Fasilitas Fisik Sistem Pembelajaran Mitigasi Bencana di MIN Jejeran

102 media pembelajaran yang ada disekitar lingkungan sekolah juga sangat ditonjolkan di sekolah ini sebagai upaya pemanfaatan benda-benda sekitar yang bersesuaian dengan program sekolah adiwiyata. Keterampilan guru untuk menciptakan media pembelajaran yang dapat dihadirkan kepada siswa sebagai salah satu upaya menghadirkan pengetahuan baru untuk siswa berupa media simulasi kecil terkait materi kebencanaan. Simulasi kecil yang pernah dilakukan berdasarkan materi pembelajaran IPA yang dapat diintegrasikan dengan materi mitigasi bencana dengan membuat alat peraga untuk simulasi banjir dan tanah longsor. Guru mengajak siswa untuk membuat alat peraga dan membuktikan sendiri bagaimana terjadinya bencana banjir dan tanah longsor disisipi dengan upaya-upaya pencegahan untuk kedua bencana tersebut. Pemanfaatan media pembelajaran ini dimanfaatkan oleh guru untuk memberikan bagaimana gambaran sesungguhnya bagaimana bencana tersebut dapat terjadi. Gambar 13. Proses pembelajaran yang memanfaatkan LCD dalam penyampaian materi

f. Fasilitas Fisik

Fasilitas-fasilitas yang dimiliki MIN Jejeran untuk menunjang pembelajaran mitigasi bencana dapat dibilang sangat lengkap. Dari hasil 103 observasi dan dokumentasi, fasilitas fisik yang dimiliki sekolah ini antara lain: 1 Bangunan Sekolah, sudah dicek ketahanan bangunannya oleh lembaga- lembaga terkait seperti BPBD dan dari pihak UGM. Saat gempa terjadi, sebagian besar bangunan sekolah ini roboh. Namun ada bangunan yang saat itu masih belum lama dibangun masih tegak berdiri karena struktur bangunan yang terbuat dari beton. Sehingga bangunan tersebut masih berdiri sampai saat ini dan dengan bantuan dari PLAN, sekolah ini mulai membangun bangunan sekolah yang tahan dari gempa dan mulai menggunakan atap yang terbuat dari bahan yang ringan. Penggunaan atap yang terbuat dari baja ringan ini untuk meminimalisir kerusakan yang berat akibat penggunaan bahan bangunan yang berat. Selain itu bangunan juga disetting agar semua warga sekolah dapat segera menyelamatkan diri ke area evakuasi jika terjadi gempa. Setiap bangunan dari sekolah ini berlantai 2 dengan kualitas bangunan yang tahan gempa. Hal ini sebenarnya menjadi pertimbangan pihak sekolah dalam melakukan upaya fisik untuk membangun semacam perosotan-perosotan disetiap kelas yang berada di lantai 2 untuk memaksimalkan fasilitas untuk proses evakuasi saat terjadi bencana. Karena melihat lahan yang dimiliki sekolah terbatas, sehingga tidak memungkinkan untuk pembangunan perosotan tersebut. 2 Almari, Meja dan Kursi. Meja ditata untuk menempel ditembok sehingga agak sedikit aman jika gempa terjadi karena posisi almari yang tidak 104 terlalu bebas bergerak. Selain itu, di setiap kelasnya meja dan kursi ditata sedemikian rupa agar memudahkan guru dan para siswa untuk pergi menyelamatkan diri ke area evakuasi. Setiap anak memiliki meja dan kursi sendiri-sendiri, jadi para siswa bisa langsung berlari menyelamatkan diri jika ada gempa tanpa harus antri untuk keluar. Untuk kelas 1 dan kelas 4, meja dan kursi ditata berkelompok-kelompok untuk memudahkan saat pembelajaran karena untuk kurikulum 2013 banyak menggunakan teknik diskusi. Sedangkan untuk kelas 2, 3, 5, dan 6 dalam penataan meja dan kursi diserahkan kebijakan guru dalam mengaturnya. Namun diseluruh kelas memberlakukan desain kelas aman yang memudahkan siswa untuk segera keluar menyelamatkan diri. Dari pengetahuan yang kita tahu, jika terjadi gempa saat siswa berada di kelas dapat menyelamatkan diri dengan berlindung di bawah meja. Namun teori tidak bisa percayai sepenuhnya, karena yang kita tahu anggapan itu bisa berlaku jika kita menengok kelas-kelas yang ada di Jepang. Tetapi kita juga harus tahu dulu, bahwa meja-meja yang ada di sekolah-sekolah di Jepang mempunyai bahan baku meja yang terbuat dari baja ringan yang sudah teruji ketahanannya bila ada sesuatu yang berat menjatuhinya. Oleh karena, para siswa diberi pengetahuan untuk mengidentifikasi keadaan meja yang ada di sekolah ini terutama meja yang mereka tempati. Meja-meja yang dimiliki MIN Jejeran ini sama seperti sekolah-sekolah umum di Indonesia yang berbahan baku kayu. Sehingga sangat tidak dianjurkan untuk berlindung dibawah meja saat 105 gempa terjadi. Di sekolah ini sudah menanamkan budaya disiaga sejak dini, sehingga jika terjadi gempa mereka untuk selalu tenang dan jika gempa yang terjadi semakin besar getarannya mereka dianjurkan untuk keluar kelas dengan tertib menuju area evakuasi. 3 UKS Usaha Kesehatan Sekolah, cukup lengkap dengan fasilitas- fasilitas yang ada. Keadaan UKS yang sangat dijaga kebersihannya, kelengkapan obat-obatan, ketersediaan oksigen, tempat tidur yang tidak hanya ada 1 namun ada 3 tempat tidur yang dapat dimanfaatkan jika ada warga sekolah yang sedang sakit saat di sekolah. UKS juga memiliki ketersediaan obat-obatan mulai dari obat dalam dan juga obat luar dengan tanggal kadaluarsa yang selalu dijaga kelayakannya. Kelengkapan UKS ini dirancang dari dulu, karena program Sekolah Sehat sudah dilaksanakan sebelum program Sekolah Siaga Bencana. Sehingga program-progam yang ada di MIN Jejeran saling ada keterkaitan dan semua fasilitas terakomodasi dengan baik. Berikut adalah gambaran dari fasilitas yang dimiliki oleh UKS MIN Jejeran. Gambar 14. Suasana UKS Gambar 15.Ketersediaan obat-obatan 106 Gambar 16. Fasilitas oksigen yang dimiliki UKS 4 Area evakuasi, sekolah ini mempunyai area evakuasi yang memanfaatkan halaman sekolah. Hal ini dipilih karena halaman sekolah dianggap luas dan aman untuk area evakuasi. Namun untuk saat ini area evakuasi agak sedikit tersita luasnya akibat pembangunan masjid dan penambahan ruang kelas disisi sekolah. Untuk di Kampus 2 sekolah ini, area evakuasinya lebih besar karena halaman yang dimiliki bangunan kampus 2 cukup luas. Terlihat dari dokumentasi dibawah ini area evakuasi yang dimiliki MIN Jejeran. Gambar 17. Area evakuasi kampus 1 Gambar 18. Area evakuasi Kampus 2 5 Alat dan bahan pendukung Sekolah Siaga Bencana. Keberhasilan pelaksanaan sistem pembelajaran mitigasi bencana di MIN Jejeran tentu 107 harus dipenuhi dengan kelengkapan fasilitas dan infrastruktur yang memadai. Dari obeservasi yang dilakukan, sekolah ini memiliki alat dan bahan untuk pendukung pelaksanaan Sekolah Siaga Bencana seperti, alat evakuasi dragbar, sirine atau bel sekolah sebagai alarm peringatan dini, dan LCD sebagai salah satu media pembelajaran yang dimanfaatkan guru dalam memberikan pembelajaran mitigasi bencana. Kepemilikan tandudragbar sangat membantu sekolah dalam memberikan pengetahuan kepada siswa, bahwa alat tersebut berguna untuk menyelamatkan korban jika terjadi bencana yang dapat dipraktekkan ketika kegiatan simulasi dilakukan. Sekolah ini juga memiliki alat pemadam kebakaran, sebagai tanda bahwa sekolah ini juga siaga akan bencana kebakaran. Sirine atau alarm peringatan dini di sekolah ini selain menggunakan sirine dari TOA juga bisa menggunakan bel sekolah. Tidak ada operator yang bertugas khusus untuk membunyikan alarm tersebut, namun alarm tersebut akan dibunyikan oleh guru yang memungkinkan untuk menjangkaunya terlebih dahulu. Terkait obat-obatan sudah tersedia di UKS, selain itu MIN Jejeran juga bekerjasama dengan puskesmas terdekat untuk penyediaan obat-obatan dan pertolongan pertama jika ada siswa yang sakit. Media pembelajaran yang digunakan di MIN Jejeran terkait kebencanaan kebijaksanaan diserahkan oleh guru yang akan mengintegrasikan pembelajaran mitigasi bencana. Namun media yang digunakan oleh guru adalah penggunaan LCD untuk memberikan materi kepada siswa, karena 108 dengan penggunaan LCD tentu saja guru dapat menvisualisasikan materi yang kepada siswa. Berikut adalah beberapa foto terkait alat-alat penunjang sistem pembelajaran mitigasi bencana. Gambar 19. Dragbar atau tandu Gambar 20. Alat pemadam Gambar 21. Bel sekolah yang digunakan untuk alarm tanda bahaya

g. Perencanaan Evaluasi dan Pengembangan Program