69
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Kesiapan Lembaga Sekolah dalam Implementasi Muatan
Lokal Karawitan
Skor akhir variabel kesiapan lembaga sekolah didapatkan dari butir valid instrumen skala. Skala yang digunakan memiliki 54 butir valid. Skor maksimal
butir adalah 1 dan skor minimal butir adalah 0, sehingga skor maksimal ideal variabel kesiapan lembaga sekolah adalah 54. Rata-rata ideal diperoleh dari
setengah skor maksimal ideal, yakni 27. Standar deviasi ideal diperoleh dari sepertiga rata-rata ideal, yakni 9. Rata-rata ideal dan standar deviasi ideal
menghasilkan lima kategori berdasarkan kurva normal pada tabel 7. Tabel 7. Lima kategori variabel kesiapan lembaga sekolah.
Rumus interval Interval data
Kategori
x ≥ μ + 1,5 SD
x ≥ 41
Sangat Tinggi μ + 0,5 SD ≤ x μ + 1,5 SD
32 ≤ x 41 Tinggi
μ - 0,5 SD ≤ x μ + 0,5 SD 23 ≤ x 32
Sedang μ - 1,5 SD ≤ x μ - 0,5 SD
14 ≤ x 23 Rendah
x μ - 1,5 SD
x 14 Sangat Rendah
Tabel 7 menggambarkan distribusi skor pada variabel kesiapan lembaga sekolah. Nilai x adalah skor total yang didapatkan setiap sekolah
.
Sekolah dengan skor total sebesar 41 hingga 54 memiliki tingkat kesiapan sangat tinggi untuk
mengimplementasikan muatan lokal karawitan
.
Sekolah dengan skor total 32 hingga 40 memiliki tingkat kesiapan yang tinggi untuk mengimplementasikan
muatan lokal karawitan
.
Sekolah dengan skor total 23 hingga 31 memiliki tingkat kesiapan yang sedang untuk mengimplementasikan muatan lokal karawitan
.
70 Sekolah dengan skor total 14 hingga 22 memiliki tingkat kesiapan yang rendah
untuk mengimplementasikan muatan lokal karawitan
,
sedangkan sekolah dengan skor total 0 hingga 13 memiliki tingkat kesiapan yang sangat rendah untuk
mengimplementasikan muatan lokal karawitan
.
Tingkat kesiapan Taman Kanak- kanak dalam mengimplementasikan muatan lokal karawitan di Kota Yogyakarta
dapat dilihat pada gambar 4
.
Gambar 4. Pie chart tingkat kesiapan lembaga sekolah Taman Kanak-kanak dalam mengimplementasikan muatan lokal karawitan.
Gambar 4 menunjukkan bahwa dari 46 sampel yang diteliti, 21 sekolah 46 termasuk pada kategori sangat rendah
.
Artinya, hampir separuh dari sampel yang diambil memiliki tingkat kesiapan yang sangat rendah untuk
mengimplementasikan muatan lokal karawitan
.
Sementara itu, 15 sekolah 33 termasuk kategori tingkat kesiapan yang rendah dan 9 sekolah 20 termasuk
pada kategori tingkat kesiapan sedang
.
Tidak ada sekolah yang termasuk kategori tingkat kesiapan yang tinggi. Satu sekolah 2 yang termasuk kategori tingkat
kesiapan sangat tinggi untuk mengimplementasikan muatan lokal karawitan
.
71 Persentase kesiapan pelaksanaan muatan lokal karawitan pada tiap sekolah dapat
dilihat pada gambar 5.
Gambar 5. Histogram persentase kesiapan setiap sekolah dalam implementasi karawitan.
Tingkat kesiapan rata-rata instansi Taman Kanak-kanak di Kota Yogyakarta untuk mengimplementasikan muatan lokal dari sampel yang diambil
adalah 29,74
.
Persentase kesiapan tertinggi sebesar 92,59 diperoleh responden nomor 37 dengan skor total 50
.
Persentase kesiapan terendah sebesar 9,26 diperoleh responden nomor 23 dengan skor total 5
.
Dengan demikian, range data yang diperoleh sebesar 45 dengan median 15
.
Data variabel kesiapan lembaga sekolah menghasilkan dua nilai modus, yakni skor 11 dan 16
.
Masing-masing skor didapatkan oleh lima sekolah dengan persentase masing-masing sebesar
10,90 dari sampel
.
Standar deviasi data sebesar 8,09. Koefisien variasi atau varians data sebesar 65,46
.
Kontribusi skor komponen-komponen pada skor total dapat dilihat pada gambar 6.
72 Gambar 6. Histogram komponen-komponen variabel kesiapan lembaga sekolah
dalam mengimplementasikan muatan lokal karawitan. Variabel kesiapan lembaga sekolah memiliki tiga komponen, yaitu
komponen motivasi, kapasitas umum dan kapasitas khusus. Pada gambar 5, dapat dilihat bahwa sekolah dengan skor total tertinggi memiliki skor komponen
motivasi yang paling tinggi pula. Sebaliknya, sekolah nomor 17 mendapatkan skor 0 pada komponen motivasi. Artinya, sekolah tersebut tidak memiliki
motivasi untuk mengimplementasikan muatan lokal karawitan. Berdasarkan analogi R=MC
2
dari Scaccia 2014: 4, sekolah dianggap tidak bisa mengimplementasikan inovasi secara efektif sebelum masalah-masalah yang ada
pada komponen tersebut diselesaikan.
2. Deskripsi Komponen Motivasi