JENIS, SUMBER DAN INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA INDEKS KINERJA PKL

+,-.-,--+ 59

3.2. JENIS, SUMBER DAN INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

Jenis data yang dibutuhkan dalam kajian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan menggunakan teknik wawancara dan observasi lapang dengan menggunakan daftar kuesioner atau daftar isian. Teknik wawancara ditujukan kepada PKL-pangan, aparat pemerintah daerah setempat serta lembaga- lembagainstansi lain yang berkaitan dengan pemberdayaan PKL. Data sekunder diperoleh dari publikasi-publikasi penelitian, laporan serta dokumen- dokumen lain yang mempunyai kaitan dengan usaha kaki lima. Pengumpulan data lapangan juga menggunakan teknik FGD dengan beberapa narasumber di daerah kajian. Lokasi kajian adalah: Medan Provinsi Sumatera Utara, Surakarta Provinsi Jawa Tengah, Pontianak Provinsi Kalimantan Barat, Mataram Provinsi NTB, dan Makassar Provinsi Sulawesi Selatan. Dari masing- masing kota yang menjadi lokasi kajian dipilih satu lokasi usaha PKL makanan olahan kuliner. Dari masing-masing lokasi usaha PKL dipilih secara purposif 10 sepuluh PKL sebagai sampel untuk dilakukan wawancara maupun observasi. Observasi dapat pula dilakukan terhadap seluruh sarana usaha PKL yang berada di lokasi kajian untuk meneliti kondisi sarana usaha dan lingkungan tempat usaha. Tabel 2 Sebaran Lokasi dan Anggota Sampel Kajian No Provinsi Kota Jumlah Sampel PKL Ins. Pemda Ins. Pembina 1. 2. 3. 4. 5. Sumut Jateng Kalbar NTB Sulsel Medan Surakarta Pontianak Mataram Makassar 10 10 10 10 10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Total 50 5 5 +,-.-,--+ 60

3.3. INDEKS KINERJA PKL

Sebagai titik tolak pembahasan kinerja PKL dan mengingat kesesuaian data lapangan serta waktu survei di daerah, maka penetapan indeks kinerja PKL didasarkan melalui skala likert dengan gradasi indikator sebagai berikut: 1. Nilai 1 : Kinerja Buruk 2. Nilai 2 : Kinerja BaikCukup 3. Nilai 3 : Kinerja Sangat Baik Karena PKL termasuk kategori Usaha MikroKecil, maka penjabaran nilai indeks kinerja tersebut dilandaskan pada besaran pendapatan income level yaitu: 1. IK-PKL = 1,bila pendapatan bersih per tenaga kerja Rp 300.000 bulan 2. IK-PKL = 2, bila pendapatan bersih per tenaga kerja Rp 300.000 - 1.000.000bulan 3. IK-PKL = 3, bila pendapatan bersih per tenaga kerja Rp 1.000.000 bulan Sebagai asumsi dasar, maka perolehan laba bersih terhadap pendapatan kotor bulanan ditentukan sebesar 30 dari total pendapatan. Nilai ini dididasarkan dari rata-rata perkiraan hasil survei PKL di lapangan, meskipun pada kenyataannya untuk PKL-pangan nilai tersebut bisa mencapai 40-50 perunit Usaha Mikro. Faktor-faktor yang mempengaruhi indeks kinerja tersebut dirumuskan dalam skala ordinal melalui pendataan PKL hasil survei lapang yang memenuhi syarat secara nominal untuk perataan angka. Faktor-faktor tersebut diasumsikan mencakup segi bisnisusaha, legalhukum, SDMketenagakerjaan, lingkungankenyamanan publik dan teknologiproduksi dari marjinal. Dari informasi hasil data studi kasus PKL di daerah, digabungkan dengan hasil FGD lintas institusi, akan dirumuskan model pengembangan PKL serta implikasi kebijakan. +,-.-,--+ 61 Adapun rata-rata nilai ordinal menggunakan rata-rata geometri:

3.4. ORGANISASI PELAKSANA