2. Pengetahuan Tentang Antibiotika
Dari hasil wawancara 10 orang responden di lokasi Pasar Kembang diketahui bahwa semuanya mengetahui tentang antibiotika. Pengetahuan ini mereka
dapat dari pengalaman sesama teman dalam satu komunitasnya, ada juga yang mengetahui dari klinik GL “Griya Lentera” dokter di klinik tersebut sampai dengan
apotek tempat mereka membeli obat.
3. Tempat Mendapatkan Antibiotika
Pada sebagian besar PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta mendapatkan antibiotika dari apotek atau sekitar 80 sehingga mereka seharusnya
mendapatkan informasi yang penting tentang antibiotika tersebut. Namun pada kenyataanya yang didapat pada saat mereka membeli obat antibiotika di apotek tidak
ada bedanya dengan ketika mereka membeli di warung karena tanpa mendapat informasi yang jelas. Apotek tidak seharusnya menjual dan melayani obat antibiotika
tanpa resep. Apotek seharusnya sebagai salah satu penyedia jasa pelayanan kesehatan terutama dalam pendistribusian obat ke masyarakat diharapkan dapat memberikan
model pelayanan kesehatan yang benar dan sesuai prosedur. Apoteker disini sebagai penanggungjawab diharapkan dapat menerapkan prinsip KIE demi tercapainya
perilaku sehat di masyarakat. Informasi yang diberikan berupa aturan pakai, dosis, lama pemakaian, dan fungsi antibiotika tersebut.
Responden yang mendapatkan antibiotika dari dokter sebanyak 10, sehingga kesadaran mereka untuk menjaga kesehatan sudah lebih baik dibandingkan
dengan yang mendapatkan antibiotika dari warung ataupun informasi dari teman. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Responden yang mendapat antibiotika dari warung sebesar 10 sehingga tidak mendapat informasi yang benar.
4. Penggunaan terakhir dan Intensitas Penggunaan Antibiotika
Jika dilihat dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti di lokasi Pasar Kembang diketahui bahwa penggunaan obat antibiotika sangat intens, dimana
ada yang menggunakan setiap hari dengan dosis 2-3x sehari, ada juga yang menggunakan 2-3x dalam seminggu, 3x dalam sebulan dengan alasan pencegahan.
Responden yang secara rutin memakai antibiotika baik pada waktu sakit maupun pada waktu sehat, tidak mengetahui dan menyadari bahayanya kalau memakai
antibiotika secara sembarangan. Ada responden yang minum obat antibiotika jika benar-benar sakit.
Antibiotika yang dipakai tidak dengan indikasi yang tepat atau dosis yang sesuai serta aturan pakai yang tidak tepat akan menyebabkan bakteri menjadi resisten
akibatnya penyakit akan tambah parah dan biaya yang dikeluarkan untuk penanggulangan akan bertambah mahal. Pemberian edukasi dan informasi secara
intens dan benar dari tenaga ahli yaitu apoteker baik pada pelayanan di apotek ataupun penyuluhan kesehatan akan sangat membantu pemahaman PSK tentang
antibiotika. Informasi yang diberikan dapat berupa pengetahuan tentang nama obat antibiotika, pemahaman untuk apa antibiotika digunakan, bagaimana mengunakan
antibiotika dengan tepat, berapa banyak, berapa kali sehari, bersama makan atau pada waktu perut kosong dan juga penggunaan untuk beberapa lama.
5. Profil Antibiotika di Lokasi Pasar Kembang
Dari hasil wawancara yang dilakukan pada subyek uji PSK di Sarkem diketahui bahwa semua pernah menggunakan obat antibiotika namun ada yang lupa
akan nama obatnya. Profilnya sebagai berikut : yang menggunakan ampisilin sebanyak 2 orang, yang menggunakan binotal isinya merupakan ampisilin sebanyak
2 orang, yang menggunakan amoksisilin sebanyak 2 orang. Satu orang menggunakan 2 jenis obat yang berbeda yaitu supertetra merupakan obat yang kandungannya
tetrasiklin dan binotal. Satu orang menggunakan amoksisilin dan ampisilin, dan pengguna akilen dan binotal juga sebanyak 1 orang. Akilen merupakan jenis
oflosaksin yang obat golongan kuinolon. Ampisilin aktif terhadap beberapa jenis kuman gram positif dan gram
negatif, tapi dirusak oleh penisilinase, sehingga kemungkinan resistensi besar. Obat ini merupakan golongan antibiotika broad spectrum spektrum luas. Ampisilin akan
menembus dinding sel bakteri, menghambat sintesis dinding sel, yang nantinya akan membuat dinding sel menjadi lisis sehingga bakteri akan mati.
Untuk memperoleh efek terapi yang maksimal sebaiknya ampisilin diminum sebelum makan 1-2 jam sebelum makan karena pada waktu itu bioavaibilitasnya
90 dibandingkan setelah makan bioavaibilitasnya hanya 40. Makanan juga akan mengurangi absorpsi ampisilin sehingga yang di metabolisme akan lebih sedikit dan
efek yang diperoleh juga akan berkurang. Penggunaan binotal yang berisi ampisilin sebenarnya bukanlah tipe pilihan yang tepat untuk mengobati PMS. Perlu penegakan