103
pendidikan tidak dibawa mati, lalu ketika mati yang ditanya tentang agama. Hal tersebut menurut peneliti termasuk salah satu faktor
penghambat berjalannya pendidikan.
4.8 Peran orangtua dalam pendidikan anak
Pendididkan menunjukkan kepada masyarakat bahkan pendidikan sebagai memanusiakan manusia. Masyaraka Desa Rantau Panjang yang
bekerja sebagai nelayan kurang menanamkan nilai-nilai pendidikan pada anak mereka, sebagai mana mestinya orangtua harusnya memberikan
penilaian yang baik terhadap pendidikan kepada anaknya agar anak mengalami kedewasaan karakter karena akan menjadi lebih baik sehingga
berdampak kepada mobilitas sosial.
4.8.1 Orangtua yang banyak anak yang baik pendidikannya
Pendidikan yang baik terdapat dari bagaimana orangtua dalam mendidik anak-anaknya. Lalu bagaimana orangtua dalam membimbing
anak tersebut, anak diberi arahan berupa motivasi yang baik. Sebagaimana yang terdapat di Desa Rantau Panjang terdapat salah satu keluarga yang
cukup banyak memiliki anak, jumlah anak keluaga tersebut berjumlah delapan orang anak. Namun pendidikan anaknya sangat cukup baik dilihat
dari masing-masing anak keluarga tersebut, padahal jika dilihat dari kondisi ekonomi keluarga mereka tidak mencukupi, hanya untuk makan
sehari-hari saja mereka merasa kesusahan, tak jarang keluarga ini memakan ubi-ubian.
Universitas Sumatera Utara
104
Jarang sekali keluarga tersebut memakan menggunakan nasi serta sayur-sayuran yang dibeli dari pedagang, sebab jika harus membeli, uang
tersebut bisa digunakan untuk pendidikan anak-anaknya. Cara yang mereka gunakan adalah dengan cara menghemat setiap pengeluaran, tidak
membeli barang-barang yang mereka anggap akan menghabiskan uang saja. Hal tersebut didukung oleh wawancara dengan Ibu Sahriah pada saat
wawancara dilapangan yaitu : “….kami nak kalau makan sehari-harinya cuman
makan ubi nak, ubi itu kami olah sehingga menjadi makanan yang bisa dimakan, tapi kalau ada orang kasi
kami ikan itulah yang menjadi lauknya, kalau sayurnya kami tanam sendiri nak, agar anak ni tetap sekolah, 8
anak ibu yang harus sekolah, dari mana uang ibu dapat, sedangkan suami ibu kerjanya hanya sebagai
pengkubur dan menyolatkan mait, ibu pun tidak jelas pekerjaan ibu, setiap malam nya ibu mengajar anak
mengaji, tapi gaji yang ibu dapat tidak menentu dan dibayar hanya seikhlas hati orangtua anak mengaji
saja, dari itu kami jarang sekali makan nasi, nasi merupakan barang yang mahal ibu rasa, yang
terpenting itu anak tetap sekolah, agar tak terjadi seperti anak-anak di desa ini….”
Hal ini sesuai dengan pendapat anak Ibu anak Ibu Sahriah yaitu
kak Sri pada saat dilapangan yaitu : “….kalau kakak dek tak banyak cingcong mau minta-
minta ini itu selama kakak sekolah sampai sarjana, adek-adek akak pun kayak begitu juga yang terpenting
kami bisa sekolah, syukuri saja setiap apa yang diberi Allah, kalau tak ada duit untuk bayar ini itu, pasti ada
saja yang di dapat, yang terpenting mau lah pulak ya dan sabar intinya dek….”
Jadi keluarga yang mempunyai keterbatasan ekonomi mempunyai semangat yang luar bisa, demi sebuah pendidikan keluarga tersebut tahan
memakan ubi demi sebuah pendidikan anak-anaknya. Cara yang dilakukan
Universitas Sumatera Utara
105
keluarga tersebut patut untuk dicontoh masyarakat lainnya. Namun jarang ada orang yang tahan dan mau seperti yang dilakukan keluarga Ibu Sahriah
tersebut. Keluarga Ibu Sahriah menutup keinginannya membeli barang- barang mewah yang iya anggap sebagai pemborosan, jika iya memiliki
uang lebih baik digunakan untuk pendidikan anaknya saja. Suami Ibu Sahriah sendiri bekerja hanya sebagai pengkubur dan
penyolatkan mait yang gajinya tidak tiap bulannya, begitu juga dengan Ibu Sahriah yang tidak menetap gaji yang iya dapatkan setiap beberapa
minggu. Namun karena kemauan anak hendak sekolah tetap semangat membuat Ibu Sahriah dan Suaminya menjadi semangat untuk
memperjuangkan pendidikan anak-anaknya. Walau anak yang sudah tamat kuliah belum mendapat pekerjaan, namun keluarga ini tetap saja tidak
kecewa dengan hal tersebut.
4.8.2 Peran Aparat desa terhadap Anak di Desa Rantau Panjang