78
BAB IV SUDUT PANDANG PASIEN DAN KELUARGA
Pada bab ini akan menjelaskan bagaimana sudut pandang pasien dengan keluarga pasien mengenai penyakit dan bagaimana usaha masing-masing untuk
menjalani pengobatan yang dilakukan oleh pasien kanker serviks.
4.1 Pendapat Pasien tentang tingkat stadium penyakit
Banyak pendapat menurut pasien mengenai ciri-ciri sakit yang dialmi mereka dan menggolongkan penyakit tersebut ke spesifikasi jenis sakit. contoh:
Stadium 1
Dari semua informan yang penulis teliti bahwa ciri-ciri stadium 1 tidak ada dirasakan mereka, karena semua informan saya setuju bahwa kanker itu
awalnya tidak sakit sehingga mereka tidak bisa mendefenisikan bagaimana stadium 1 dan bagaimana tahapan stadium awal dari kanker serviks.
Stadium 2
Menurut ibu Sulasmi beliau sudah stadium 2 karena diberitahu oleh dokter dan gejala yang dialaminya adalah pendarahan yang berlebih sehingga
sewaktu di rumah sakit, pemeriksaan terhadap kanker hasilnya stadium 2
Stadium 3 dan Stadium 4 Menurut pasien bahwa stadium 3 dan stadium 4 adalah pasien yang sudah
melakukan pengobatan kanker serviks tetapi tidak berhasil karena kanker
Universitas Sumatera Utara
79
sudah menyebar ke ke seluruh bagian tubuh. Dan informan saya mengatakan bahwa kanker yang sudah stadium 3 dan 4 mungkin suah
perawatan maksimal dan kemungkinan juga sudah di ruangan ICU.
Tidak mengenal stadium penyakit Dari semua informan saya memiliki masalah dalam memutuskan
penyakitnya ke dalan stadium kanker serviks, karena mereka tidak mengetahui perbandingan bagaimana ciri-ciri bagaimana stadium
prakanker sampai stadium 4. Pasien tidak mengetahui karena :
Pendidikan
Pendidikan adalah salah satu wadah dimana kita bisa mendapat ilmu ataupun pengetahuan yang akan mempengaruhi kita untuk memandang sesuatu
bertujuan apa dan apa manfaatnya. Dan dengan menempuh pendidikan kita akan mengetahui bagaiamana mencegah dan mengobati sebuah penyakit atau kita akan
mengetahui bagaimana mengenali penyakit dan belajar untuk mencegah sebuah penyakit. Dan selain itu saat kita mendapatkan pendidikan yang tinggi maka niat
membaca atau niat ingin tahu kita lebih tinggi. Lemahnya pendidikan yang dialami oleh informan-informan saya membuat pengetahuan akan gejala-gejala
penyakit kurang. Beberapa dari informan saya lulusan paling tinggi adalah Sekolah Menengah Atas, dan paling rendah adalah lulusan Sekolah Menengah
Pertama, dimana latar belakang dari pendidikan mereka tergolong rendah sehingga tidak menghiraukan sebab penyebab dari penyakit. Dimana pendapat
dari informan saya, bahwa tindakan dari pengobatan dilakukan apabila penyakit
Universitas Sumatera Utara
80
sudah parah dan menimbulkan kerugian terhadap penderita. Dan ketika penyakit masih bisa ditahan, maka pengobatan tidak diperlukan.Dan menurut dari informan
saya, yaitu ibu Sulasmi, tamat Sekolah menengah pertama belumlah cukup untuknya karena beliau merasa kurangnya pengetahuannya sehingga tidak dapat
mencegah penyakit yang akan terjadi di dalam tubuh. “kurang ngertinya ibu sama sakit ini karena ibu kan cuman tamat
smp mya, jadi nggak pintar kalo masalah-masalah penyakit. Ya paling si sundari lah karna dia kan uda tamat sma, uda lebih pintar dari ibu, biar
dia bisa jaga- jaga biar nggak sakit kek ibu”
Pola hidup
Stadium kanker serviks yang dialami oleh informan-informan saya dikarenakan keterlambatan dalam pemeriksaan penyakit atau kurangnya
kesadaran untuk memahami gejala-gejala perubahan fisik yang terjadi di dalam dirinya. Masing-masing informan yang diteliti mengakui bahwa tidak ada gejala
yang memang khusus sehingga mengambil tindakan pengobatan, karena itu mereka tetap melakukan pekerjaan yang biasa dikerjakan tanpa ada kuatir atau
takut akan terjadi penyakit kanker. Informan yang diteliti mengakui bahwa kehidupan yang dialami sama dengan manusia lainnya, dimana makan tiga kali
sehari, tidur, bekerja. Kebutuhan makan sehari-hari dari hasil sawah sendiri dialami oleh ibu Asmah dan ibu Sulasmi, sehingga untuk beras mereka tidak perlu
membeli ke luar, hanya saja untuk lauk dan sayuran mereka membeli ke pasar. Pola hidup dari informan-informan yang diteliti mengikuti layaknya
bagaimana pekerjaan ibu rumah tangga biasanya. Mengurus rumah, suami dan anak adalah pekerjaanya, tetapi setelah selesai pekerjaan rumah maka membantu
Universitas Sumatera Utara
81
suami adalah pekerjaan terkahir yang dilakukan setiap harinya. Masakan yang dimasak oleh ibu rumah tangga adalah masakan yang sederhana, dimana tersedia
nasi, lauk dan sayur sudah cukup. “Asal bisa makan aja uda sukur nak, ada nasi, ikan, sayur
uda jago itu. Kalo tiap hari makan rajin sehatnya itu. Mana tau-tau darimana kanker itu, jarangnya makan-makan
misop di rumah, cerita ibu Asmah.” Jawaban dari ibu Asmah merupakan jawaban spontan bahwa makan adalah hal
terpenting tetapi dalam soal vitamin untuk makanan tersebut adalah nnomor terakhir. Makan rajin dan kenyang dapat melakukan pekerjaan sehari-hari baik itu
di sawah atau di rumah. Dan mereka tidak menyadari dengan segala pekerjaan yang mereka jalani tiap harinya membuat mereka sakit kanker serviks. Ibu
Sulasmi, ibu Asmah mengakui bahwa ketika mereka menstruasi mereka menggunakan lapisan yaitu dari kain-kain tidak menggunakan pembalut yang
diperjual-belikan di warung atau supermarket dengan alasan karena tidak nyaman menggunakan pembalut sehingga memilih untuk memakai kain-kain saja. Beda
dengan ketiga informan yang lain yaitu menggunakan pembalut biasa yang dijual. Sedangkan ibu Jamilah pada saat menderita kanker serviks sudah mengalami
menopause, tetapi sebelum menopause beliau menggunakan pembalut biasa karena disarankan oleh anak-anaknya yang sudang berumah tangga.
4.2 Pendapat Pasien tentang pengobatan