ORGANISASI PELAKSANA JADWAL PELAKSANAAN SUMBER ANGGARAN

+,-.-,--+ 61 Adapun rata-rata nilai ordinal menggunakan rata-rata geometri:

3.4. ORGANISASI PELAKSANA

Kegiatan ini dilaksanakan tim dengan susunan personel sebagai berikut: 4. Penanggung jawab : 1 orang 4. Koordinator : 1 orang 4. Pelaksana : 1 orang 4. Sekretaris : 1 orang Di samping itu, dalam pelaksanaan kegiatan ini, tim didukung oleh Tenaga Ahli yang berpendidikan minimum strata S2 dan 5 lima tahun berpengalaman di bidang profesi.

3.5. JADWAL PELAKSANAAN

Kegiatan Kajian Model Pengembangan Pedagang Kaki Lima ini bersifat swakelola dan dilaksanakan oleh tim pelaksana dari Asdep Urusan Penelitian UKM dengan jangka waktu selama 12 dua belas bulan. Adapun jadwal pelaksanaan kegiatan adalah : +,-.-,--+ 62 Tabel 3 Jadwal Pelaksanaan Kajian Model Pengembangan Pedagang Kaki Lima +,- . 1 2 3 4 5 6 .7 .. . + ,-.0 1 ,223-45 06789 : ,223-45 ;2-72-23; = 3?;2- 72-23; 72-2; 2.4; .423753; ,22 -; -45 -; ,225 + ,2207 2;36,- 13 Penggandaan laporan akhir

3.6. SUMBER ANGGARAN

Kegiatan ini dilaksanakan pada tahun 2009 dan dibiayai dengan APBN Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah tahun anggaran 2009 +,-.-,--+ 63 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 + + + + + + + + + + + + 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 Jumlah UMKM di seluruh Indonesia saat ini sekitar 51,257 unit dari total pelaku usaha dan memberikan kontribusi terhadap PDB sebesar Rp 2.609,36 triliun 55,56 dan investasi sebesar Rp 461,1 triliun 52,89 serta mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 90,89 juta orang 97,04 KementerianNegara Koperasi dan UKM. 2009. Usaha Mikro termasuk di dalamnya PKL, merupakan pelaku usaha yang bergerak di sektor informal dan tidak mempunyai badan hukum. PKL melakukan kegiatan usaha di berbagai bidang, antara lain perdagangan, industri, jasa, dan kerajinan, serta menggunakan teknologi yang sederhana dalam kegiatannya. Berdasarkan data dari Lembaga Penelitian SMERU bulan September 2009, disebutkan bahwa Usaha Mikro rata-rata mempunyai nilai aset di bawah Rp 20 juta dengan omzet rata-rata mulai dari Rp 220 ribubulan sampai Rp 2,6 jutabulan. Keterbatasan dalam mendapatkan modal usaha sering kali menjadi faktor penghambat bagi Usaha Mikro ketika akan memulai atau mengembangkan usaha. Pemberdayaan terhadap Usaha Mikro, Kecil dan Menengah telah diatur dalam UU No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Peran pemerintah menurut UU 202008 tentang UMKM Pasal 22 adalah sebagai berikut : 1. Menyediakan akses Usaha Mikro terhadap sumber-sumber pembiayaan dari kredit perbankan dan lembaga keuangan bukan bank. Contoh : Kredit Usaha Rakyat KUR dan PNPM. 2. Memperluas sumber-sumber pembiayaan bagi Usaha Mikro. Contoh : Pembentukan LPDB, Lembaga Modal Ventura Daerah LMVD, Koperasi Simpan Pinjam KSPUnit Simpan Pinjam USP, KJKSUJKS. 3. Menyediakan pembiayaan untuk Usaha Mikro melalui program dana bergulir APBN, APBD. Contoh : Program Pembiayaan Produktif Koperasi dan Usaha Mikro P3KUM, Program Perempuan Keluarga Sehat dan Sejahtera Program Perkassa. +,-.-,--+ 64 Dalam kenyataannya, para pelaku kegiatan UMKM sering terbentur beberapa permasalahan dalam hal pembiayaan UMKM, antara lain sebagai berikut : 1. Terbatasnya fasilitas kredit mikro bagi UMKM dari perbankan; 2. Prosedur dan persyaratan kredit perbankan relatif rumit dan birokratis; 3. Ketidakmampuan dalam menyediakan laporan keuangan sesuai standar keuangan yang berlaku; 4. Ketidakmampuan dalam menyediakan jaminan tambahan; 5. Tingginya bunga kredit perbankan terutama untuk modal investasi; dan 6. Terbatasnya jangkauan pelayanan kredit perbankan di daerah. Menurut data Lembaga Penelitian SMERU bulan September 2009, sumber pinjaman rumah tangga Usaha Mikro saat ini berasal dari bank 19, kosipa 19, koperasi lain 3, dan sumber pinjaman lain 59 misalnya pelepas uang atau rentenir. Alasan rumah tangga mikro dalam memilih sumber pinjaman tersebut karena ; sebagai satu-satunya sumber pinjaman, pinjaman mudah didapat, ditawari pinjaman, bunga rendah, sudah jadi anggotanasabah, dan bunga dikembalikan ke anggota. Sebagian besar alasan utama rumah tangga Usaha Mikro memilih sumber pinjaman tersebut adalah kemudahan mendapat pinjaman 60. Keadaan status pinjaman tersebut dalam 5 tahun terakhir ini masih diangsur 50-60 oleh para pelaku Usaha Mikro. Situasi tersebut menunjukkan akses Usaha Mikro terhadap pinjaman semakin terbuka, dalam hal ini semakin banyak bank dan nonbank yang menyediakan pinjaman mikro dan dana bergulir. Namun, akses perbankan untuk jumlah pinjaman yang relatif besar masih terbentur pada persyaratan jaminan. Walaupun persyaratan untuk akses pinjaman pada perbankan telah diperlunak, tetapi kesan “sulit” untuk mendapat pinjaman masih diyakini oleh sebagian pelaku Usaha Mikro. Di sisi lain, program dana bergulir yang dilaksanakan pemerintah umumnya relatif mudah diakses oleh pelaku Usaha Mikro tetapi masih menemui kendala karena terbatasnya dana. Sikap takut punya utang dan persyaratan pinjaman yang berat sering kali menjadi permasalahan Usaha Mikro dalam mengakses pinjaman. +,-.-,--+ 65 Pada umumnya, program pemberian pinjaman terhadap Usaha Mikro diakui berdampak positif, antara lain Usaha Mikro semakin maju dalam hal ini usaha sampingan telah berubah menjadi usaha utama keluarga dan mengurangi ketergantungan Usaha Mikro pada rentenir atau koperasi keliling yang selama ini menjadi tumpuan mereka dalam mendapatkan pinjaman modal usaha. Usaha Mikro memiliki potensi yang sangat besar sebagai nasabah jasa keuangan. Jumlah populasi UMKM yang sangat besar dan strategis membutuhkan program pemberdayaan yang berkelanjutan dan perlu terus ditingkatkan. Dalam keadaan seperti ini, diperlukan sinergi antar instansi terkait atas implementasi kebijakan dan program di bidang kelembagaan, pembiayaan dan pemasaran KUMKM. Selain itu, perlu dikembangkan juga program pengembangan lembaga pembiayaan lainnya seperti : modal ventura, anjak piutang dan gadai. Secara struktural, pertumbuhan PKL atau sektor informal hampir mustahil dapat ditahan, sebab kehadirannya memang dibutuhkan oleh warga kota yang miskin atau yang berpenghasilan rendah, termasuk mereka yang bekerja di sektor formal sendiri. Keberhasilan dan kegagalan usaha PKL dapat diketahui melalui kinerja mereka. Kriteria penentuan kinerja PKL dilihat berdasarkan pendapatan perbulan dan jumlah tenaga kerja yang terlibat. Berdasarkan survei lapang dari lima kota yaitu Medan, Surakarta, Pontianak, Mataram, dan Makassar didapat data sebagai berikut: Tabel 4 Pendapatan Bersih RpBulanOrang PKL Daerah Pendapatan T.K.keluarga T.K.luar Total T.K Indeks kinerja Rp orang orang orang Rpbulanorang Medan 10,500,000 2 2 1,575,000 21,000,000 1 1 6,300,000 18,000,000 2 2 2,700,000 4,950,000 2 2 742,500 18,000,000 1 1 2 2,700,000 18,000,000 3 3 1,800,000 45,000,000 5 2 7 1,928,571 15,000,000 2 1 3 1,500,000 15,000,000 5 5 900,000 7,200,000 1 1 2,160,000 +,-.-,--+ 66 Daerah Pendapatan T.K.keluarga T.K.luar Total T.K Indeks kinerja Rp orang orang orang Rpbulanorang Surakarta 4,500,000 2 1 3 450,000 15,000,000 2 3 5 900,000 30,000,000 4 2 6 1,500,000 9,000,000 3 1 4 675,000 15,000,000 4 1 5 900,000 6,000,000 3 3 600,000 15,000,000 1 1 2 2,250,000 6,000,000 1 1 2 900,000 15,000,000 3 1 4 1,125,000 9,000,000 2 2 1,350,000 Pontianak 13,200,000 1 1 3,960,000 5,400,000 2 2 810,000 15,000,000 2 2 2,250,000 16,800,000 1 1 5,040,000 15,000,000 4 2 6 750,000 12,000,000 1 1 3,600,000 12,000,000 3 3 1,200,000 13,500,000 2 2 2,025,000 8,400,000 1 1 2 1,260,000 12,000,000 1 1 2 1,800,000 Mataram 9,000,000 2 1 3 900,000 15,000,000 2 1 3 1,500,000 9,000,000 1 1 2 1,350,000 15,000,000 2 2 2,250,000 15,000,000 3 1 4 1,125,000 24,000,000 3 3 2,400,000 24,000,000 3 1 4 1,800,000 30,000,000 4 1 5 1,800,000 12,000,000 2 2 1,800,000 60,000,000 4 2 6 3,000,000 Makassar 6,000,000 1 1 1,800,000 6,000,000 1 1 1,800,000 7,500,000 1 1 2 1,125,000 6,000,000 1 1 1,800,000 3,000,000 1 1 900,000 4,500,000 1 1 1,350,000 9,000,000 1 1 2 1,350,000 12,000,000 2 1 3 1,200,000 12,000,000 2 1 3 1,200,000 5,100,000 1 1 1,530,000 Rata-rata pendapatan bersih 1,752,621 +,-.-,--+ 67 Rata-rata pendapatan bersih dari lima daerah survei adalah sebesar Rp 1,752,621tenaga kerjabulan. Berdasarkan data yang diperoleh tersebut di atas dapat diketahui Indeks Kinerja PKL secara keseluruhan dari masing- masing wilayah studi sebagai berikut : Tabel 5 Jumlah PKL Berdasarkan Indeks Kinerja PKL Indeks Kinerja PKL Daerah Studi Buruk Cukup Baik Baik Rp 300 rb Nilai=1 Rp 300 rb-Rp 1 juta Nilai=2 Rp 1 juta Nilai=3 Medan 2 8 Surakarta 6 4 Pontianak 2 8 Mataram 1 9 Makassar 1 9 Jumlah 12 38 Dengan menggunakan rataan geometri maka didapat rata-rata IK-PKL= 2.72 yang mendekati nilai 3, artinya, rata-rata dari keluruhan PKL yang disurvei mempunyai indeks kinerja yang baik di mana mereka mempunyai pendapatan bersih di atas Rp 1.000.000tenaga kerjabulan. Kinerja PKL tersebut dapat diketahui dari faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kualitas kegiatan usaha PKL yang terdiri dari: 1. Tingkat pendidikan; tidak berpendidikan, SD, SLTP, SLTA dan Sarjana S-1 2. Jumlah tenaga kerja; 1 orang, 2 orang, 3 orang, 4 orang dan 5 orang atau lebih 3. Lama kegiatan usaha kaki lima; ¼ hari, ¼-½ hari dan ¾ hari 4. Kondisi omzet; sangat meningkat, meningkat, tetap, menurun dan sangat menurun 5. Kondisi keuntungan; sangat meningkat, meningkat, tetap, menurun dan sangat menurun 6. Lokasi usaha; badan jalan, trotoarsaluran air, jalur hijau, terminal busstasiun dan lahan parkir 7. Status lokasi usaha; resmipermanen, tidak resmisementara dan terjadwalterkendali +,-.-,--+ 68 8. Tempat berusaha; bangunan permanen tembok, semi permanen kios dan tenda 9. Bentuk sarana usaha; kios, tenda, mobil toko, gerobak dan lainnya 10. Luas tempat usaha; 5 m 2 , 5-10 m 2 dan 10 m 2 11. Kelengkapan tempat usaha; listrik, air bersih, kompor gas, kompor minyak dan tempat cucijamban 12. Kondisi lokasi usaha; sangat strategis, strategis, cukup strategi, tidak strategis dan sangat tidak strategis 13. Keterjangkauan lokasi usaha; sangat mudah, mudah, cukup mudah, tidak mudah, dan sangat tidak mudah 14. Prospek konsumen; sangat ramai, ramai, cukup ramai, tidak ramai dan sangat tidak ramai Setiap kriteria pada faktor-faktor tersebut di atas kemudian kemudian dikonversi dalam skala 1 sampai dengan 5. Skala 1 menunjukkan kriteria faktor kinerja sangat tidak berpengaruh dalam kinerja PKL dan skala 5 menunjukkan kriteria faktor kinerja sangat berpengaruh pada kinerja PKL. Semakin besar nilai skala yang dimiliki pada setiap faktor menunjukkan semakin baik faktor tersebut dan berpengaruh terhadap kinerja PKL. Data mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja PKL dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 6 Faktor yang Mempengaruhi Kinerja PKL No Faktor Skala Rata-rata 1 2 3 4 5 1 Tingkat pendidikan 9 19 20 2 3.19 2 Jumlah Tenaga Kerja 11 17 10 4 8 2.28 3 Lama Usaha 22 20 28 2.01 4 Kondisi Omzet 1 30 15 4 2.35 5 Kondisi Keuntungan 1 30 14 5 2.37 6 Lokasi Usaha 12 31 4 3 1.85 7 Status Lokasi usaha 28 12 10 1.80 8 Tempat berusaha 39 11 1.27 9 Bentuk Sarana Usaha 2 20 34 10 2.77 10 Luas Tempat Usaha 12 18 20 2.83 11 Kelengkapan Tempat Usaha 11 15 11 8 5 2.30 12 Kondisi Lokasi Usaha 1 35 14

4.20 13 Keterjangkauan Lokasi Usaha