57 dan emosional untuk pemberdayaan kelompok rentan atau terkena
bencana. 3.
Pendidikan untuk pengurangan risiko bencana mendukung Tujuan Pembangunan Milenium. Tanpa mempertimbangkan Pengurangan Risiko
Bencana dalam perencanaan pembangunan, semua upaya pembangunan termasuk inisiatif DESD dihancurkan dalam hitungan detik Etty
Sofyatiningrum, 2009: 7-8. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pendidikan pengurangan
risiko bencana adalah upaya meningkatkan pengetahuan, sikap, dan tindakan sebelum, saat, dan setelah bencana terjadi yang diharapkan mampu
mengurangi dampak dari ancaman bencana.
3. Parameter Sekolah Siaga Bencana
Kajian untuk mengukur kesiapsiagaan sekolah dikembangkan untuk menggugah kesadaran seluruh pemangku kepentingan dalam bidang
pendidikan baik individu maupun kolektif di sekolah dan lingkungan sekolah dalam hal kesiapsiagaan bencana. Berikut adalah tujuan pengembangan
parameter dan indikator sekolah siaga menurut Ardito M. Kondijat 2012: a.
Membangun budaya siaga dan budaya aman di sekolah dengan mengembangkan jejaring bersama para pemangku kepentingan di bidang
penanganan bencana; b.
Meningkatkan kapasitas institusi sekolah dan individu dalam mewujudkan tempat belajar yang lebih aman bagi siswa, guru, anggota
komunitas sekolah serta komunitas di sekeliling sekolah;
58 c.
Menyebarluaskan dan mengembangkan pengetahuan kebencanaan ke masyarakat luas melalui sekolah.
Pengembangan parameter dan indikator sekolah siaga dapat dilakukan dengan menggunakan 5 lima parameter menurut LIPI, 2009 dalam faisal
Ilyas, 2014 yaitu: a.
Pengetahuan dan Sikap Diibaratkan sebagai bangunan sekolah, parameter pengetahuan dan sikap
diumpamakan sebagai pondasi dari bangunan sekolah tersebut. Parameter pengetahuan dan sikap haruslah kuat sebagai landasan bagi komunitas sekolah
dalam mengantisipasi bencana alam. Pengetahuan tentang fenomena alam, khususnya gempa bumi dan dan tsunami, dan kesiapsiagaan untuk mengurangi
risiko bencana merupakan faktor yang penting. Karena itu, untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap siswa dan guru, sekolah harus
memasukkan materi terkait kesiapsiagaan bencana ke dalam proses belajar mengajar Triyono: 2011.
Sebagai acuan
parameter pengetahuan
dan sikap
dapat dilihat, pertama, integrasi pendidikan PRB masuk kedalam kurikulum sekolah
pelajaran pokok, muatan lokal dan ekstrakulikuler; kedua, penyusunan standar kompetensi silabus, RPP kesiapsiagaan dan pelaksanaannya;
dan ketiga peningkatan kapasitas dalam pemberian materi kesiapsiagaan dan ketersediaan bahan ajar.
59 b.
Kebijakan Salah satu parameter yang memegang peranan penting dalam mewujudkan
sekolah yang siaga bencana adalah kebijakan. Parameter ini menjadi acuan dan dasar hukum pelaksanaan berbagai kegiatan di sekolah. Capaian indikator
parameter kebijakan dilakukan dengan memverifikasi suratdokumen yang dimiliki yang menyatakanmenetapkan: 1 masuknya materi kesiapsiagaan
terhadap bencana dalam proses belajar mengajar di sekolah, 2 adanya latihansimulasi evakuasi bencana yang dilakukan di sekolah secara reguler, 3
guguskelompok siaga bencana di sekolah, dan 4 adanya alokasi dana untuk kegiatan kesiapsiagaan di sekolah.
c. Rencana tanggap darurat
Rencana tanggap darurat merupakan parameter kesiapsiagaan komunitas sekolah berkaitan erat dengan persiapan rencana dan tindakan dalam merespon
kondisi sebelum pada saat dan pasca bencana. Kesiapan rencana tanggap darurat sekolah diindikasikan beberapa hal, yaitu rencana penyelamatan dan
evakuasi serta pertolongan pertama, penyediaan atau pengamanan kebutuhan dasar sekolah, penyediaan peralatan evakuasi, serta latihansimulasi evakuasi.
d. Mobilisasi Sumberdaya
Mobilisasi sumber daya berkaitan dengan upaya sekolah dalam mengerahkan segenap kemampuan dan kapasitas yang dimiliki sekolah baik
sarana-prasarana, perlengkapan dan pendanaan serta sumber daya manusia warga sekolah. Tidak hanya dari segi materi saja, keberadaan sekolah
ditengah-tengah masyarakat juga bisa memberikan nilai lebih dalam upaya
60 meningkatkan kesiapsiagaan terhadap bencana dengan meningkatkan kerja
sama yang melibatkan institusi pemerintahnon pemerintah yang bergerak dalam bidang pengurangan risiko bencana. Mobilisasi sumber daya juga
mencakup penyediaan peralatan untuk evakuasi, dan kebutuhan dasarlogistik pertolongan pertama dan peringatan bencana.
e. Sistem Peringatan Bencana
Sistem peringatan bencana memiliki arti penting dalam upaya peningkatan kesiapsiagaan bencana di lingkungan sekolah. Sistem peringatan bencana pada
lingkungan sekolah terkait dengan peralatan yang digunakan sekolah dan tandabunyi yang mengisyaratkan kepada warga sekolah untuk dapat
memberikan respon yang tepat pada saat bencana diperkirakan akan terjadi. Hal yang penting menjadi perhatian adalah disepakatinya tanda bahaya dan
bunyinya serta siapa yang bertugas membunyikannya. Berikut ini adalah point pentingnya
1 Akses terhadap informasi bahaya, baik dari tanda alam, informasi dari
lingkungan, dan dari pihak berwenang pemerintah dan BMKG. 2
Penyiapan alat dan tanda bahaya yang disepakati dan dipahami seluruh komponen sekolah.
3 Mekanisme penyebarluasan informasi peringatan bahaya di lingkungan
sekolah. 4
Pemahaman yang baik oleh seluruh komponen sekolah bagaimana bereaksi terhadap informasi peringatan bahaya.
Berikut adalah pengembangan parameter dan indikator sekolah siaga bencana menurut Ardito M. Kondijat 2012 perwakilan Konsorsium Pendidikan
Bencana: a.
Indikator dan parameter pengetahuan dan keterampilan 1
Pengetahuan mengenai jenis bahaya, sumber bahaya, besaran bahaya dan dampak bahaya serta tanda-tanda bahaya yang ada di lingkungan
sekolah.
61 2
Akses bagi seluruh komponen sekolah untuk meningkatkan kapasitas pengetahuan, pemahaman dan keterampilan kesiagaan materi acuan,
ikut serta dalam pelatihan, musyawarah guru, pertemuan desa, jambore siswa, dsb..
3 Pengetahuan sejarah bencana yang pernah terjadi di lingkungan sekolah
atau daerahnya. 4
Pengetahuan mengenai kerentanan dan kapasitas yang dimiliki di sekolah dan lingkungan sekitarnya.
5 Pengetahuan upaya yang bisa dilakukan sekolah untuk meminimalkan
risiko bencana di sekolah. 6
Keterampilan seluruh komponen sekolah dalam menjalankan rencana tanggap darurat.
7 Adanya kegiatan simulasi reguler.
8 Sosialisasi dan pelatihan kesiagaan kepada warga sekolah dan
pemangku kepentingan sekolah. b.
Indikator untuk parameter kebijakan Adanya kebijakan, kesepakatan, peraturan sekolah yang mendukung upaya
kesiagaan di sekolah. c.
Indikator parameter rencana tanggap darurat 1
Adanya dokumen penilaian risiko bencana yang disusun bersama secara partisipatif dengan warga sekolah dan pemangku kepentingan sekolah.
2 Adanya protokol komunikasi dan koordinasi.
3 Adanya dokumen risiko bencana periodik sesuai dengan kerawanan
sekolah. 4
Adanya dokumen rencana aksi sekolah berbasis PRB. 5
Adanya prosedur tetap kesiagaan sekolah yang disepakati dan dilaksanakan oleh seluruh komponen sekolah.
6 Kesepakatan dan ketersediaan lokasi evakuasishelter terdekat dengan
sekolah, disosialisasikan kepada seluruh komponen sekolah dan orang tua siswa, dan masyarakat sekitar dan pemerintah daerah.
7 Dokumen penting sekolah digandakan dan tersimpan baik, agar dapat
tetap ada, meskipun sekolah terkena bencana. 8
Catatan informasi penting yang mudah digunakan seluruh komponen sekolah, seperti pertolongan darurat terdekat, puskesmasrumah sakit
terdekat, dan aparat terkait. 9
Adanya peta evakuasi sekolah, dengan tanda dan rambu yang terpasang, yang mudah dipahami oleh seluruh komponen sekolah.
10 Akses terhadap informasi bahaya, baik dari tanda alam, informasi dari
lingkungan, dan dari pihak berwenang pemerintah daerah dan BMG. a
Penyiapan alat dan tanda bahaya yang disepakati dan dipahami seluruh komponen sekolah
62 b
Mekanisme penyebarluasan informasi peringatan bahaya di lingkungan sekolah
c Pemahaman yang baik oleh seluruh komponen sekolah bagaimana
bereaksi terhadap informasi peringatan bahaya d
Adanya petugas yang bertanggungjawab
dan berwenang
mengoperasikan alat peringatan dini. e
Pemeliharaan alat peringatan dini. d.
Indikator untuk parameter mobilisasi Sumberdaya 1
Adanya gugus siaga bencana sekolah termasuk perwakilan peserta didik.
2 Adanya perlengkapan dasar dan suplai kebutuhan dasar pasca bencana
yang dapat segera dipenuhi, dan diakses oleh komunitas sekolah, seperti alat pertolongan pertama serta evakuasi, obat-obatan, terpal, tenda dan
sumber air bersih.
3 Pemantauan dan evaluasi partisipatif mengenai kesiagaan sekolah
secara rutin menguji atau melatih kesiagaan sekolah secara berkala. 4
Adanya kerjasama dengan pihak-pihak terkait penyelenggaraan penanggulangan
bencana baik
setempat desakelurahan
dan kecamatan maupun dengan BPBDLembaga pemerintah yang
bertanggung jawab terhadap koordinasi dan penyelenggaraan penanggulangan bencana di kotakabupaten.
Dapat disimpulkan bahwa, sekolah siaga bencana adalah sekolah yang mempunyai serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk mengantisipasi bencana
yang melanda wilayah sekolah mulai dari sebelum, saat, dan pasca bencana. Sekolah
siaga bencana
memiliki parameter
dan indikator
dalam penyelenggaraannya yang meliputi indikator pengetahuan dan keterampilan,
kebijakan, rencana tanggap darurat, mobilisasi sumberdaya, dan sistem peringatan dini.
F. Pertanyaan Penelitian