+,-.-,--+
47
2.4.1 Aspek Kelembagaan
Aspek kelembagaan ini mencakup 2 dua kelompok, yaitu kelompok pembina dan kelompok pedagang.
Kelompok pembina yang terdiri dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, organisasi-organisasi sosial, lembaga swadaya
masyarakat dan sebagainya. Kelompok kedua adalah pedagang sendiri, yaitu koperasi pedagang atau asosiasiperkumpulan pedagang,
kelompok tanggung renteng. Pemerintah daerah diharapkan memiliki struktur
organisasi dan
aparat yang
menangani pembinaan
pengembangan PKL. Organisasi pembina ini, diharapkan sampai ke tingkat kecamatan dan kelurahan, karena struktur yang paling bawah
itulah sebenarnya yang berhadapan langsung dengan PKL, dan mengetahui persis keberadaan PKL di wilayahnya masing-masing.
Selain itu, pemerintah daerah perlu melakukan mediasi kepada lembaga- lembaga atau organisasi yang diharapkan dapat mendukung
pengembangan PKL. Kelompok pembina berfungsi untuk mengoperasionalkan ketiga
komponen pembinaan lainnya, yaitu penyediaan sarana dan prasarana usaha, pemasaran, dan kelembagaan. Kelompok pembina harus
mempunyai tiga fungsi yaitu: i menyediakan sarana dan prasarana bagi pembinaan usaha kecil seperti tempat penyuluhan, lokasi usaha, modal
usaha, dan sebagainya, ii harus dapat memberikan informasi tentang harga, sebagai pusat informasi barang, pencari order, dan sarana
promosi bagi pengusaha kecil, dan iii harus dapat membina asosiasi- asosiasi pengusaha kecil dan menghimpun ketua-ketua kelompok
pengusaha kecil. Berdasarkan fungsi-fungsi tersebut, maka anggota- anggota kelompok pembina harus berasal dari departemen atau instansi
yang dapat melakukan ketiga fungsi. Pembina yang berasal dari departemen yang relevan untuk dapat untuk dapat menyediakan sarana
dan prasarana adalah Departemen Dalam Negeri khususnya pemerintah daerah. Hal Ini sangat dimungkinkan karena pemerintah daerah
mempunyai wewenang dalam menentukan peraturan-peraturan tentang
+,-.-,--+
48 masalah sarana dan prasarana. Dalam hal ini, pemerintah daerah dapat
menggunakan sumber-sumber dana yang berasal dari APBNAPBD untuk menyediakan lokasi dan sarana usaha PKL, tempat penyuluhan
atau pelatihan, dan bantuan pinjaman modal usaha. Dalam rangka peningkatan usaha kaki lima, maka perlu dihimpun ketua-ketua kelompok
dalam suatu wadah di mana wadah itu dapat ditingkatkan menjadi koperasi,sehingga tercipta kesadaran berorganisasi pada PKL.
Untuk kelompok pedagang, diharapkan setiap lokasi PKL dibentuk koperasi pedagang yang mempunyai tugas sebagai pengelola
lokasi PKL. Koperasi pedagang ini harus dibina oleh pemerintah daerah, khususnya unitinstansi yang mempunyai tugas pengembangan koperasi
dan UKM, seperti dinas koperasi dan UKM. Namun unitinstansi lainpun dapat diikut sertakan, misalnya dinas kebersihan, dinas kesehatan, dinas
ketertiban, bank, dan sebagainya. Pembinaan koperasi pedagang harus dilakukan secara terus menerus dan kontinu. Pada tahap awal
pembinaan harus dilakukan secara intensif, dan lambat laun setelah koperasi dapat mandiri, barulah dilakukan pengawasan secara berkala.
PKL harus dicatat secara teratur, bila perlu setiap hari yang dapat dilakukan oleh petugas dari kelurahan, yang dilaporkan ke tingkat
kecamatan dan kabupatenkota.
Gambar 3 Submodel Kelembagaan
+, -.0
12. -23
-4567 39-834
-458.67 9-834
73? -4567
40 , -+4
Legalisasi Registrasi
4... 469:;4
9844 96
6: 40
1+3-9?
+,-.-,--+
49
2.4.2 Aspek Pembiayaan