132
dari pendidikan orangtua kurang dalam mendukung anaknya, dukungan orangtua secara ekonomi. Dalam hal ini anak pesisir sangat sulit untuk
mengalami mobilitas sosial karena minimnya dukungan orangtua terhadap perkembangan dan pergerakan pendidikan anak.
4.9.2.2 Lingkungan tempat tinggal
Diketahui bahwasanya makhluk hidup terkhusus manusia sendiri jika diberikan pengawasan akan mengalami kemunduran, jika diberi
kebebasan akan mengalami ke hancuran. Khusus nya di Indonesia sendiri memiliki dua ciri-ciri hukum yaitu : hukum tertulis dan hukum tidak
tertulis dimana setiap individu tersebut yang tidak sesuai dengan peraturan, maka akan berprilaku menyimpang. Anak yang sedang mengecap
pendidikan akan rentan dengan prilaku menyimpang, dimana anak tersebut pemikirannya akan goyah dengan lingkungan yang ada.
Perilaku menyimpang tersebut terjadi dikarenakan mental anak masih rapuh dalam mengendalikan diri dari perilaku menyimpang, tak
jarang perilaku menyimpang terjadi pertama sekali oleh faktor lingkungan. Seperti hal nya pada saat peneliti melakukan penelitian di Desa Rantau
Panjang, peneliti melihat bahwasanya anak yang sedang mengecap pendidikan terjerumus oleh lingkungan di sekitar desa tersebut. Hal ini
didukung saat wawancara dengan Ibu Ratna Ningrum pada saat dilapangan yaitu :
“….hampir setiap malam anak-anak yang masih dibawah umur sudah pacaran di gelap-gelapan, anak
SD kelas 6 saja sudah pacaran, dan itu pun pacarannya di dalam sekolah SD tersebut, sering saya
melihat mereka pacaran di dalam sekolah SMP Sanawiyah, ketepatan Sekolah Dasar dan sekolah SMP
Universitas Sumatera Utara
133
Sanawiyah depan-depanan, yang saya lakukan hampir setiap malam ya lari-lari dengan anak-anak yang
pacaran digelap-gelapan, habis kebiasaan mereka sampai diatas jam 10 malam juga tidak pulang
kerumah, sudah saya suruh pulang kerumah jangan di dalam sekolah lagi, rupanya tidak pulang, malah balik
lagi kesekolah tersebut sekitar jam 00.30 malam. Kadang kalau anak tak mau dilarang juga saya hanya
bisa do’a saja, pagi harinya ketika anak tersebut masuk saya marahhin, kau kau kau kau, ngapain kau tengah
malam masih keluyuran pasang-pasangan, gak dicariin kau sama orangtua kau, orangtua kau kalau ayam dan
kambing nya tidak pulang sampai jam 12 dicarik nya kan, tapi apa kau gak dicarik, itu bahasa kasar saya
sebgai guru kan gak cocok sebetul nya, tetapi sudah gak tahan saya lagi mendam nya, ya saya marahinlah
dengan kata-kata begitu ….” Hal tersebut didukung oleh wawancara dengan Bapak M. Amri
pada saat dilapangan yaitu : “….Bisa kamu lihat sendiri bagaimana pergaulan anak
di desa ini, lihatlah pakaian anak gadis di desa kok begitu terlalu mini, kalau di desa lain mana ada kayak
gitu anak gadis, masih bisa jaga penampilan….”
Terlihat bahwasanya di dalam Desa Rantau Panjang tersebut merupakan salah satu lingkungan yang kurang mendukung terhadap nilai
pendidikan, dimana anak yang masih mengenyam Sekolah Dasar saja sudah memilih pacaran, sehingga tidak jarang seorang guru yang
bertempat tinggal dikawasana perumahan sekolah melihat bahwasanya anak dari masyarakat Desa Rantau Panjang sendiri yang sudah pacaran.
Anak yang sudah pacaran tersebut ketika malam harinya selalu pulang larut malam, sehingga membuat salah satu guru yang bertempat
tinggal di dalam sekolah tersebut sangat marah melihat kelakuan anak- anak di desa, namun anak tidak mau dengan marahan yang sudah
diberikan guru tersebut. Sebab kelakuan anak yang tidak mau dikasih tau
Universitas Sumatera Utara
134
menyebabkan anak anak di desa menjadi cepat nikah dibawah umur. Hal tersebut dijelaskan saat wawancara dengan Ibu Sahriah yaitu :
“….disini memang anak nakal-nakal nak, setiap malam nya aja orang itu terus kelayapan,mau
laki-laki mau perempuan ya sama saja, udah begitu kan nak kalau yang perempuan bajunya
seksi-seksi, pastikan menggumbar hawa nafsu buat laki-laki, ya sudah nak karena kebandelan
anak-anak tu lah yang membuat mereka cepat nikah, kadang nikah nya pun karena hamil di luar
nikah, kadang dikawin kan sama orangtua nya karena takut anaknya hamil diluar nikah….”
Hal tersebut didukung oleh wawancara dengan pendapat Hendri
pada saat dilapangan yaitu : “….kalau malam kak memang banyak kawan
hendri kelayapan kak, sampai tengah malam aja gak pulang-pulang kak, tapi kalau awak tak
pulang sampai jam 11 malam tak dikasi makan sama omak ni kak, kalau orang dikasi omaknya
pun tak pulang-pulang kak….”
Dari pergaulan anak disebabkan faktor lingkungan tersebut yang menyebabkan anak di desa tersebut menikah di umur dini, dimana anak
sendiri tidak dapat dilarang oleh orangtua mereka, pada dasarnya anak yang masih dibawah umur tidak semestinya untuk menikah dini, namun
ketika sudah pilihan dann takdir yang sudah mengijinkan orangtua tidak bisa berbuat apa-apa, jika dilihat dari maslah tersebut orangtua lah yang
salah karena terlalu lemah untuk menjaga anak-anak nya, kelalaian yang dilakukan orangtua bersifat patal ke pergaulan anak di desa. Dimana di
desa tersebut sudah diketahui bahwasanya lingkungannya yang tidak mendukung. Seharusnya bagi orangtua menjaga ketat pergaulan sehari-hari
anaknya, agar anaknya tidak terpengaruh oleh lingkungan sekitar.
Universitas Sumatera Utara
135
Namun ketika anak melakukan kesalan sudah pasti oangtua yang disalahkan oleh orang banyak. Terpengaruhnya lingkungan sekitar
diakibatkan karena kurangnya pengetahuan yang ada, dimana anak hanya diberi kebebasan yang tiada batas, anak diserahkan kepercayaan yang
seutuhnya, dimana anak tidak menjaga kepercayaan yang diberikan orangtua mereka. Masyarakat menganggap
pendidikan sudah mencontohkan keburukan kepada mereka, dimana masyarakat setempat
mengangap pendidikan itu nantinya akan membawa keburukan kepada mereka.
Dimana masyarakat mengganggap bahwasanya pendidikan tersebut akan membawa kebodohan bagi mereka, alasan masyarakat tidak
ingin melanjut sekolah ke jenjang yang lebih tinggi dikarenakan belum adanya di dalam desa tersebut orang yang sudah tamat sekolah tinggi
mendapatkan pekerjaan yang layak, dan membawa perubahan bagi mereka, masyarakat menilai pendidikan tersebut hanya sebuah ajang
pembodohan, yang mana setiap tamat sekolah nanti nya juga akan kembali bekerja ke laut sebagai nelayan, bekerja ke Negeri seberang yaitu Malasya
sebagai TKW merantau ke Medan, bahkan menjadi seorang pengangguran besar-besaran.
Desa Rantau Panjang jika dilihat dari lingkungannya desa tersebut tidak mendukung akan kemajuan pendidikan dan perubahan yang baik,
dimana kejahatan seperti pengguna dan penyebar narkoba terbesar di Sumatera Utara termasuk desa tersebut, dikarenakan desa tersebut sangat
dekat dengan Negara luar, bahkan anak-anak yang masih dibawah umur
Universitas Sumatera Utara
136
saja sudah menggunakan narkoba, narkoba bagi masyarakat tersebut merupakan hal yang sudah tidak tabu lagi. Hal ini didukung oleh saat
wawancara dengan Adi Wibowo Sembiring pada saat dilapangan yaitu : “….kayak manalah anak-anak tak dekat dengan
narkoba, sebab aparat Negara saja seperti polisi membiarkan narkoba itu sampai ke desa ini, katanya
saja orang tersebut menjaga kenyamanan tapi apa yang terjadi, lihatlah orang tu saja bermain dengan
narkoba tersebut, ya saya sebagai orangtua saja sangat takut ketika anak ni sudah besar akan terikut dengan
permaslaahan norkoba ni, sebab dari tahun ke tahun cumin narkoba saja yang menjadi masalah terbesar,
macam semalam tu dikejar-kejar polisi orang disini karena narkoba dan satu lagi karena perjudian juga
luar biasa disini, disini lah induk permasalahan narkoba dan perjudian tersebut, kalau sudah konak itu
mau apo pun awak bilang tak bisa lagi, apo tidakkan sudah kacanduan….”
Hal tersebut senada dengan pendapat Ibu Sri Rahmadani yaitu : “….murid ribut terlalu ribut saat ibu menerangkan,
muridpun tak mau mendengarkan, lalu ibu tanya kenapa kalian ribut anak-anak pun ceritalah kalau
mereka dikasi bungkusan putih, disuruh abang-abang itu kami pakai buk, lalu murid tadi yang dikasi kami
panggillah sama guru lainnya, kami suruh murid kami manggil abang-abang tu besok, lalu kedapatan abang-
abangtu, kami bilanglah kalau kau mau merusak karakter bangsa jangan disini kau, kami gak mau
anak-anak kami rusak gara-gara kau, dia pun marah- marah, kami panggillah anak-anak yang disuruh makai
narkoba tadi, ha disitulah dia diadili….”
Perntayaan yang diberikan informan tersebut dikarenakan banyak nya msalah dari lingkungan yang ada di desa tersebut, dari kejahatan yang
berupa narkoba, perjudian sangat rentan di dapat setiap anak maupun masyarakat setempat, terlihat bahwasanya dari masalah tersebut aparat
yang seharusnya melindungi Negara namun bukan melindungi mereka tetapi juga menjerumuskan mereka terhadap permasalahan tersebut. Begitu
Universitas Sumatera Utara
137
juga dengan anak-anak yang masih Sekolah Dasar juga sudah mengenal ciri-ciri dari sabu tersebut, dimana warga yang sudah memakai obat
terlarang memberikan pujukan agar orang lain memakainya dengan cara gratis terlebih dahulu. Namun setelah guru dari murid mengetahuinya,
pihak sekolah tidak hanya diam tetapi memanggil pihak yang bersangkutan agar di adili dengan seadil adilnya.
Lingkungan merupakan salah satu cara yang mudah ditiru oleh anak, baik buruk nya seseorang biasanya dipengaruhi oleh lingkungan
sekitar, dimana anak sendiri mudah meniru apa yang terjadi dilingkungannya. Penyebab terjadinya anak putus sekolah di desa tersebut
dikarenakan salah satu faktor lingkungan dimana lingkungan desa tersebut jika dilihat dari lingkungannya tidak mendukung sekali untuk anak
sekolah, di desa tersebut anak yang masih sewajarnya menikmati sekolah namun sudah bekerja, biasanya anak yang bekerja rata-rata dari umur 12
tahun. Lingkungan menjadi penghambat anak untuk sekolah disebabkan orangtua anak memiliki dua perbedaan antara nya adalah jika orangtua
mampu untuk sekolahkan anak, namun anak tidak mau sekolah karena dipengaruhi oleh lingkungan, lalu orangtua tidak mampu untuk sekolahkan
anaknya sehingga anak memilih bekerja dan pada akhirnya orangtua pasrah. Hal ini didukung pada saat wawancara dengan Bapak Zamaluddin
yaitu : “….anak mellihat sendiri realitanya kalau anak yang
tidak berpendidikan saja bisa bekerja dan berpenghasilan, ya dia tergiur untuk ikut bekerja
karena uang cukup untuk membantu orangtua dan pendidikan tidaklah begitu penting menurut mereka….”
Universitas Sumatera Utara
138
Lingkungan di desa tersebut sangat mempengaruhi akan anak- anak mengikuti gaya dari luar dan teman bermainnya. Walaupun
orangtuanya mampu tetapi ada anaknya yang tidak mampu tetapi ada anaknya yang tidak mau sekolah karena terpengaruh teman-temannya yang
malas untuk sekolah. Keadaan lingkungan di desa tersebut beserta pergaulan anak-anak sangatlah disayangkan yang mana selain karena anak
memilih untuk langsung bekerja tetapi masalah terbesar dari lingkungan tersebut adalah anak sudah terpengaruh oleh narkoba. Narkoba sangat
merusak anak-anak di Desa Rantau Panjangh tersebut karena kebanyakana anak-anak desa tidak tahu apa-apa dan hanya diajak kawan-kawanya untuk
menggunakannya, sehingga ia terjerumus dalam pergaulan yang tidak baik.
Di desa tersebut sangat terkenal dengan bandar narkoba, bahkan di desa tersebut sudah dijadikan distribusi pemasaran narkoba keseluruhan
tempat di Medan. Di desa tersebut juga sudah terkenal dengan transit narkoba dari berbagai daerah. Maraknya narkoba di desa tersebut sampai
sekarang belum tertuntaskan sebab ada juga bagian keamanan yang seharusnya menyelesaikan masalah menjadi pelaku dari narkoba tersebut.
Dengan keadaan lingkungan di desa tersebut sudah dilakukan berbagai upaya untuk memperbaiki keadaan dan pergaula di desa berupa.
1. Melakukan penyuluhan
2. Bantuan sosial narkoba dari UMSU
3. Bekerja sama dengan polisi
4. Mengadakan musyawarah dengan BNN
Universitas Sumatera Utara
139
Akan tetepi segala upaya yang telah dilakukan tanpak nya selalu sia-sia karena sampai saat ini masalah narkoba belum saja terselesaikan.
Hal ini didukung oleh saat wawancara dengan Bapak Bowo Sembiring yaitu :
“….narkoba itu pun masuk ke Rantau Panjang ni dengan bantuan polisi itu sendiri. toh polisi mau dikasi
uang dan masyarakat takut melapor karena kan kena dampaknya seperti rumahnya di lempar dan terancam
keselamatannya….”
Dari hasil penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwasnya masalah narkoba sulit untuk terselesaikan karena aparatur
Negara sendiri pun tidak berpihak pada masyarakat, sehingga masalah tersebut diabaikan begitu saja tanpa ada hasil akhirnya dan semakin
bertambahnya korban pengguna narkoba.
4.9.2.3 Budaya