+,-.-,--+
19
h. Akses terhadap pendukung usaha, kendala, dan prospek usaha
Sebagian terbesar PKL yaitu 94,69 tidak pernah mengikuti pembinaan, sisanya 5,31 yang pernah mengikuti
pembinaan. Kelompok yang terakhir ini sebagian terbesar pembinaannya dilakukan oleh pemerintah daerah.
Rendahnya persentase jumlah usaha kaki lima yang pernah mengikuti pembinaan, tentu berkorelasi sangat kuat
terhadap rendahnya pemahaman para PKL tentang penggunaan ruang publik public area yang dimanfaatkan
untuk usaha. Padahal penggunaan ruang publik ini menimbulkan beban sosial social cost bagi pemerintah
daerah maupun masyarakat Jakarta. Usaha pembinaan PKL akan menjadi efektif jika
dilakukan melalui kelompok atau organisasi. Ternyata sebagian terbesar dari PKL tidak menjadi anggota kelompokorganisasi
kaki lima yang jumlahnya mencapai 84.802 usaha atau sebesar 91,43. Data ini menunjukkan bahwa hanya
sebagian kecil saja dari mereka yang menjadi anggota kelompokorganisasi kaki lima.
i. Hambatan Yang Dihadapi.
Hambatan secara konseptual didefinisikan sebagai suatu keadaan atau situasi yang secara langsung memberi pengaruh
negatif terhadap kelancaran operasi atau perkembangan kinerja usaha. Hambatan dapat berasal dari faktor eksternal
maupun dari faktor internal perusahaan. Banyaknya usaha yang menyatakan kekurangan modal sebagai hambatan berjumlah
49.635 usaha atau 53,51 dari keseluruhan usaha; lokasi usaha tidak strategis sebanyak 7.256 usaha atau 7,83; kurang
memahami manajemen pengelolaan usaha sebanyak 1.966 usaha atau 2,12; persaingan usaha sangat ketat sebanyak
+,-.-,--+
20 26.006 usaha atau 28,05; sarana usaha kurangtidak memadai
sebanyak 8.497 usaha atau 9,16; dan lain-lain hambatan sebanyak 17.702 usaha atau 19,09 dari keseluruhan usaha.
j. Pengetahuan tentang peraturan daerah
Kecilnya jumlah
pengusaha kaki
lima yang
mengetahui adanya peraturan daerah perda yang secara khusus mengatur usaha kaki lima dan ketertiban umum, tentu
merupakan sinyal yang mengindikasikan besarnya beban pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh pemerintah daerah
untuk mensosialisasikan
perda dimaksud,
sehingga substansi dari keberadaan perda dapat tercapai secara
efektif. Sebagian terbesar dari PKL yaitu 85,07 belum mengetahui tentang perda ketertiban, sedang yang sudah
mengetahui hanya berjumlah 14,93. Ini membuktikan bahwa pemda belum atau tidak pernah memberikan sosialisasi
langsung kepada PKL mengenai perda ketertiban.
k. Tenaga kerja
Jumlah pekerja yang berhasil ditampung usaha kaki lima berjumlah 139.394 pekerja, yang terdiri atas 99.648
pekerja laki-laki dan 39.746 pekerja perempuan. Dari data ini menunjukkan bahwa rata-rata jumlah tenaga kerja pada usaha
kaki lima adalah 1,5 orang. Ditinjau dari status ketenaga- kerjaan, ternyata para pekerja usaha kaki lima didominasi oleh
pekerja tidak dibayar, yakni mencapai 116.996 pekerja atau sebesar 89,93. Hanya sebanyak 22.398 pekerja atau sebesar
16,07 yang merupakan pekerja dibayar. Ini membuktikan bahwa sebagian terbesar dari pekerja usaha kaki lima adalah
pemilik itu sendiri.
l. Omzet perhari