estimasi nilai rata-rata dari kondisi perlakuan yang diperkirakan dari eksperimen. Disekitar nilai estimasi rata-rata dari kondisi perlakuan yang
digunakan di dalam eksperimen konformasi untuk memperjelas perkiraan Ada tiga kasus dimana kita perlu menghitung interval kepercayaan:
a. Interval kepercayaan untuk level faktor Perhitungan interval kepercayaan untuk level faktor digunakan rumus:
Dimana: CI
= Interval kepercayaan Fα,v
1
,v
2
=Nilai F-ratio dari tabel α
=Resiko, level kepercayaan = 1- resiko v
1
=Derajat kebebasan untuk pembilang yang berhubungan dengan suatu rata-rata dan selalu sama
dengan 1 untuk suatu interval kepercayaan. V
2
=Derajat kebebasan untuk penyebut yang berhubungan dengan derajad kebebasan dari variansi pooled error
V
e
=Variansi pooled error N
=Jumlah pengamatan yang digunakan untuk menghitung rata-rata mean
Sehingga jika rata-rata sesungguhnya adalah µ , maka:
µ = 1 ± CI..............................1
1 – CI ≤ µ ≤ 1 + CI..........................................2
Dimana: µ
= rata-rata sesungguhnya 1
= interval kepercayaan b. Interval kepercayaan untuk Perkiraan rata-rata
Perhitungan interval kepercayaan untuk perkiraan rata-rata proses optimum adalah sebagai berikut:
Dimana: CI
= Interval kepercayaan Fα,v
1
,v
2
=Nilai F-ratio dari tabel α
=Resiko, level kepercayaan = 1- resiko v
1
=Derajat kebebasan untuk pembilang yang berhubungan dengan suatu rata-rata dan selalu sama
dengan 1 untuk suatu interval kepercayaan. V
2
=Derajat kebebasan untuk penyebut yang berhubungan dengan derajad kebebasan dari variansi pooled error
V
e
=Variansi pooled error
c. Interval kepercayaan untuk Perkiraan rata-rata eksperimen konfirmasi Eksperimen konfirmasi digunakan untuk verifikasi bahwa rata-rata yang
ditaksir untuk faktor dan level yang telah dipilih dari eksperimen matriks
ortogonal adalah valid. Sehingga terlalu sedikit contoh yang diambil akan sulit untuk menentukan validitas dari rata-rata yang diperkirakan.
3.7. Failure Mode and Effect Analysis FMEA
23
1. Mengenali dan mengevaluasi kegagalan potensial dan efeknya. Pentingnya perbaikan terus menerus untuk meningkatkan kualitas produk,
kehandalan dan keamanan muncul dari penarikan kembali produk, aturan pemerintah, rekomendasi agensi, persyaratan resmi dan lain-lain adalah semua
yang dibutuhkan perusahaan untuk meningkatkan posisi produk di pasar dan kepuasan pelanggan. Hal ini menuntut pelaku industri untuk melakukan analisis
resiko yang mengidentifikasi dan meminimumkan kesalahan pada bagian produk dan sistem produk maupun manufaktur atau proses untuk memperpanjang siklus
hidup produk. Metode FMEA adalah salah satu teknik menganalisi resiko yang
direkomendasikan oleh standar international. FMEA adalah proses sistematik untuk mengidentifikasi kegagalan potensial untuk memenuhi fungsi yang
dimaksud untuk mengidentifikasi kegagalan yang mungkin karena kesalahan yang bisa dieliminasi dan meletakkan akibat kesalahan sehingga dampaknya dapat
dikurangi. FMEA memiliki tiga fokus utama yaitu:
23
Dyadem, Guidelines for Failure Mode and Effects Analysisfor Automotive, Aerospace and General Manufacturing Industries. Florida : CRC Press, 2003. Hal 5-1 – 5-2.
2. Mengidentifikasi dan memprioritaskan kegiatan yang dapat mengeleminasi kegagalan potensial, mengurasi kesempatan terjadinya atau mengurangi
resikonya. 3. Dokumentasi dari identifikasi yang dilakukan, evaluasi dan aktifitas perbaikan
agar dapat meningkatkan kualitas produk. FMEA merupakan suatu metode yang bertujuan untuk mengevaluasi desain
sistem dengan mempertimbangkan bermacam-macam mode kegagalan dari sistem yang terdiri dari komponen-komponen dan menganalisis pengaruh-pengaruhnya
terhadap keandalan sistem tersebut. Risk Priority Number RPN merupakan hubungan antara tiga buah variabel yaitu Severity Keparahan, Occurrence
Frekuensi Kejadian, Detection Deteksi Kegagalan yang menunjukkan tingkat risiko yang mengarah pada tindakan perbaikan.
1. Severity Severity adalah tingkat keparahan atau efek yang ditimbulkan oleh kegagalan
terhadap keseluruhan mesin.
2. Occurrence Occurrence adalah tingkat keseringan terjadinya kerusakan atau kegagalan.
Occurrenceberhubungan dengan estimasi jumlah kegagalan kumulatif yang muncul akibat suatu penyebab tertentu dalam mesin.
3. Detection
Deteksi diberikan pada sistem pengendalian yang digunakan saat ini yang memiliki kemampuan untuk mendeteksi penyebab atau mode kegagalan
sebelum sampai ke tangan konsumen. Secara umum FMEA dapat dibagi atas dua jenis yaitu:
1. Design FMEA FMEA pada tahapan ini akan difokuskan pada rancangan produk dan
pengembangannya sebelum diproduksi secara masal sehingga lebih dikenal dengan Design FMEA DFMEA.
2. Process FMEA FMEA pada tahapan ini akan berorientasi pada rancangan proses dan
pengembangannya dimana sudah berlangsung produksi secara masal yang di dalamnya terdapat beberapa potensi kegagalan FMEA pada tahapan ini dikenal
sebagai Process FMEA. Tahapan pembuatan FMEA secara umum yaitu:
1. Penentuan mode kegagalan yang potensial Dampak kegagalan potensial adalah dampak yang ditimbulkan dari suatu
kegagalan terhadap konsumen. 2. Penentuan nilai Severity S
Severity adalah peringkat yang menunjukkan tingkat keseriusan efek dari suatu mode kegagalan. Severity berupa angka 1 hingga 10, di mana 1
menunjukkan keseriusan terendah resiko kecil dan 10 menunjukkan tingkat keseriusan tertinggi sangat beresiko. Kriteria severity dapat dilihat pada