78
3. Deskripsi Komponen Kapasitas Umum
Komponen kapasitas umum atau general capacity mengukur kemampuan umum sekolah dalam melaksanakan program, tidak terbatas pada muatan lokal
karawitan. Komponen kapasitas umum berdasarkan kisi-kisi instrumen memiliki 16 butir valid. Skor maksimal ideal komponen motivasi adalah 16. Rata-rata ideal
diperoleh dari setengah skor maksimal ideal, yakni 8. Standar deviasi ideal diperoleh dari sepertiga rata-rata ideal, yakni 2,67. Rata-rata ideal dan standar
deviasi ideal menghasilkan lima kategori berdasarkan kurva normal pada tabel 9. Tabel 9. Lima kategori komponen kapasitas umum.
Rumus interval Interval data
Kategori
x ≥ μ + 1,5 SD
x ≥ 12
Sangat Tinggi μ + 0,5 SD ≤ x μ + 1,5 SD
9 ≤ x 12 Tinggi
μ - 0,5 SD ≤ x μ + 0,5 SD 7 ≤ x 9
Sedang μ - 1,5 SD ≤ x μ - 0,5 SD
4 ≤ x 7 Rendah
x μ - 1,5 SD
x 4 Sangat Rendah
Tabel 9 menggambarkan distribusi skor pada komponen kapasitas umum. Nilai x adalah skor total yang didapatkan pada komponen kapasitas umum.
Sekolah dengan skor sebesar 12 hingga 16 memiliki kapasitas umum sangat tinggi. Sekolah dengan skor 9 hingga 11 memiliki kapasitas umum yang tinggi.
Sekolah dengan skor total 7 dan 8 memiliki kapasitas umum sedang. Sekolah dengan skor total 4 hingga 6 memiliki kapasitas umum yang rendah. Sekolah
dengan skor total 0 hingga 3 memiliki kapasitas umum yang sangat rendah. Kapasitas umum Taman Kanak-kanak sampel dapat dilihat pada gambar 10.
79 Gambar 10. Pie chart komponen kapasitas umum Taman Kanak-kanak
Gambar 10 menunjukkan bahwa komponen kapasitas umum pada 18 sekolah 39 termasuk pada kategori sangat rendah dan 11 sekolah 24
termasuk kategori rendah. 8 sekolah 18 termasuk pada kategori tingkat kesiapan sedang. 7 sekolah 15 yang termasuk kategori tinggi dan dua sekolah
4 yang termasuk kategori sangat tinggi. Persentase kapasitas umum pada tiap sekolah dapat dilihat pada gambar 11.
Gambar 11. Histogram persentase kapasitas umum sekolah.
80 Rata-rata kapasitas umum Taman Kanak-kanak di Kota Yogyakarta dari
sampel adalah 34,37. Persentase motivasi tertinggi sebesar 93,75 diperoleh sekolah nomor 37 dengan skor total 15. Skor terendah adalah 2 atau 12,50 yang
didapatkan oleh 9 sekolah 19,60. Range data komponen motivasi yang diperoleh sebesar 13 dengan median 4,50. Data komponen kapasitas umum
menghasilkan dua nilai modus, yakni skor 2 dan 3. Masing-masing skor didapatkan oleh lima sekolah dengan persentase masing-masing sebesar 10,90
dari sampel. Standar deviasi komponen motivasi sebesar 3,24. Koefisien variasi atau varians data sebesar 10,52. Gambaran indikator komponen kapasitas umum
dapat dilihat pada gambar 12.
Gambar 12. Histogram indikator komponen kapasitas umum sekolah. Gambar 12 menunjukkan enam indikator komponen kapasitas umum,
meliputi budaya organisasi, keterbukaan, biaya, kepemimpinan, struktur organisasi dan sumber daya manusia. Indikator yang paling banyak muncul adalah
indikator biaya. Indikator yang paling sedikit muncul adalah indikator keterbukaan terhadap perubahan. Analisis per indikator adalah sebagai berikut:
81 a.
Struktur organisasi 2 responden 4,35 menyatakan bahwa ada program pada sekolah yang
merupakan hasil kolaborasi guru. Sementara itu, 4 responden 8,70 menyatakan bahwa selama lima tahun terakhir, terdapat program yang berasal dari usulan
guru. Sehubungan dengan guru baru, 20 responden 43,48 memberikan waktu training kepada guru baru.
b. Kapasitas sumber daya manusia
Kapasitas lembaga dilihat dari jumlah pegawai, latar belakang dan pengalaman, pelatihan yang diberikan kepada pegawai baru, waktu untuk
perencanaan pegawai, kolaborasi antar pegawai dan proses pengambilan keputusan internal Dymnicki, dkk, 2014: 9. 34 responden 73,91 menilai
bahwa guru dan karyawan sudah menampilkan performa kerja yang optimal. Sementara itu, hanya 6 dari 46 responden 13,04 yang menyatakan bahwa guru
di lembaganya mengikuti workshop untuk mengembangkan keterampilan tanpa penunjukan. Selebihnya, lebih pada penunjukan oleh kepala sekolah maupun
pengawas. c.
Budaya organisasi Budaya organisasi merujuk pada ada atau tidak penghargaan untuk kinerja
guru maupun karyawan. 14 responden 30,14 memberikan penghargaan bagi guru yang melakukan inovasi. Inovasi tersebut dapat berupa pengadopsian
program baru, alat permainan edukatif atau metode belajar. 21 responden 45,65 memberikan penghargaan kepada guru maupun karyawan yang
berprestasi.
82 d.
Kepemimpinan Adanya rencana pengembangan program jangka panjang oleh kepala
sekolah muncul pada 15 responden 32,61. Laporan tertulis muncul pada 35 responden 76,09, namun hanya 6 responden 13,04 yang memiliki standar
untuk mengukur keberhasilan program di sekolah. 26 kepala sekolah 56,52 membentuk tim-tim penanggungjawab untuk setiap program yang ada di sekolah.
Tim cenderung tampak pada lembaga yang memiliki guru dalam jumlah banyak. e.
Keterbukaan terhadap perubahan Hanya 3 responden 6,52 memiliki program baru selama 5 tahun
terakhir. Sisanya, 43 responden 93,48 menjawab tidak ada program baru pada lembaga yang dipimpin. Program yang dimaksud adalah muatan lokal atau
ekstrakurikuler. Hanya 7 dari 46 responden 15,22 menyatakan bahwa tahun ajaran 2015-2016 adalah saat yang tepat untuk menerapkan program baru.
Sisanya, 39 responden 84,78 menganggap tahun ajaran 2015-2016 belum tepat untuk mulai melaksanakan program baru. Hal tersebut selaras dengan hasil pada
poin keterbukaan guru dan karyawan terhadap program baru. Hanya 3 responden 6,25 yang menilai guru dan karyawan di lembaganya mudah untuk
menyesuaikan diri ketika ada program baru. f.
Alokasi biaya 14 responden 30,43 menyatakan bahwa sekolah memiliki sumber daya
finansial yang memadai untuk melaksanakan program baru. Artinya, alokasi dana apabila ada program baru tidak mengganggu program yang sudah berjalan. Lebih
lanjut, 43 responden 93,48 aktif mencari tahu program hibah terbaru.
83 Berdasarkan hasil wawancara, bantuan yang didapatkan berupa Bantuan
Operasional Sekolah Daerah BOSDA dan Jaminan Pendidikan Daerah JPD.
4. Deskripsi Komponen Kapasitas Khusus