Desentralisasi Pendidikan Kebijaksanaan Pendidikan

16 d. Kebijaksanaan teknis Kebijaksanaan teknis disebut juga sebagai kebijaksanaan operatif. Penentu kebijakan adalah pejabat eselon dua ke bawah, diantaranya Direktorat Jenderal, Gubernur, Bupati, dan Walikota. Kebijaksanaan pada tingkatan ini disesuaikan dengan faktor kondisional dan situasional daerah, yakni budaya, ekonomi, politik, hankam, sosial dan sumber daya yang dapat dimanfaatkan.

3. Desentralisasi Pendidikan

Desentralisasi pendidikan atau otonomi pendidikan adalah sebuah sistem manajemen untuk mewujudkan pembangunan pendidikan yang menekankan pada kebhinekaan Hasbullah, 2007: 14. Praktik desentralisasi pendidikan berbeda dengan desentralisasi di bidang pemerintahan, karena tidak terhenti pada tingkat kabupaten atau kota saja, tetapi sampai pada lembaga pendidikan, disebut juga otonomi sekolah. Otonomi sekolah membuat sekolah memiliki kewenangan dalam untuk mengatur dan mengurus kepentingan warga sekolah atas prakarsa sendiri, berdasarkan aspirasi warga sekolah dan undang-undang yang berlaku. Otonomi sekolah tersebut diwujudkan dengan mengembangkan Manajemen Berbasis Sekolah atau MBS. Otonomi sekolah diharapkan dapat menciptakan suatu sistem pendidikan dengan kebijakan yang faktual Soewartoyo, dkk dalam Hasbullah, 2007: 28. Wohlstetter dan Mohrman dkk dalam Nurkolis, 2003: 42-44 mengemukakan empat aspek yang didesentralisasikan ke sekolah, meliputi: 17 a. Kewenangan authority Kewenangan atau kekuasaan didesentralisasikan ke sekolah secara langsung melalui dewan sekolah. Dewan sekolah terdiri dari kepala sekolah, guru, orang tua peserta didik dan masyarakat Hasbullah, 2007: 81. Tiga bidang yang didesentralisasikan ke sekolah adalah pembiayaan, kepegawaian dan kurikulum. Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang langsung bersinggungan dengan masyarakat memiliki kewenangan untuk mengambil keputusan terkait keadaan lembaga. Kewenangan tersebut termasuk pengangkatan dan pemberhentian kepala sekolah, guru dan staf sekolah. Khusus untuk kurikulum, terdapat patokan nasional yang masih harus diikuti. Kurikulum harus mendukung ke arah pendidikan yang sesuai dengan tuntutan era global, namun berakar pada jati diri lokal dan nasional Soewartoyo, dkk dalam Hasbullah, 2007: 28. b. Pengetahuan knowledge Pengetahuan wajib didesentralisasikan supaya sumber daya manusia di sekolah mampu memberikan kontribusi nyata bagi kemajuan sekolah. Pengetahuan tersebut meliputi keterampilan bekerja job skills, keterampilan kelompok teamwork skills dan pengetahuan keorganisasian organizational skills. Keterampilan berkelompok meliputi pemecahan masalah, pengambilan keputusaan dan keterampilan berkomunikasi. Sekolah dapat aktif bekerjasama dengan lembaga non pemerintah untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan. 18 c. Informasi information Informasi mengenai sekolah didistribusikan kepada semua pihak yang terlibat secara proporsional. Informasi dapat berupa visi, misi, strategi, tujuan sekolah, pembiayaan dan kinerja sekolah. Manajemen informasi diperlukan karena tidak semua informasi dapat disampaikan ke semua pihak. d. Penghargaan reward Penghargaan bisa berupa fisik maupun non fisik yang berhubungan dengan prestasi kerja. Penghargaan fisik dapat berupa hadiah. Penghargaan non fisik dapat berupa kenaikan pangkat, diikut sertakan dalam seminar atau konferensi.

4. Implementasi Kebijaksanaan Pendidikan