95 Gambar 9. Guru sedang melakukan simulasi kecil
c. Kegiatan Belajar Mengajar
Merancang kegiatan belajar mengajar terkait kebencanaan, sebelumnya guru menerjemahkan dari kurikulum yang ada ke dalam silabus dan
kemudian dikembangkan dalam rancangan pelaksanaan pembelajaran RPP. MIN Jejeran menggunakan 2 kurikulum, yaitu kurikulum 2006KTSP untuk
Kelas 2, 3, 5, 6 dan Kurikulum 2013 untuk kelas 1 dan 2. Terkait pendidikan pengurangan risiko bencana, belum ada silabus khusus. Namun untuk
pemberian materi pembelajaran mitigasi bencana, guru merancang RPP mata pelajaran yang dapat diintegrasikan dengan mengembangkan indikator-
indikator pembelajaran terkait kebencanaan. Jadi tidak ada mata pelajaran khusus kebencanaan, namun langsung
terintegrasi dengan mata pelajaran lain. Pengintegrasian materi kebencanaan juga tidak selalu pada mata pelajaran IPA yang sangat mudah disisipi materi
kebencanaan, tetapi bisa diintegrasikan dengan Matematika, PKn, IPS, Bahasa Indonesia, Fiqih, dan mata pelajaran lain. Kegiatan pembelajaran
dirancang bukan hanya di dalam kelas, tapi juga banyak dilakukan di luar kelas terutama untuk melakukan simulasi. Untuk simulasi gempa, di sekolah
96 ini pasca gempa setiap tanggal 27 tiap bulannya diadakan simulasi gempa.
Namun untuk beberapa tahun terakhir ini hanya dilakukan sekali setiap semesternya. Semester ini, MIN Jejeran tidak mengadakan simulasi gempa
karena terkendala oleh keadaan sekolah yang sedang dalam proses penambahan ruangan sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan
simulasi bersama.
Gambar 10. Guru menjelaskan wilayah sekolah yang berada pada zona merah
Gambar 11. Suasana siswa saat melakukan simulasi, siswa keluar kelas dengan melindungi kepala menggunakan tas
d. Orang-orang yang Terlibat
Implementasi sistem pembelajaran mitigasi bencana di MIN Jejeran ini melibatkan banyak pihak, sehingga dapat memaksimalkan kesuksesan
pelaksanaan program Sekolah Siaga Bencana. Sekolah mempunyai peran
97 yang penting, dimana sekolah yang memfasilitasi segala kegiatan
pembelajaran terkait kebencanaan dengan segala fasilitas pendukungnya. Kepala sekolah berperan sebagai orang yang mengambil segala keputusan
dalam setiap kebijakan terkait kegiatan sekolah. Guru sebagai pelaksana pembelajaran memiliki peran yang sangat penting dalam pembelajaran
mitigasi bencana ini. Guru sebagai fasilitator pembelajaran berperan membimbing siswa dalam memahami apa itu bencana, apa saja akibat yang
ditimbulkan dari bencana tersebut, dan tindakan apa yang harus dilakukan untuk menghadapi bencana tersebut. Selain itu, tidak lepas peran orang tua
untuk mensuport terlaksananya program Sekolah Siaga Bencana tersebut. Peran dari kepala sekolah, guru, dan orang tua sebagai oraang yang
terlibat dalam mencapai keberhasilan pelakasanaan program Sekolah Bencana ada peran dari organisasi PLAN dan LINGKAR. Dua organisasi tersebut
yang merangkul MIN Jejeran untuk mengimplementasikan pembelajaran mitigasi bencana demi kepentingan sekolah ini akibat dari rawannya letak
sekolah mereka dilihat dari topografi sekolah yang berada di daerah patahan lempengan tanah. Peristiwa gempa bumi yang melanda Yogyakarta terutama
di wilayah Bantul pada 27 Mei 2006 silam menyebabkan sekolah ini mengalami kerusakan parah. PLAN merupakan organisasi pertama yang
menyentuh sekolah untuk terkait pemenuhan kebutuhan darurat siswa. Berikut penuturan Ibu AR terkait bantuan yang diberikan PLAN untuk
pemulihan pasca gempa 27 Mei. “PLAN itu pasca bencana itu yang membantu paling awal, dulu sekolah
ini banyak atap-atap yang ambrol, banyak buku-buku dan alat peraga
98 yang rusak, bangunan juga banyak yang roboh. PLAN datang lebih awal
dan membantu dalam pembangunan gedung sekolah ini, buku-buku pelajaran, dan alat peraga.” WWGK130515
Setelah gempa, mereka mulai mendampingi sekolah untuk memulihkan keadaan psikologis para siswa karena setelah gempa tersebut para siswa
memiliki trauma yang amat mendalam tentang bencana tersebut. PLAN juga memberikan bantuan untuk pembangunan gedung sekolah dengan
standarisasi bangunan yang tahan akan gempa. Mereka juga memberikan bantuan untuk pengadaan alat peraga, buku-buku pelajaran, bahkan mereka
memberikan bantuan seragam sekolah untuk para siswa. Tentu dengan robohnya sebagian rumah para siswa menyebabkan rusaknya seragam
sekolah para siswa, bahkan mereka memberikan seragam sekolah dengan kemeja dan celana panjang. Sehingga mereka benar-benar memberikan
bantuan secara total dan mengerti kebutuhan sekolah ini yang notabene sekolah berbasis agama Islam.
Pemberian bantuan yang dilakukan oleh organisasi PLAN tidak hanya sekedar bantuan secara fisik, namun mereka juga memberikan pelatihan
kepada para guru terkait pengintegrasian materi pengurangan risiko bencana. Berikut adalah penuturan dari Ibu HN terkait bantuan pelatihan yang
diberikan oleh PLAN. “PLAN itu juga memberikan pelatihan-pelatihan terkait kebencanaan
tidak hanya MIN Jejeran, tetapi total ada 6 SD di Bantul ini. Sekolah tersebut adalah SD Brajan, SD Muhammadiyah Pandes, SD Putren, dan
MIN Jejeran di Kecamatan Pleret, serta SD Payak dan SD Cepokojajar di Kecamatan Piyungan.”WWGK110515
99 PLAN memberikan pelatihan terkait pengintegrasian materi pengurangan
risiko bencana pada 6 sekolah yang telah dituturkan oleh Ibu HN tersebut. Pelatihan tersebut sangat berguna dalam memberikan pengetahuan pada siswa
tentang usaha yang dilakukan untuk meminimalisir bahkan menghilangkan dampak dari bahaya. Seluruh guru diberi fasilitas selama pelatihan
berlangsung, bukan hanya fasilitas tempat pelatihan yang diadakan di Hotel Ros-In, mereka juga mendapatkan modul materi pengurangan risiko bencana
tetapi mereka juga mendapatkan pengetahuan untuk mengajarkan kepada anak bagaimana bencana itu tanpa membuat anak merasa takut akan bencana
tersebut. Selain itu, instansi-instansi terkait kebencanaan dilibatkan dalam
pelaksanaan program ini seperti bekerja sama dengan BPBD Bantul, PMI Bantul, dan sekolah ini juga memiliki MOU dengan puskesmas terdekat.
Peran puskesmas ini sangat banyak untuk memaksimalkan program mitigasi bencana ini, karena pihak puskesmas membimbing warga sekolah dalam hal
medis. Seperti membimbing dokter kecil yang dimiliki UKS sekolah ini, sebagai tempat rujukan pertama jika terjadi kecelakaan disekolah, dan
memberikan pasokan obat untuk UKS sekolah. Seluruh elemen yang dilibatkan dalam menyukseskan program Sekolah Siaga Bencana ini
bekerjasama demi terlaksananya program tersebut.
100 Gambar 12. PLAN merupakan lembaga yang memberikan bantuan secara
penuh kepada MIN Jejeran
e. Bahan dan Alat