+,-.-,--+
39 e. Bagi yang tidak bersedia mengalihkan lokasi usaha dan
tidak mampu
menyesuaikan diri
dalam kehidupan
perkotaan maka direncanakan akan dipulangkan ke desanya atau ikut program transmigrasi.
f. Membentuk atau memberdayakan koperasi agar ikut berperan serta secara aktif dalam pengelolaan PKL, sehingga pemerintah
daerah tidak terlalu jauh mencampuri pengelolaan PKL.
2.3.3 Langkah-langkah Kegiatan Pengembangan PKL
Beberapa langkah kegiatan pengembangan PKL dapat ditempuh sebagai berikut:
1. Legalitas usaha, yang meliputi: Peraturan daerahdan peraturan gubernurbupatiwalikota tentang:
- Tata ruang lokasi usaha PKL. - Penetapan lokasi PKL.
- Retribusi PKL. - Pembinaanpengembangan PKL.
2. Penyediaan sarana dan prasarana usaha, terdiri dari: a. Penyediaan tempat usaha relokasi PKL yang menempati badan
jalan, trotoar, saluran air, taman dan sebagainya melalui pembebasan lahan atau pemanfaatan lahan milik pemerintah
daerah pada areal yang strategis bagi usaha mereka, sehingga usaha menjadi formal dan pasti.
b. Penyediaan tempat usaha PKL pada bangunan perkantoran, pusat perbelanjaanpertokoan, pusat rekreasi, fasilitas umum
rumah sakit, terminal bus, stasiun kereta api, tempat pendidikan dan sebagainya.
c. Penetapan lokasi PKL secara resmi, terkendali atau terkendali. d. Penyediaan tempat usaha PKL pada lahan swasta atau
perorangan. e. Rehabilitas pasar-pasar tradisional menjadi Lokasi Binaan Usaha
Mikro dan Kecil.
+,-.-,--+
40 f. Rehabilitas tempat-tempat usaha PKL.
g. Perubahan Pasar Inpres menjadi Lokasi Binaan Usaha Kecil. Selama ini Pasar Inpres termasuk dalam pengelolaan PD. Pasar,
sementara disatu sisi PD. Pasar adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang bisnis yang lebih memprioritaskan pada
keuntungan perusahaan, sementara di pihak lain Pasar Inpres keberadaannya lebih mengutamakan pada pelayanan pada
pengUsaha Mikro
dan kecil yang tidak mementingkan
mendatangkan keuntungan bagi perusahaan, tetapi justru menjadi beban finansial bagi perusahaan. Karena itu, sebaiknya Pasar
Inpres pengelolaannya dialihkan pada Dinas Koperasi dan UKM atau Koperasi Pedagang yang orientasinya pada pelayanan
kepada PengUsaha Mikro dan KecilPKL. h. Mengakomodir lokasi usaha PKL dalam tata ruang kota.
i. Penataan usaha PKL berdasarkan waktu-waktu tertentu: harian, mingguan, bulanan, tahunan atau berdasarkan jam-jam tertentu
seperti pagi hari, siang hari, sore hari, malam hari, tengah malam. 3. Pembinaan manajemen dan konsultasi usaha, yang terdiri dari:
a. Bimbingan manajemen usaha b. Konsultasi usaha
c. Pelatihan kewirausahaan d. Pelatihan kualitas produksi, terutama makanan proses.
4. Bantuan pinjaman modal usaha, yang meliputi: a. Pinjaman dari bank
b. Pinjaman melalui penjaminan oleh pemerintah daerah. c. BUMN
d. Bantuan luar negeri e. Lembaga non-bank lainnya.
5. Bantuan sarana dan prasarana usaha lain bagi PKL seperti peralatan usaha, perizinan, jaminan usaha, dan sebagainya.
6. Meningkatan kelembagaan usaha PKL, yang meliputi: a. Pembentukan dan pemberdayaan koperasi PKL
+,-.-,--+
41 b. Pembentukan kelompok tanggung renteng dan kelompokasosiasi
PKL. c. Kemitraan dengan usaha menengah dan besar.
d. Kerjasama dengan asosiasi-asosiasi atau lembaga-lembaga sosial, perguruan tinggi yang mempunyai minat terhadap
pembinaan usaha PKL. 7. Penyajian sistem informasi
a. Penyajian peta usaha PKL b. Penyajian Informasi melalui komputer dengan sistem on-line dari
tingkat kelurahan sampai dengan tingkat provinsi atau kabupatenkota.
c. Penyajian sistem informasi PKL dengan sistem informasi daerah.
2.3.4 Strategi Pengembangan PKL