73
keterbatasan serta kemauan anak untuk sekolah dikarenakan kemaun anak sangat berjalan dengan yang diharapkan. Jika orangtua mendidik anaknya
dengan baik, dengan cara memberikan motivasi kepada anak-anaknya, maka anak tersebut akan berhasil seperti anak-anak diluar dari Desa
Rantau Panjang tersebut. Jika orangtua lembut dalam mendidik anaknya, maka anak tersebut tidak akan menjadi seseorang yang berhasil.
Keberhasilan tersebut bukan hanya untuk pendidikan tetapi dalam hal pekerjaan, dimana pekerjaan merupakan salah satu faktor penghambat
berjalannya pendidikan di Desa Rantau Panjang. Seperti yang dijelaskan oleh narasumber, bahwasanya tujuan orangtua mendidik anaknya dengan
cara keras agar anak-anaknya tidak terpengaruh oleh lingkungan di Desa Rantau Panjang, yang mana anak di desa tersebut sudah mengenal
pekerjaan sewaktu iya masih sekolah, oleh sebab itulah orangtua melarang anaknya untuk tidak bekerja.
4.4.2 Orangtua menyekolahkan anak namun tidak berhasil tidak memiliki pekerjaan
Di Desa Rantau Panjang sendiri terlihat bahwasanya pendidikan digunakan untuk memiliki pekerjaan, masyarakat desa beranggapan
bahwasanya pendidikan yang baik jika mendapatkan pekrjaan yang baik juga, jika tidak pendidikan menurut seseorang tidak akan berguna. Namun
di desa tersebut orang yang berhasil karena pendidikan sangat sulit untuk di jumpain, seseorang yang berhasil karena pendidikan menurut seseorang
karena seseorang tersebut memiliki kekuasaan, serta orang-orang tertentu
Universitas Sumatera Utara
74
saja. Hal tersebut di dukung saat wawancara dengan Ibu Sahriah pada saat dilapangan yaitu :
“….anak ibu ada 8, ke delapannya hampir tammat Sarjana, tapi belum ada yang bekerja, apo sobab, korja
pun ujung-ujungnya uang juga, ibu manyakolahkan saja sudah bersusah-susah, apalah lagi kalau
masukkan dia untuk kerja diperkantoran misalnya, diminta uangnya, gak bisa ibu bayarnya,
penggangguran lah lagi anak ni, mungkin pun orang malas sekolah karena meliat anak-anak ibu, tapi ibu
sampai saat ini tidak pernah merasa menyesal untuk menyekolahkan anak-anak….”
Hal ini didukung saat wawancara dengan Bapak Zamaluddin pada saat dilapangan yaitu :
“….anak memang sudah tamat sekolah SMA, tapi belum dapatkan kerja, sekarang korja nya hanya ke
laut sajo, biarlah dari pada tak ada korjaan, selagi kan menyekolahkan itu juga memang sudah kewajiban
orangtua….”
Terlihat bahwasanya orangtua yang memiliki anak, namun setelah tamat sekolah tidak memiliki pekerjaan dikarenakan oleh tidak memiliki
uang untuk memasukkan anaknya dalam bekerja, dimana seseorang tersebut mengatakan bahwasanya anaknya sampai saat ini tetap saja
pengangguran belum mendapatkan pekerjaan. Keberadaan tersebut yang mempengaruhi masyarakat Desa Rantau Panjang lebih memilih bekerja
lebih dahulu dari pada untuk sekolah. Namun orangtua yang menyekolahkan anaknya tidak merasa
kecewa dengan hal tersebut, sebab, orangtua merasa bahwasanya sekolah memang sudah kewajiban orangtua, disamping itu orangtua tidak memiliki
rasa penyesalan dalam menyekolahkan anak-anaknya seperti mana orangtua lainnya di dalam desa tersebut yang hanya mementingkan
Universitas Sumatera Utara
75
kenikmatan sesaat seperti memprioritaskan kemewahan hidup seperti membeli barang-barang mewah seperti sepeda motor, membangaun rumah
yang paling utama, membeli kulkas, membeli tv baru dan lain-lain sebagainya.
4.4.3 Lembaga Pendidikan di Desa Rantau Panjang