86 Puskesmas terdekat. Selain itu guru-guru yang mengajar di MIN Jejeran
sudah pernah mengikuti pelatihan dan workshop-workshop terkait mengajarkan dan mengimplementasikan pendidikan pengurangan risiko
bencana di sekolah. Para guru juga sangat kreatif dalam mengintegrasikan materi mitigasi bencana dalam setiap mata pelajaran yang ada dan tidak
hanya menggunakan mata pelajaran IPA sebagai media pengintegrasian pembelajaran mitigasi bencana.
B. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan analisis dokumen yang telah dilakukan oleh peneliti, ditemukan hasil penelitian sebagai berikut:
1. Sistem Pembelajaran Mitigasi Bencana di MIN Jejeran
Hasil observasi, wawancara, serta didukung dengan dokumen-dokumen yang berkaitan menunjukkan adanya beberapa temuan tentang tujuan sekolah,
pengalaman belajar siswa, kegiatan belajar mengajar, orang-orang yang terlibat, bahan dan alat pembelajaran, dan fasilitas fisik yang menunjang
pelaksanaan sistem pembelajaran mitigasi bencana. Implementasi sistem pembelajaran mitigasi bencana dianalisis berdasarkan perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi sistem pembelajaran mitigasi bencana di sekolah siaga bencana MIN Jejeran. Berikut uraian mengenai komponen sistem
pembelajaran mitigasi bencana di sekolah siaga bencana MIN Jejeran.
a. Tujuan Khusus
MIN Jejeran memiliki visi, misi, dan tujuan terkait program-program unggulan madrasah diantaranya tentang pendidikan pengurangan risiko
87 bencana di sekolah. Visi dari MIN Jejeran adalah “Terwujudnya warga
madrasah religius, cerdas sebagai penyelamat lingkungan hidup, modern, sehat, ramah anak, dan siaga bencana”. Seperti penuturan salah satu guru
koordinator Sekolah Siaga Bencana Pak DD: “Visi mengakomodir semua itu, ramah lingkungan untuk Sekolah
Adiwiyata, siaga bencana untuk Sekolah Siaga Bencana, sehat untuk Sekolah Sehat. Visi misi nya masih dikembangkan terus dan kita review.
Itu terakhir kira review di kanwil daerah ada beberapa yang kesana untuk membahas itu.” WWGB290515
Berdasarkan penuturan Pak DD tersebut menunjukkan bahwa sekolah ini fokus akan program-program yang dikembangkan dan secara eksplisit tertulis
dalam visi sekolah.Visi tersebut sudah mencermin salah satu program andalan MIN Jejeran terkait Sekolah Siaga Bencana. Dari visi tersebut dikembangkan
lagi melalui misi sekolah terkait pendidikan mitigasi bencana pada poin 8 yaitu “meningkatkan kesiapsiagaan warga Madrasah meghadapi bencana”.
selain itu juga tercermin dalam tujuan madrasah pada poin 9 yaitu” meningkatkan kesiapsiagaan warga madrasah menghadapi bencana” dan poin
14 yaitu “mengkondisikan kesiapan warga madrasah dalam menghadapi bencana”. Berdasarkan visi, misi, dan tujuan dari madrasah mencerminkan
tujuan khusus dari sistem pembelajaran mitigasi bencana yang nantinya akan dikembangkan kembali melalui pengintegrasian pembelajaran mitigasi
bencana ke dalam mata pelajaran yang cocok untuk dilakukan pengintegrasian.
Pemasangan visi misi MIN Jejeran di setiap kelas dilakukan agar seluruh warga sekolah selalu mengingat dan melaksanakannya. Terbukti dari hasil
88 observasi pada tanggal 11 Mei 2015, terlihat di setiap kelas terpasang visi
misi sekolah. Para warga sekolah juga dalam kegiatan selama disekolah menunjukkan sikap-sikap yang diharapkan dalam visi misi sekolah. Seperti
warga madrasah terlihat santun dalam bersikap terlihat, saat peneliti masuk ke kelas anak-anak menyalami dan menyapa saat peneliti berada di lingkungan
sekolah. Budaya siaga juga sudah mengakar dalam kegiatan sehari-hari warga sekolah dengan selalu memarkir kendaraan mereka dan sepatu para siswa
ditata untuk selalu menghadap keluar. Selain itu kegiatan keagamaan untuk tadarus bersama dan sholat dhuha juga sholat dzuhur berjamaah selalu
dilakukan para siswanya setiap hari.
Gambar 6. Visi Misi MIN Jejeran Pengamalan visi, misi, dan tujuan dari madrasah tersebut merupakan
salah satu perwujudan dari berhasilnya usaha sekolah dalam merumuskan tujuan dari madrasah. Kemudian lebih di khususkan lagi dalam kaitannya
implementasi sistem pembelajaran mitigasi bencana di MIN Jejeran ini, merumuskan tujuan pembelajaran khusus beserta materi pelajaran terkait
mitigasi bencana adalah hal utama yang harus guru lakukan. Merancang
89 tujuan khusus pembelajaran adalah tanggung jawab guru sebagai penerjemah
tujuan umum pembelajaran agar menjadi lebih spesifik. Rumusan tujuan pembelajaran harus mencakup 3 aspek seperti asepek kognitif, aspek afektif
dan aspek psikomotorik. Berdasarkan hasil observasi selama penelitian dilakukan, dapat diketahui
pengembangan aspek kognitif siswa di MIN Jejeran melalui penguasaan pengetahuan dan informasi. Hal ini diwujudkan dengan pemberian materi-
materi tambahan diluar mata pelajaran terkait materi-materi kebencanaan dengan memberikan handout materi, penayangan slide-slide gambar atau film
melalui LCD, ataupun dengan tugas-tugas sekolah yang mengharuskan mereka mencari informasi sendiri apa itu bencana, bagaimana dampaknya,
pentingnya kita memperlajari tentang mitigasi bencana, dan lain-lain. Kelengkapan koleksi buku terkait kebencanaan di perpustakaan MIN Jejeran
juga bisa menjadi sarana informasi siswa dalam menambah wawasan terkait kebencanaan. Selain itu, para guru sering memberikan para siswa tugas
terkait kebencanaan dari berbagai sumber seperti internet namun dengan pengawasan orang tua, dan juga dari berbagai media massa dan cetak.
Kebebasan akses untuk mendapatkan pengetahuan dan informasi dari berbagai sumber, dengan begitu pengembangan aspek kognitif siswa dapat
tercapai sesuai dengan tujuan khusus dari program Sekolah Siaga Bencana tersebut.
Aspek afektif untuk kebencanaan tidak ada kriteria penilaian khusus untuk hal tersebut, namun dalam kaitan sekolah siaga bencana terdapat aspek
90 sikap khusus yang tercantum dalam tujuan madrasah yaitu kesiapsiagaan
siswa akan bencana sangat ditekankan dalam pencapaian pelaksanaan program sekolah ini. Siswa dituntut memiliki kesiapsiagaan tinggi dalam
menghadapi bencana sehubungan dengan potensi bahaya dari letak MIN Jejeran sendiri. Hal ini diperkuat dengan penuturan Pak FD mengenai
pentingnya pembelajaran mitigasi bencana. “..... Itu memang kita khususkan mengingat sekolah ini berada di daerah
rawan sehingga sangat penting untuk dimasukkan dalam pembelajaran.”WWGB260515
Selama penelitian ini, di Yogyakarta sendiri telah mengalami beberapa kali gempa dengan skala kecil. Pada saat tanggal 28 mei 2015 terjadi gempa
pada siang hari sekitar pukul 13.45, dimana beberapa kelas masih belum pulang dikarenakan pelajaran tambahan. Peneliti menanyakan kepada guru
bagaimana respon siswa saat bencana gempa terjadi. “Waktu kemarin ada gempa, anak-anak sudah biasa, ada juga yang
terpicu keluar, turun, tapi mereka tidak trauma atau berlarian ke luar kelas. Mereka lebih tenang daripada daerah-daerah yang sering terjadi
gempa seperti di sleman.” WWGB290515
Berdasarkan penuturan Pak DD tersebut terbukti bahwa pembentukan sikap siaga, sikap disiplin, dan terutama budaya antri cukup berhasil
membentuk kesiapsiagaan siswa MIN jika dilihat dari parameter pengetahuan dan keterampilan sekolah siaga bencana menurut Ardito M. Kondijat 2012
Jejeran ketika bencana gempa terjadi. Diperkuat dengan penuturan Pak FD terkait penanaman sikap siaga di MIN Jejeran.
91 “... kegiatan pembelajaran sikap untuk selalu siaga dengan penanaman
kebiasaan-kebiasaan yang ada dan membiasakan untuk selalu tenang jika gempa terjadi.” WWGB260515
Dari beberapa penuturan para guru membuktikan bahwa sekolah ini cukup berhasil dalam mengembangkan sikap siaga para warga sekolah
sebagai salah satu tujuan dari program Sekolah Siaga Bencana. Pencapaian pengembangan sikap tersebut mengapresiasikan bahwa kesiapsiagaan akan
bencana sudah membudaya diantara para siswa MIN Jejeran. Aspek psikomotorik dalam kaitannya program Sekolah Siaga Bencana
yang ditanamkan di MIN Jejeran ini sangat beragam. Penanaman budaya siaga di MIN Jejeran berdasarkan hasil observasi peneliti ketika pagi hari,
seperti memarkirkan sepeda dan menata sepatu untuk selalu menghadap keluar merupakan salah satu perwujudan tujuan pembelajaran khusus dari
aspek psikomotorik. Hal ini wajib dilakukan untuk para siswanya dan terbukti dengan kebiasaan tersebut sudah menjadikan budaya di sekolah ini. Budaya
untuk memarkirkan kendaraan untuk menghadap keluar juga dilakukan oleh para orang tua siswa saat menjemput anak-anak pulang sekolah. Para tamu
yang bertandang ke MIN Jejeran juga mulai mengikuti budaya tesebut jika bertamu ke MIN Jejeran. Hal ini dikarenakan pemasangan rambu untuk
memarkirkan kendaraan menghadap keluar disemua area parkir, sehingga para tamu mengikuti peraturan tersebut. Budaya siaga menjadikan ciri khas
dari madrasah ini dibandingkan dengan madrasah-madrasah lain, sehingga penanaman aspek psikomotorik terkait tujuan khusus dari program Sekolah
Siaga Bencana berjalan dengan pencapaian yang sangat baik.
92 Tujuan pembelajaran khusus terkait mitigasi bencana, untuk MIN Jejeran
include dengan tujuan pembelajaran dari mata pelajaran yang diintegrasikan dengan materi mitigasi bencana. Sehingga guru harus merancang tujuan
pembelajaran yang mengakomodir aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk setiap kegiatan pembelajarannya. Keberhasilan dari implementasi
pendidikan pengurangan risiko bencana di MIN Jejeran dibuktikan dengan meraih juara ketiga SEAMEO-Japan ESD award dengan tema pendidikan
pengurangan risiko bencana pada 2012. Berikut plakat penghargaan dan bukti penanaman budaya siaga di MIN Jejeran dalam upaya imlementasi sistem
pembelajaran mitigasi bencana.
Gambar 7. Plakat saat MIN Jejeran meraih juara ketiga SEAMEO-Japan ESD award dengan tema pendidikan pengurangan risiko bencana pada 2012
Gambar 8. Rambu-rambu yang tertempel di setiap tempat parkir
93
b. Pengalaman Belajar