+,-.-,--+
140 perlu dikelola secara sistimatis agar mampu memandirikan
Usaha MikroPKL secara berkelanjutan.
4.7.2.4 Faktor Lingkungan
1. Dinas tata kota, dinas perhubungan dan dinas KUKM di tingkat kabupatenkota berkoordinasi dalam menetapkan
jalan bebas hambatan untuk kelancaran lalu lintas di titik rawan macet. Penanganan PKL liar ini di wilayah
transportasi strategis harus ditetapkan melalui perda-perda
yang konsisten dan secara periodik dipantau agar tidak terjadi kemacetan kambuhan.
2. Dinas Kebersihan Kabupatenkota melaksanakan penjagaan lingkungan PKL yang bersih dan sehat, dengan tetap
memperhatikan keberlanjutan bisnis mereka. Tempat pengumpulan sampah serta koleksi per lokasi PKL harus
dilakukan sesuai prosedur yang disepakati bersama dengan paguyuban atau koperasi PKL pada lokasi tertentu. Dalam
hal ini bisa dilaksanakan iuran kebersihan dan keamanan lokasi. Pemerintah daerah perlu memfasilitasi penyediaan
air bersih dari PDAM di mana penggunaan air bersih tersebut dibebankan kepada PKL. Selain itu pemerintah
daerah perlu menyediakan fasilitas MCK setempat. 3. Dinas KUKM kabupaten dan kota bersama dengan para
penyuluh lapangan dari berbagai perguruan tinggi atau LSM- profesional
dapat bekerjasama
untuk meningkatkan
kesadaran lingkungan dan kesehatan masyarakat.
Mekanisme publikasi yang intensif dan bermuatan teknis praktis dapat membantu proses pendidikan masyarakat bagi
PKL maupun penggunaan layanan mereka.
4. Keamanan Usaha di daerah rawan kejahatan sangat
dibutuhkan oleh para PKL yang telah terorganisasi di lokal tertentu. Pemerintah daerah dapat mendukung melalui
+,-.-,--+
141 penugasan petugas kemananhansip guna mengatasi
premanisasi dan kutipan liar yang mengurangi pendapatan PKL-unggulan. Faktor keamanan ini dapat dikaitkan dengan
iuran ataupun retribusi lingkungan. 5. Perlu disediakan sarana parkir yang memadai, di mana para
pengunjung dengan mudah dapat memarkir kendaraannya. Keterbatasan tempat parkir dapat menyebabkan lokasi
usaha PKL Kuliner kurang pengunjungnya, karena
pengunjung sulit untuk mendapatkan tempat parkir.
4.7.2.5 Faktor Teknologi
1. Pemerintah daerah dapat mendayagunakan hasil riset di bidang teknologi produksi maupun manajemen usaha dari
perguruan tinggi
setempat, untuk
mendukung
pengembangan usaha PKL-unggulan. Teknologi tepat guna dan bebas sampah zero waste dapat dijadikan
landasan guna
meningkatkan citra
PKL sekaligus
membangun inovasi pendukungnya. 2. Peran serta lembaga riset di daerah, baik dalam fasilitas
laboratorium maupun tenaga ahlinya, dalam pembinaan
PKL-unggulan daerah perlu ditingkatkan. Kondisi melalui
BapekoBappeda tingkat kabupatenkota akan membuat keterpaduserasian link and match antara teknologi dengan
bisnis PKL. 3. Khusus untuk PKL-pangan, terutama pada taraf warung kopi
dan warung tegal, diperlukan pemberdayaan PKL dalam hal
teknologi proses untuk mencegah kerusakan, keracunan
maupun rendah-gizi dari pangan olahan yang diproduksi PKL. Bahan-bahan kimia beracun harus dihindarkan
pemakaiannya terutama untuk panganan jajanan bagi anak-
+,-.-,--+
142 anak sekolah. Dalam hal ini Dinas Kesehatan Daerah dapat
menjadi penggerak aktivitas tersier.
4. Teknologi pengawetan bahan pangan maupun produk
pangan olahan dari PKL menjadi penting untuk dimonitor dan dicegah dampak negatifnya. Pemakaian formalin untuk tahu
misalnya, akan mempengaruhi kesehatan masyarakat secara meluas. Di sini peran BPOM dan dinas-dinas terkait
di provinsi penting dalam rangka menghindari keracunan pangan masal di daerah perkotaan. Peraturan daerah yang
melarang penggunaan bahan-bahan berbahaya serta bahan- bahan kimia beracun harus diterbitkan dan dijalankan.
+,-.-,--+
143
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
3 3
, ,
, ,
, ,
, ,
, ,
, ,
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
4 4
+ +
+ +
+ +
+ +
+ +
+ +
5.1 KESIMPULAN
Pedagang Kaki Lima PKL sebagai salah satu komponen sektor informal
berperan dalam
mengembangkan ekonomi
lokal dan
pemberdayaan masyarakat sehingga mampu memperluas lapangan pekerjaan. Melalui Usaha Mikro dan Kecil, PKL terbukti menyerap tenaga
kerja yang tidak dapat dipekerjakan pada sektor formal seperti di industri. Namun keberadaan PKL juga sering dianggap menimbulkan masalah
diperihal ketertiban dan kenyamanan dalam pemukiman. Sebagian besar PKL tersebut ternyata tinggal dan berusaha di pemukiman padat pada
wilayah perkotaan. Rata-rata pendapatan bersih dari PKL di lima daerah kajian adalah
sebesar Rp 1,752,621tenaga kerjabulan. Dengan menggunakan rataan geometri maka didapat rata-rata Indeks Kinerja - PKL= 2.72 yang
mendekati nilai 3, artinya rata-rata dari keluruhan PKL yang disurvei mempunyai kinerja yang baik di mana mereka mempunyai pendapatan
bersih di atas Rp 1.000.000tenaga kerjabulan. Berdasarkan hasil survei lapangan ada tiga faktor yang lebih dominan mempengaruhi kinerja PKL-
pangan yaitu kondisi lokasi usaha, keterjangkauan lokasi usaha dan prospek konsumen.
Dukungan pemda
terhadap penyediaan
fasilitas dalam
pengembangan PKL berperan untuk menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan dayasaing PKL. Berdasarkan informasi yang diperoleh, pada
umumnya PKL menyatakan belum ada pembinaan yang efektif terhadap kegiatan usaha kaki lima dari pemda. Mereka memandang perlunya
pembinaan dari pemerintah daerah agar kinerja PKL menjadi lebih baik melalui interaksi antara PKL dengan pemerintah. PKL memerlukan akses
permodalan dan kredit tanpa agunan, kepastian dan penataan lokasi