Faktor-Faktor Pendukung Implementasi Muatan Lokal Karawitan di

105

5. Faktor-Faktor Pendukung Implementasi Muatan Lokal Karawitan di

Taman Kanak-Kanak Hasil analisa ketiga komponen kesiapan juga menemukan faktor-faktor yang mendukung penerapan muatan lokal karawitan. Faktor-faktor pendukung tersebut meliputi: a. Respon positif terhadap muatan lokal karawitan Hampir seluruh responden 95,65 menyatakan bahwa muatan lokal karawitan masih relevan untuk dilestarikan. Menurut Rogers dalam Scaccia, 2014: 20, sebuah inovasi memiliki peluang lebih besar untuk diterapkan ketika dianggap memiliki keuntungan relatif yang tinggi. Semua responden menyatakan bahwa karawitan bermanfaat untuk menumbuhkan kecintaan terhadap budaya lokal sejak dini. Pengenalan terhadap gamelan dan karawitan selama ini dilakukan melalui bernyanyi tembang-tembang dolanan, mendengarkan rekaman dan melihat latihan karawitan. Terkait dengan konteks bermain karawitan secara langsung, Anak Usia Dini dipandang dapat belajar bermain karawitan secara sederhana. Akan tetapi, responden belum dapat menjelaskan bermain karawitan secara sederhana yang dimaksudkan. Ada yang berpendapat hanya anak kelompok B yang dapat bermain gamelan secara langsung. Oleh sebab itu, perlu adanya panduan terkait belajar karawitan yang sesuai bagi Anak Usia Dini. b. Terdapat contoh Taman Kanak-kanak yang telah menerapkan karawitan Muatan lokal karawitan sudah diuji coba oleh satu sekolah pada tahun ajaran 2014-2015. Sekolah tersebut adalah TK Negeri Pembina Yogyakarta. 106 Berdasarkan tahap implementasi, TK Negeri Pembina Yogyakarta telah sampai pada tahap implementasi awal NIRN, 2013. Sejak tahun 2009, TK Negeri Pembina fokus pada kegiatan belajar mengajar berbasis budaya unggulan. TK Negeri Pembina telah menguji coba muatan karawitan di tahun ajaran 2014-2015. Program tersebut dipelopori oleh salah satu guru kelas, Ibu Surip. Muatan lokal karawitan dapat terlaksana dengan dukungan Kepala Sekolah, guru beserta Komite Sekolah. TK Negeri Pembina tidak memiliki gamelan dan guru karawitan. Kepala sekolah maupun guru tidak ada yang dapat bermain karawitan. TK Negeri Pembina dapat mengimplementasikan muatan lokal karawitan atas kerjasama dengan pemerintah Kecamatan Umbulharjo, berupa peminjaman tempat beserta gamelan. Guru karawitan juga bekerja sama dengan salah satu pegawai kecamatan, yakni Pak Sigit. Fakta tersebut sesuai dengan penyataan NIRN 2013 yang menekankan perlunya dukungan eksternal untuk berubah support to change untuk membangun dan mempertahankan perubahan pada tahapan implementasi awal. Fakta diatas membuktikan bahwa sekolah tidak perlu memiliki gamelan sendiri untuk dapat mengimplementasikan muatan lokal karawitan. Ekstrakurikuler karawitan dijadwalkan pada setiap hari Sabtu. Alokasi waktu karawitan selama satu jam, 45 menit untuk kegiatan dan 15 menit untuk waktu perjalanan. Kelompok A mendapat jadwal jam 08.00-09.00 WIB. Kelompok B mendapatkan jadwal jam 09.00-10.00 WIB. Guru kelas juga ikut belajar bermain karawitan dengan jadwal jam 11.00-12.00 WIB. 107 Materi yang diajarkan meliputi mengenal nama alat musik karawitan, mencoba membunyikan alat musik. Alat musik yang tidak diajarkan adalah kendhang dan bonang. Alat musik yang dapat diajarkan adalah gong, kenong, slenthem dan saron. Selain materi musik, anak-anak juga diajarkan unggah- ungguh seperti duduk bersila dan tidak boleh melompati alat musik. Sebuah inovasi yang pernah dilakukan akan meningkatkan tingkat adopsi inovasi oleh lembaga lain. Kesiapan memiliki implikasi evaluasi, sehingga hasil evaluasi tersebut menyediakan umpan balik mengenai keuntungan dari inovasi tertentu Scaccia, 2014: 24. Evaluasi dari kegiatan karawitan di TK Negeri Pembina antara lain: 1 Jadwal yang bertabrakan dengan hari libur atau jadwal insidental sekolah. 2 Anak didik yang berganti-ganti. Peserta didik di TK Negeri Pembina sebanyak 3 kelas untuk kelompok A dan 7 kelas untuk kelompok B. 3 Evaluasi penilaian untuk peserta didik belum terlaksana. 4 Bantuan dana untuk tahun 2015-2016 diambil dari uang kegiatan.

C. Keterbatasan Penelitian