Anak yang diperbolehkan orangtuanya bekerja

85 uang tersebut untuk kebutuhan sekolah anaknya. Hal ini sesuai dengan pemaparan Ibu Iriani pada saat dilapangan yaitu : “….waktu anak saya sekolah dapat nya bantuan dari pemerintah, bantuan itu memang benar-benar digunakan, kalau sudah di dapat langsung saya dan budak ni ke Batang Kuis sana pakai becak, disana kami boliklah pulak baju sakolah buat anak ni, lalu beli buku-buku bacaan, tobal-tobal itu bukunya, baru kalau tak salah kitab-kitab sakolah buat budak ni….” Hal tersebut sesuai dengan pemaparan Hendrik salah satu murid yang mendapat bantuan dari pemerintah melalui sekolah yaitu : “hendrik kak dapat bantuan hendrik gunakan beli alat- alat sekolah yang diperlukan kak, biar tak susah mamak kak….” Terlihat bahwasanya masyarakat yang menerima bantuan pemerintah memanfaatkan bantuan tersebut untuk membeli peralatan sekolah yang dibutuhkan anak-anaknya, agar kebutuhan yang diperlukan anak hendak belajar tidak terganggu oleh berbagai macam cara. Anak yang masih sekolah Desa Rantau Panjang sendiri sadar akan kebutuhan yang dibutuhkannya selama sekolah, bantuan yang dia gunakana untuk meringankan ekonomi orangtua nya. Kesadarannya membuat peneliti simpati terhadap anak tersebut.

4.4.6.2 Anak yang diperbolehkan orangtuanya bekerja

Anak dibawah umur seharusnya disuruh untuk sekolah terlebih dahulu, agar dikemudian hari anak tidak tersesat oleh pergaulan yang salah, agar anak dikemudian hari mengetahui mana yang baik dan mana yang benar, serta anak sudah mempunyai bekal dimana iya akan ditempatkan tanpa harus takut dengan persainagan yang ada. Namun pada Universitas Sumatera Utara 86 kenyataannya anak di Desa Rantau Panjang tersebut yang masih dibawah umur sudah diperbolehkan orangtuanya untuk bekerja mencari uang, sebab ketika anak sudah mengenal uang akan malas melanjut sekolah. Hal tersebut sesuai dengan pemaparan oleh Bapak Syaiful Azmi pada saat dilapangan yaitu : “….anak disini kurang berminat untuk sekolah, apo sobab, anak sudak mengenal uang, sudah pandai korja, setiap hari bisa dapatkan uang 50.000 sampai 70.000 setiap harinya, walau kadang turun dan kadang bisa lebih dari itu, nanti orangtua pun gak bisa dia melarang anaknya, malahan anak diperbolehkan sebab ketika bapaknya sakit dan tidak kerja bisa anaknya kerja dan membagi uang tersebut kepada orangtua nya, hal tersebut menjadi berhentilah sekolah si anak…” Hal tersebut sesuai dengan pemaparan Ibu Sahriah pada saat dilapangan yaitu : “….budak disini kalau sudah korja orang tu bisalah pulakkan bagi uang sama omaknya, bisa beli kereta, bangun rumah mewah, beli baju-baju cantik, jadi sekolah pun tak ponting bagi orangtu, sakolah sajo pun nanti tak bisa beli barang-barang mewah jadi buat apalah cobakkan…” Hal tersebut sesuai dengan pemaparan Bapak M. Amri yaitu : “….anak yang sekolahnya tidak diperhatikan orangtuanya, maka anak itu lebih sering cabut ke TPI tempat penangkapan ikan disana orang itu bisa kerja cari uang, uang yang didapat setiap hari 100.000- 150.000 setiap hari, lalu anak itu sering cabut sekolah ketika orangtua dipenggil kesekolah, kalau tidak mana tau orangtua nya…” Jadi terlihat anak di Desa Rantau Panjang tersebut ketika masih sekolah sudah mengenal uang dimana anak tersebut setiap harinya sudah mendapatkan uang sekitar Rp. 100.000 sampai dengan Rp. 150.000 setiap harinya, selama anak kerja akan membantu orangtua nya dalam Universitas Sumatera Utara 87 kekurangan yang dihadapi orangtua nya. Anak yang memilih bekerja biasanya selalu cabut sekolah, yang mana dari rumah pergi tujuan ke sekolah, setelah ditengah jalan anak cabut pergi TPI tempat penangkapan ikan, orangtua yang memiliki anak yang sering cabut tidak akan mengetahui anaknya cabut jika tidak mendapat surat dari pihak sekolah yang mengatakan anaknya tidak pernah masuk sekolah. Walau demikian menurut pemaparan informan yang di dapatkan oleh peneliti saat dilapangan dipergunakan untuk membeli sepeda motor, main games PS, membangun rumah yang mewah, membeli emas dan lain sebagainya. mereka lebih berorientasi untuk memenuhi kebutuhan dan kesenangan sementara, karena menurut mereka benda-benda atau barang- barang tertentu sangat berguna untuk memenuhi kepuasan hidup mereka sekarang. Sebab jika berpokok mengutamakan sekolah banyak masyarakat yang berpandangan untuk apa sekolah dan mengenyam pendidikan kalau toh tidak bisa menghasilkan uang dan hidup membuat hidup lebih nyaman dan enak, karena orang yang memiliki pendidikan mencari pekerjaan cukup sulit. Jadi mereka berpikir lebih baik menggunakan waktu yang sekarang dan bolos sekolah untuk bekerja agar dapat menghasilkan uang untuk membeli keinginan mereka sendiri dengan begitu mereka merasa puas. Cara pandang ini juga termasuk hal yang mempengaruhi keadaan pendidikan masyarakat Desa Rantau Panjang. Dipikiran seseorang dan orientasi masyarakat pendidikan tersebut adalah untuk mendapatkan uang dan memenuhi keinginan, kesenangan, ditambah lagi dengan keadaan Universitas Sumatera Utara 88 mereka dengan letak desa dan pekerjaan yang tersedia sangat terbatas bisa dikatakan hanya menghandalkan hasil laut memperkuat pandangan, perilaku mereka. Anak yang sudah mengenal uang akan mementingkan pekerjaan mereka dari pada melanjutkan sekolah mereka, termasuk anak-anak yang masih dibawah umur yang mestinya harus sekolah pada usia mereka, namun karena kondisi yang harus mendorong mereka harus bekerja, jadi ada dalam hati setiap orang di desa lebih baik bekerja yang sudah pasti akan menghasilkan hasil yang baik dikemudian hari dan kebanyakan dari anak-anak hanya bekerja sebagai pengkopek udang, membersihkakn sampan, ikut melaut dan bekerja sebagai pembantu rumah tangga ke Malasya.

4.4.6.3 Anak yang memanfaatkan waktu kerja sambil sekolah