C. Rata-rata Persentase Pengaruh Tingkat Pendidikan, Umur dan Lama
Kerja PSK Perempuan terhadap perubahan Perilaku dalam Kerasionalan Penggunaan Antibiotika
1.
Tingkat Pendidikan
Berdasarkan gambar 5 pada faktor tingkat pendidikan diketahui bahwa persentase peningkatan nilai perilaku terbesar justru pada responden yang tidak
sekolah sebesar 25 peningkatan angka yang cukup tinggi, data ini menunjukkan bahwa pada saat pemberian edukasi ada antusiasme yang tinggi untuk mendapatkan
informasi khususnya tentang PMS dan kerasionalan penggunaan antibiotika.
25 9
7,6 8
10 20
30 40
50
Persent a
se
Tingkat Pendidikan
Tidak Sekolah SD
SMP SMU
Gambar 5. Persentase peningkatan nilai perilaku PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006 berdasarkan faktor tingkat pendidikan
Minimnya tingkat pendidikan responden mempengaruhi pengetahuan yang dimiliki responden, selain hal yang disebutkan diatas mereka dibantu dalam pengisian
kuisioner mereka karena mereka tidak dapat membaca dan menulis, sehingga waktu pengisian pertanyaan dibacakan dan diisikan oleh peneliti.
Pada saat pengisian kuisioner mereka menunjukan respon yang baik. Pengetahuan tentang antibiotika yang pada awalnya sangat minim. Berdasarkan
wawancara yang dilakukan, sebelum pemberian edukasi kebanyakan dari mereka menerapkan mitos yang telah berkembang bahwa dengan meminum antibiotika
sebelum berhubungan seksual akan terhindar dari berbagai macam PMS. Hal ini pula yang sering menyebabkan responden untuk tidak menggunakan kondom dalam
melayani tamu karena mempercayai mitos tersebut dan yakin akan baik-baik saja atau tidak terinfeksi walau tanpa penggunaan kondom.
Kebanyakan dari mereka tidak mengetahui bahwa antibiotika mempunyai aturan pakai tersendiri, seperti obat harus diminum berdasarkan aturan pakai 3 x
sehari dan harus sampai habis, harus dengan resep dokter dan tidak dapat diminum setiap hari. Rasa ingin tahu yang besar pada waktu edukasi berjalan mengakibatkan
respon yang baik pada akhirnya menunjukan perilaku yang baik Persentase terkecil adalah responden dengan tingkat pendidikan SMP yang
nilainya tidak begitu jauh dengan yang berpendidikan SMU. Persentase peningkatan nilainya sebesar 7,6 untuk SMP dan 8,0 untuk SMU peningkatan nilai perilaku
ini termasuk kecil karena pengetahuan responden sebelum pemberian edukasi dapat dikatakan sudah baik jumlah benar berkisar antara 15 sampai 17 bahkan ada yang 20
atau benar semua, sehingga mempengaruhi nilai peningkatan. Dari hasil wawancara sebagian responden tingkat pendidikan SMP dan
SMU sudah mengetahui bahwa obat antibiotika harus diminun sampai habis dalam jangka waktu tertentu dan hanya atas anjuran dokter, namun karena telah menjadi
kebiasaan penggunaan antibiotika disamakan seperti penggunaan jamu yang dapat diminum setiap hari. Menurut mereka dengan meminum antibiotika setiap hari bisa
mencegah tertular PMS dan HIVAIDS, pemikiran serta mitos yang berkembang seperti inilah yang sangat sulit untuk diubah.
Dari hasil tingkat pendidikan ini dapat disimpulkan bahwa tingginya tingkat pendidikan seseorang tidak menjamin perubahan perilakunya terutama dalam
penggunaan antibiotika yang rasional, walaupun mereka tahu hal yang benar namun untuk mengubah perilaku sehat sangatlah sulit.
2. Umur
10,8 7,8
16
10 20
30 40
50
Persent ase
Umur
0-20 Tahun 21-40 Tahun
41-60 Tahun
Gambar 6. Persentase peningkatan nilai perilaku PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006 berdasarkan faktor umur
Persentase peningkatan nilai berdasarkan tinjauan umur, responden yang berumur antara 0-20 tahun mengalami peningkatan sebesar 10,8, umur antara 21-40
sebesar 7,8 sedangkan umur 41-60 mencapai 16. Pada umur 41-60 mengalami peningkatan paling besar hal ini seperti teori
yang dikemukakan oleh Arthur 1978 menunjukkan adanya kemampuan mental yang baik pada usia dewasa awal yang terus meningkat sampai mendekati usia dewasa
madya. Kemampuan itu berupa penalaran dengan menggunakan analogi, mengingat kembali informasi yang telah dipelajari dan berpikir secara kreatif. Dengan demikian
pada dewasa madya responden menunjukkan antusiasme yang baik. Pada waktu pemberian edukasi mereka banyak bertanya tentang PMS dan
cara pencegahannya. Minat mereka tentang informasi penggunaan antibiotika yang baik dan benar juga tinggi hal ini dikarenakan usia yang semakin lanjut memotivasi
responden untuk lebih memperhatiakan kesehatannya, usia yang tidak muda lagi membuat mereka menjadi rentan akan terserang suatu penyakit sehingga dengan
adanya edukasi mempengaruhi perilaku responden pada perilaku sehat. Persentase berikutnya sebesar 10,8 ditempati oleh PSK usia remaja 0-20
tahun hal ini dipengaruhi berbagai macam faktor. Salah satu faktor yang sangat mendukung adalah kebayakan dari mereka yang berada pada usia tersebut memiliki
tingkat pendidikan yang cukup tinggi antara SMP dan SMU sehingga dapat menangkap dengan baik edukasi yang diberikan. Selain itu terlepas dari tingkat
pendidikannya usia remaja adalah usia dimana seseorang memiliki ketajaman intelektual, dan daya tangkap terhadap suatu obyek lebih baik. Hal ini dinyatakan