Budaya Pendidikan Orangtua Faktor Eksternal

139 Akan tetepi segala upaya yang telah dilakukan tanpak nya selalu sia-sia karena sampai saat ini masalah narkoba belum saja terselesaikan. Hal ini didukung oleh saat wawancara dengan Bapak Bowo Sembiring yaitu : “….narkoba itu pun masuk ke Rantau Panjang ni dengan bantuan polisi itu sendiri. toh polisi mau dikasi uang dan masyarakat takut melapor karena kan kena dampaknya seperti rumahnya di lempar dan terancam keselamatannya….” Dari hasil penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwasnya masalah narkoba sulit untuk terselesaikan karena aparatur Negara sendiri pun tidak berpihak pada masyarakat, sehingga masalah tersebut diabaikan begitu saja tanpa ada hasil akhirnya dan semakin bertambahnya korban pengguna narkoba.

4.9.2.3 Budaya

Budaya merupakan salah yang sering sering terjadi secara terus- menerus, begitu juga dengan pendidikan di Desa Rantau Panjang menjadikan budaya bagi setiap orang, dimana sekolah merupakan hal yang menurut setiap orang tidak begitu penting sama hal nya ketika pendidikan tersebut sudah tidak lagi bermanfaat terhadap setiap orang maupun masyarakat tersebut. Pendidikan yang menjadi nomorsekian menurut seseorang menjadikan budaya, dimana hal tersebut menjadi kebiasaaan. Sebagian besar anak-anak di desa ini ketika sudah remaja akan dikirim ke Malasya sehingga hal ini menjadi budaya tersendiri menurut seseorang. Anggapan anak-anak di desa tersebut ketika anak yang sudah tidak sekolah saja dapat pergi ke Malasya, sehingga setiap individu dari anak desa Universitas Sumatera Utara 140 tersebut berpikir untuk apa sekolah tinggi-tinggi kalau pada akhirnya bisa pergi ke Malasya tanpa berpendidikan yang tinggi. Hal ini di dukung saat wawancara dengan Bapak Bowo Sembiring yaitu : “….kalau bapak menilai ya dik pendidikan itu tidak penting menurut masyarakat, karena itulah yang menjadikan kebiasaan menurut bapak nak….” Hal ini didukung oleh Ibu Hanisah Mulya yaitu : “….ibu setuju sekali kalau pendidikan yang dinomor sekiankan di desa ini menjadi budaya, sebab budaya sendiri merupakan kebiasaan yang sering dilakukan dari dulu sampai sekarang, nyatanya dari dulu sampai sekarang tetap saja pendidikan itu di nomorsekian kan, itu sih menurut ibu nak….” Jadi menurut pemaparan tersebut masyarakat desa setuju jikalau masalah pendidikan di Desa Rantau Panjang menjadi salah satu budaya di desa tersebut, dimana masalah pendidikan tersebut dari tahun ketahun sama saja tidak mengalami perubahan. Dimana setiap individu menganggap bahwasanya pendidikan tersebut sudah menjadikan salah satu hal yang biasa. Kesadaran dari setiap individu dalam menilai pendidikan masih sedikit, dimana seseorang masih saja mementingkan masa sekarang dari masa yang akan datang.

4.9.2.4 Pendidikan Orangtua

Pendidikan orangtua juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat pendidikan di Desa Rantau Panjang, dimana pendidikan orangtua pada masyarakat hampir rata-rata tamat Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama, namun untuk yang tamat Sekolah Menengah Atas sulit untuk ditemukan. Pengetahuan orangtua Universitas Sumatera Utara 141 terhadap pendidikan anaknya sangat mempengaruhi. Hal ini didukung saat wawancara dengan Bapak Syaipul pada saat dipangan yaitu : “….yang mana orangtuanya hanya tamat sekolah SD atau tidak tamat sekolah pasti begitu jugalah anaknya nanti, jarang ada yang orangtua nya tidak memiliki pendidikan tapi anaknya sudah berhasil dalam pendidikan yang tinggi, namun tidak bisa dikatakan tidak ada anaknya yang berpendidikan tinggi dan yang lebih dari orangtua nya, ya ada tapi jaranglah ditemukan di desa ini….” Orangtua yang hanya pendidikannya rendah akan berdampak pada anak mereka, dimana orangtua tidak memiliki pengetahuan yang baik terhadap pendidikan. Di desa tersebut juga jarang ditemukan orangtua yang tidak memiliki pendidikan namun anaknya akan memiliki pendidikan yang lebih baik darinya. Hal tersebut berbeda dengan pendapat yang dipaparkan oleh Ibu Sahriah pada saat dilapangan yaitu : “….kalau saya ya nak saya memang gak ada pendidikan saya, SD saja tak tamat nak, namanya juga orang dulu kan nak, tapi setelah saya nikah punya 8 orang anak, saya tekat saya akan menyekolahkan mereka sampai bagaimana pun akan saya usahakan, makan gak makan pun jadilah asal anak-anak ni bisa sekolah kayak mana anak diluaran sana, walaupun nantinya juga anak saya akan menjadi seorang pengangguran saya tidak masalah asal kewajiban ibuk dan bapak sudah selesai kami pertanggung jawabkan nantinya….” Terlihat bahwasanya orangtua yang tidak memiliki pendidikan baik namun anaknya memiliki pendidikan yang terbilang sangat baik dari pada anak-anak lainnya yang ada di desa tersebut. Walaupun pada akhirnya anaknya akan menjadi seorang pengangguran orangtua tidak mempermasalahkannya, letak permasalahannya adalah ketika orangtua tidak dapat menyekolahkan anak-anaknya. Untuk biaya hidup dalam Universitas Sumatera Utara 142 menyekolahkan anak tersebut orangtua rela makan ubi yang diolah menjadi salah satu makanan yang lezat demi sebuah pendidikan. Jika dilihat dari hal tersebut orangtua dalam mendidik anaknya sudah cukup baik dalam segi hal pendidikan.

4.9.2.5 Peran dalam mensosialisasikan pendidikan di Desa Rantau Panjang