIA DINI
ANISA FAJRIANA OKTASARI
Universitas Madura
ABSTRAK
Seorang guru dituntut mampu menggunakan metode atau model pembelajaran yang tepat agar tujuan akhir pembelajaran bisa tercapai dengan baik. Dalam pembelajaran Bercerita butuh perhatian khusus, karena bercerita
merupakan salah satu mata pelajaran yang masih dianggap sulit dipahami oleh siswa. Hal ini terbukti dengan ditemukan banyak siswa belum mampu Bercerita dengan baik dan benar. Oleh karena itu, dalam proses
pembelajaran Bercerita diperlukan suatu metode mengajar yang bervariasi dan menarik. Metode penelitian meliputi jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen, yaitu penelitian yang dilakukan terhadap sejumlah
variabel dengan memberikan suatu perlakuan atau pengkondisian terhadap sampel penelitian. Penelitian eksperimen ini termasuk kategori True Experimental eksperimen sungguhan. Adapun rancangan desain
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Post-test Only Control Design. Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut: Tingkat prestasi belajar Bercerita siswa Taman Kanak-Kanak di
Kabupaten Sampang dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT tergolong tinggi dengan nilai rata-rata: 77.25. Ada pengaruh yang signifikan peggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap
prestasi belajar Bercerita siswa Taman Kanak-Kanak di Kabupaten Sampang. Kata Kunci: pembelajaran kooperatif, nht
numbered head together, program belajar bercerita, anak usia dini
PENDAHULUAN
Seorang guru
dituntut mampu
menggunakan metode
atau model
pembelajaran yang tepat agar tujuan akhir pembelajaran bisa tercapai dengan baik.
Dalam pembelajaran
bercerita butuh
perhatian khusus,
karena bercerita
merupakan salah satu mata pelajaran yang masih dianggap sulit dipahami oleh siswa.
Hal ini terbukti dengan ditemukan banyak siswa belum mampu bercerita dengan baik
dan benar. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran bercerita diperlukan suatu
metode mengajar yang bervariasi dan menarik.
Kenyataan yang
terjadi adalah
penguasaan siswa terhadap materi Bercerita masih tergolong rendah jika dibanding
dengan mata pelajaran lain. Kondisi seperti ini terjadi pula pada Pendidikan Anak Usia
Dini dan Taman Kanak-Kanak Kecamatan Sampang. Berdasarkan hasil wawancara
peneliti dengan guru bahwa penguasaan materi bercerita oleh siswa masih tergolong
rendah. Banyak siswa yang kurang aktif dalam mengaplikasikan atau memberikan
komentar ketika diberikan pertanyaan oleh guru. Hasil observasi awal yang dilakukan
oleh peneliti pada Pendidikan Anak Usia Dini dan Taman Kanak-Kanak Kecamatan
82
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG
ISSN 2502-8723
Sampang menunjukan bahwa pembelajaran bercerita
di sekolah
tersebut masih
menggunakan model
pembelajaran konvesional
yakni suatu
model pembelajaran yang banyak didominasi oleh
guru, sementara siswa duduk secara pasif menerima
informasi pengetahuan
dan keterampilan. Hal ini diduga merupakan
salah satu
penyebab terhambatnya
kreativitas dan kemandirian siswa. Sejalan dengan hal tersebut, maka
dalam pembelajaran bercerita perlu adanya perubahan dari pembelajaran berorientasi
pada guru teacher oriented menjadi pembelajaran yang berorientasi pada peserta
didik student oriented. Kondisi seperti ini memposisikan guru hanya sebagai fasilitator
dalam pembelajaran,
sehingga semua
peserta didik diajak terlibat aktif dalam pembelajaran
yang akhirnya
dapat meningkatkan ketuntasan belajar. Salah satu
upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif
dalam proses belajar mengajar, yaitu pembelajaran yang dapat menanamkan
kesadaran dalam diri para peserta didik bahwa mereka bersatu dalam suatu upaya
bersama dan akan berhasil atau gagal sebagai sebuah tim.
Salah satu model pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara aktif adalah
model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran
kooperatif sangat
cocok diterapkan pada pembelajaran bercerita
karena dalam mempelajari bercerita tidak cukup hanya mengetahui dan menghafal
konsep-konsep bercerita
tetapi juga
dibutuhkan suatu
pemahaman serta
kemampuan menyelesaikan
persoalan dengan baik. Berdasarkan uraian di atas,
maka penulis termotivasi untuk mengadakan penelitian pada Pendidikan Anak Usia Dini
dan Taman
Kanak-Kanak Kecamatan
Sampang dengan
judul:
“Praktik
Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Numbered
Head Together
terhadap Program Belajar Bercerita pada Anak Usia
Dini.‖