Pengalaman Belajar Sistem Pembelajaran Mitigasi Bencana di MIN Jejeran

93

b. Pengalaman Belajar

Keadaan siswa di MIN Jejeran untuk kondisi psikologis pasca bencana gempa 2006 hanya dirasakan oleh siswa di kelas tinggi yaitu Kelas 5 dan 6. Karena saat peristiwa terjadi, siswa di kelas tinggi sudah duduk di bangku TK, sehingga mereka sudah dapat merasakan getaran gempa yang terjadi begitu dahsyatnya pada 27 Mei 2006. Bahkan ada siswa MIN Jejeran yang mengalami cacat permanen di area kaki karena peristiwa gempa tersebut. Kemudian untuk siswa di Kelas 1-4 mereka mungkin masih bayi ataupun belum lahir saat peristiwa itu terjadi, sehingga mereka belum mempunyai trauma psikologis akan terjadinya gempa. Jadi dengan keadaan yang berbeda untuk setiap kelasnya, guru di MIN Jejeran juga harus memperlakukan kondisi siswa yang berbeda tersebut dalam menyampaikan pembelajaran. Terkait pengalaman belajar yang dirancang oleh guru, Pak FD menuturkan bahwa: “Ya, kita merancang pembelajaran yang bisa mengajarkan anak dan anak memahami apa itu bencana dengan kegiatan-kegiatan yang memberikan pengalaman tentang bencana bukan menghindari bencana tapi dihadapkan dengan situasi yang sesungguhnya.” WWGB260515 Dari penuturan Pak FD tersebut, menjadi tanggung jawab guru untuk sekreatif mungkin merancang kegiatan belajar tentang kebencanaan. Siswa yang sudah pernah mengalami bagaimana gempa itu, diberi pengetahuan tentang bahaya dari gempa hingga dampak yang ditimbulkan dari adanya gempa tersebut. Sedangkan untuk siswa yang sama sekali belum merasakan gempa, mereka diberi pengetahuan tentang apa itu gempa, apa saja dampaknya, dan apa yang harus dilakukan jika gempa terjadi. Hal ini menjadi 94 tantangan bagi guru untuk merancang pengalaman belajar yang semenarik mungkin agar anak dapat memahami apa itu gempa, apa itu bencana. Terutama untuk anak yang mengalami trauma psikologis akan gempa, guru harus membuat suasana kegiatan belajar mengajar menjadi menyenangkan sehingga anak lupa akan traumanya terhadap gempa. Pembelajaran tidak hanya dilakukan di dalam kelas, namun guru juga sering mengajak anak untuk melakukan kegiatan pembelajaran di luar kelas. Kegiatan di luar kelas yang dilakukan tidak hanya di area sekolah atau di sekitar lingkungan sekolah, tetapi ada kegiatan yang mengharuskan mereka pergi ke suatu tempat untuk mempelajari sesuatu. Seperti penuturan Pak FD tentang kegiatan belajar mengajar di luar kelas. “...anak-anak juga sering kita ajak keluar kelas, bahkan keluar lingkungan sekolah. Seperti yang pernah kita lakukan itu, kita mengunjungi pasar untuk mengajarkan anak bagaimana proses jual beli yang terjadi di pasar. Selain itu kita juga pernah mengajak anak-anak pergi ke kantor polisi, ke puskesmas, dan lain-lain. Untuk kebencanaan kita juga pernah mengajak anak ke MGM untuk mengajarkan kepada anak tentang Gunung Merapi.” WWGB260515 Bahkan sekolah ini mengalokasikan dana untuk kegiatan outing bagi setiap kelasnya. Sehingga dengan kegiatan outing, para siswa nantinya tidak hanya tahu dari buku tetapi mereka juga dari melihatnya secara langsung. Pengalaman pembelajaran yang bermakna tentu akan membuat anak selalu mengingat apa yang mereka ketahui dari apa dari yang mereka lihat. 95 Gambar 9. Guru sedang melakukan simulasi kecil

c. Kegiatan Belajar Mengajar