54
”kalo kita sakit dek, kita diam aja dirumah jangan pigi ke rumah orang,nanti diceritain, sakit tapi pigi pigi, sakit tapi kerja, sakit
tapi ini itu, kadang kita dengarnya sakit hati juga dek, kita ada disitu orang lain yang diceritakan, kalo kita ngga ada kita yang
diceritain, mamak mamak sekarang gitulah dek,,cerita ibu
Junariah” tapi pas baru baru sakit itu, ibu Tanya juga si sama orang
itu berobat
kemana, manatau
ada yang
tau kan…tambahnya”
Ibu Junariah selalu mencari pengobatan pra kanker serviks dengan usahanya sendiri, karena suaminya sibuk bekerja dan beliau mencoba
pengobatan karena keinginannya sendiri. Tetapi setelah didiagnosa kanker serviks pada awal Januari 2016 maka beliau memutuskan untuk
pengobatan rumah sakit. Karena menurut beliau bahwa pengobatan Rumah sakit adalah jalan satu-satunya untuk menyembuhkan kanker serviks yang
dideritanya.
3.1.3 Asmah Hayati Informan III
Asmah Hayati adalah Seorang ibu rumah tangga yang berusia 52 tahun, kelahiran di Kisaran pada tanggal 26 November 1964 dimana istri dari seorang
suami bernama Muklis, pak Muklis berusia 55 tahun. Bekerja di ladang sebagai petani untuk memenuhi kehidupan keluarganya. Ibu Asmah memiliki anak 5,
yaitu 3 perempuan dan 2 laki-laki. Pendidikan terakhir dari ibu Asmah adalah Sekolah Menengah Pertama dan sukunya adalah Jawa. Anak pertama adalah
perempuan berumur 27 tahun yang sudah menikah dan memiliki anak 2 anak yang beralamat di Pekan Baru. Anak kedua adalah laki-laki berumur 25 tahun dan
sudah menikah dan belum memiliki anak yang beralamat di Pekan Baru. Anak
Universitas Sumatera Utara
55
ketiga adalah perempuan berumur 23 tahun dan belum menikah yang beralamat di Kisaran. Anak keempat yang berumur 18 tahun adalah laki-laki yang baru saja
menamatkan pendidikan sekolah menengah atas di salah satu SMA di Kisaran dan masih tinggal dengan orang tuanya. Anak yang bungsu adalah perempuan yang
berumur 8 tahun yang sedang duduk di kelas II SD di sekolah Negeri di Kisaran. Kegiatan ibu Asmah adalah keseharian adalah ibu rumah tangga dimana setelah
selesai menyelesaikan pekerjaannya, beliau terkadang menerima cucian dari tetangga untuk menambah keuangan keluarga. Dan yang mengerjakan semua
pekerjaan rumah adalah ibu Asmah baik itu memasak, membersihkan rumah, dan merapikan semua isi rumah. Yang mencari nafkah adalah suami ibu Asmah
sebagai petani dimana mereka sudah memiliki tanah untuk dikelola sendiri sehingga mereka tidak harus membayar sewa kepada siapapun hanya fokus untuk
belanja untuk biaya penanaman dan pemupukan padi. Dengan bekerja di ladang bapak Muklis menghidupi istri dan anak-anaknya sampai anak-anaknya
menyelesaikan pendidikan. Sedangkan ibu Asmah selalu mengantar bekal untuk suaminya di ladang dan terkadang menemani suaminya ketika tidak ada cucian
yang harus diselesaikannya.
3.1.4 Jamilah Informan IV