13 Keterjangkauan Lokasi Usaha 14 Prospek Konsumen

+,-.-,--+ 68 8. Tempat berusaha; bangunan permanen tembok, semi permanen kios dan tenda 9. Bentuk sarana usaha; kios, tenda, mobil toko, gerobak dan lainnya 10. Luas tempat usaha; 5 m 2 , 5-10 m 2 dan 10 m 2 11. Kelengkapan tempat usaha; listrik, air bersih, kompor gas, kompor minyak dan tempat cucijamban 12. Kondisi lokasi usaha; sangat strategis, strategis, cukup strategi, tidak strategis dan sangat tidak strategis 13. Keterjangkauan lokasi usaha; sangat mudah, mudah, cukup mudah, tidak mudah, dan sangat tidak mudah 14. Prospek konsumen; sangat ramai, ramai, cukup ramai, tidak ramai dan sangat tidak ramai Setiap kriteria pada faktor-faktor tersebut di atas kemudian kemudian dikonversi dalam skala 1 sampai dengan 5. Skala 1 menunjukkan kriteria faktor kinerja sangat tidak berpengaruh dalam kinerja PKL dan skala 5 menunjukkan kriteria faktor kinerja sangat berpengaruh pada kinerja PKL. Semakin besar nilai skala yang dimiliki pada setiap faktor menunjukkan semakin baik faktor tersebut dan berpengaruh terhadap kinerja PKL. Data mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja PKL dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 6 Faktor yang Mempengaruhi Kinerja PKL No Faktor Skala Rata-rata 1 2 3 4 5 1 Tingkat pendidikan 9 19 20 2 3.19 2 Jumlah Tenaga Kerja 11 17 10 4 8 2.28 3 Lama Usaha 22 20 28 2.01 4 Kondisi Omzet 1 30 15 4 2.35 5 Kondisi Keuntungan 1 30 14 5 2.37 6 Lokasi Usaha 12 31 4 3 1.85 7 Status Lokasi usaha 28 12 10 1.80 8 Tempat berusaha 39 11 1.27 9 Bentuk Sarana Usaha 2 20 34 10 2.77 10 Luas Tempat Usaha 12 18 20 2.83 11 Kelengkapan Tempat Usaha 11 15 11 8 5 2.30 12 Kondisi Lokasi Usaha 1 35 14

4.20 13 Keterjangkauan Lokasi Usaha

1 15 22 12

3.82 14 Prospek Konsumen

15 24 11 3.85 +,-.-,--+ 69 Dari Tabel 6 terlihat bahwa ada tiga faktor yang lebih dominan mempengaruhi kinerja PKL-pangan yaitu kondisi lokasi usaha 4.20, keterjangkauan lokasi usaha 3.82 dan prospek konsumen 3.85. Keberadaan PKL memberikan dampak terhadap aspek ekonomi dan sosial. PKL memberikan kontribusi yang besar dalam perekonomian lokal dan pemberdayaan masyarakat. PKL berperan sebagai penggerak utama dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal. Hal ini terlihat dari rata-rata pendapatan bersih di lima daerah survei sebesar Rp 1,752,621tenaga kerjabulan. Pendapatan bersih tersebut menunjukkan kegiatan usaha PKL mampu memberikan peluang usaha yang menjanjikan. Selain itu, keberadaan PKL mampu menyerap tenaga kerja yang tidak dapat terserap pada sektor informal. Tenaga kerja yang membantu kegiatan usaha PKL berasal dari keluarga dan orang luar karyawan. Pada umumnya, sebagian besar PKL dalam menjalankan kegiatan usahanya dibantu oleh tenaga kerja yang berasal dari keluarga. Kesadaran PKL dalam menjaga kebersihan lokasi usaha terlihat dari cara mereka melakukan pembuangan sampah. Sebagian besar PKL melakukan pembuangan sampah secara berkelompok yang diatur oleh petugas kebersihan. Keberadaan PKL bisa dianggap dapat menimbulkan masalah ketertiban dan kenyamanan. Hal ini terlihat dari lokasi usaha yang menjadi tempat kegiatan PKL. Sebagian besar PKL melakukan kegiatan usahanya di badan jalan, trotoar, jalur hijau dan lahan parkir. Kehadiran PKL pada ruang publik tersebut dianggap menimbulkan masalah ketertiban. Selain itu, umumnya PKL tinggal di wilayah pemukiman dengan jumlah anggota rumah tangga yang besar. Sehingga menimbulkan masalah kenyamanan karena keberadaan PKL menyebabkan daerah pemukiman menjadi padat. Dalam pengembangan PKL dibutuhkan fasilitasidukungan untuk menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan serta dayasaing PKL. PKL membutuhkan pembinaan dari pemerintah daerah untuk meningkatkan kinerja dan dayasaing, serta diharapkan adanya interaksi dengan pemerintah daerah untuk mempermudah akses dalam memperoleh fasilitasdukungan. PKL di lima +,-.-,--+ 70 wilayah kajian membutuhkan pembinaan dari pemerintah daerah dalam hal aspek keuangan, aspek sosialisasi, aspek sumberdaya manusia, dan aspek pemasaranlokasi usaha. Selain itu, dukungan yang diharapkan oleh PKL untuk mengembangkan kegiatan usahanya adalah permodalankredit tanpa agunan, kepastian lokasi usaha, penataan lokasi usaha, pengembangan koperasi PKL, pelatihan teknis, registrasipencatatan data PKL, pengolahan sampah, dan asuransisantunan atas bencana. Penataan PKL belum dilakukan dengan tertib dan legal di beberapa wilayah survei yaitu Medan dan Makassar. Hal tersebut disebabkan belum adanya peraturan daerah yang mengatur secara khusus pembinaan terhadap PKL. Tiga wilayah kajian lainnya yaitu Surakarta, Pontianak, dan Mataram ditemui beberapa peraturan daerah yang terkait dengan PKL. Beberapa peraturan daerah tersebut adalah sebagai berikut : Peraturan Daerah Kota Daerah Tingkat II Surakarta Nomor 8 Tahun 1995 tentang Penataan dan Pembinaan PKL • Surat Keputusan Walikota Surakarta Nomor 2 Tahun 2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Daerah Tingkat II Surakarta Nomor 8 Tahun 1995 tentang Penataan dan Pembinaan PKL • Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 4 Tahun 2005 tentang Retribusi Pelayanan Pasar • Peraturan Daerah Kota Mataram Nomor 13 Tahun 2003 tentang PKL Hal tersebut menunjukkan pemerintah daerah di Surakarta, Pontianak dan Mataram sudah mulai melakukan penataan pembinaan terhadap PKL.

4.1 PROVINSI SUMATERA UTARA