94
yang menjaga anak-anak dari ibu Sri karena anak-anak mereka tinggak bertiga di rumah dan mereka harus sekolah dan tetangganya lah yang menjaga mereka untuk
mengingatkan mereka makan dan juga sekolah. Pada saat sakit ini ibu Sri mengetahui kerabat yang benar-benar peduli dengannya dan ibu Sri akan
membalas semua orang telah menjenguknya dan memperdulikan keuarga ibu Sri. Setelah kemoterapi yang ke 23, ibu Sri akan kembali pulang ke rumah dan
berstirahat di rumah. Karena menurut dokter, ibu Sri telah menjalani operasi dan operasinya berjalan dengan lancar sehingga dapat mengikuti kemoterapi sampai
dengan 23. Dan sesuai dengan pemeriksaan dokter ibu Sri dapat kembali ke rumah dan menjalani rawat jalan untuk mengkonsumsi obat agar kemungkinan sel
kanker tidak tumbuh lagi. Menurut dokter, sel kanker sudah diangkat dan sebagian sel lainnya sudah di kemoterapi sehingga kemungkinan sel kanker akan
melambat untuk berkembang, tetapi ibu Sri harus memeriksakan keadaanya dan jangan berhenti untuk mengkonsumsi obat.
4.3 Pandangan pasien terhadap penyakit
Berbahayanya sebuah penyakit, penderita kanker serviks memiliki konsep tersendiri bagaimana penilaian mereka terhadap tingkat keparahan dari penyakit
yang mereka alami. Dari informan yang diteliti beberapa pernyataan dari mereka mengenai tingkat keparahan dari penyakit mereka dengan berbagai alasan, yaitu:
Banyak dokter penyakit parah
Di ruangan rindu B ketika ada pasien rumah sakit yang dirawat cukup lama di rumah sakit memiliki pandangan berbeda mengenai tingkat
Universitas Sumatera Utara
95
keparahan dari sebuah penyakit, contoh ibu Sri menyatakan bahwa banyak dokter muda yang mengunjungi beliau sebelum operasi dan juga setelah
operasi, baik itu dari dokter senior dan juga dokter muda. Beliau menyatakan bahwa penyakitnya semakin parah karena semakin banyak
dokter yang ingin tahu mengenai penyakitnya. Karena di ruangannya ada 6 orang, tetapi hanya beliau yang sering didatangi oleh dokter-dokter dari
rumah sakit tersebut sehingga beliau membuat kesimpulan bahwa tingkat keparahan dari sebuah penyakit ketika banyak dokter yang berpartisipasi
dalam penyembuhan penyakitnya.
Banyak obat sakit parah
Selain daripada tingkat keparahan penyakit dinilai dengan banyaknya dokter, maka informan saya yang berikutnya menyatakan bahwa tingkat
keparahan dari penyakit bisa dilihat dari banyaknya obat yang dikonsumsinya. Ibu Jamilah atau dipanggil nenek di rumah sakit itu
menyatakan bahwa dirinya sudah semakin parah karena obat yang dikonsumsinya semakin banyak. Beliau bercerita kepada pasien lainnya
yang berada di ruangan tersebut, berapa jumlah obat yang dikonsumsinya, dan pasien yang lainnya berkata bahwa obatnya lebih sedikit dibanding
dengan ibu Jamilah, dari hal tersebut ibu Jamilah menyatakan bahwa penyakitnya lebih parah daripada orang yang di ruangannya karena obat
yang dikonsumsinya lebih banyak. Sedangkan dari dokter yang ditanyakan oleh peneliti mengenai jumlah obat dari ibu Jamilah dikarenakan ibu
Universitas Sumatera Utara
96
Jamilah tidak dapat diinfus karena tangannya membengkak, sehingga obat yang seharusnya di suntik menjadi obat bentuk pil, dan karena ibu Jamilah
tidak ingin di kemoterapi membuat obat generik yang disarankan oleh dokter harus dikonsumsi oleh ibu Jamilah.
Banyak infus air garam semakin parah
Banyak infus yang telah masuk ke dalam tubuh pasien menjadi kesimpulan bahwa penyakit yang dideritanya sudah semakin parah,
pendapat ibu Asmah. Karena beliau belum dioperasi dan pengobatan yang didapatkan dari rumah sakit adalah infus dan obat pil lainnya. Ibu Asmah
tidak dapat dioperasi karena lemahnya dari kondisi fisik ibu Asmah, sehingga membutuhkan banyak cairan sebelum dioperasi. Tetapi ibu
Asmah berpendapat bahwa penyakitnya sangat parah karena infus yang diterimanya sangat banyak.
Lama pulang semakin parah
Semakin lama pulang di rumah sakit menjadi alasan juga bagi ibu Jamilah untuk berpendapat bahwa penyakitnya semakin parah, karena beliau sudah
menghabiskan setengah tahun untuk pergi pulang dari rumah sakit. sehingga beliau menyatakan bahwa penyakitnya parah karena beliau
membutuhkan waktu yang cukup lama di rumah sakit dibanding dengan pasien yang diruangannya.
Merasa menjadi beban dalam keluarga
Universitas Sumatera Utara
97
Dirawat cukup lama di rumah sakit membuat para informan yang diteliti bosan dan ingin kembali ke rumah masing-masing. Karena menurut
informan saya bahwa keluarga yang menjaga mereka sudah tampak lelah dan juga bosan karena menjaga mereka dalam proses pengobatan. Mereka
memutuskan sendiri mengapa keluarganya tampak lelah karena dari cara anggota keluarganya memperlakukan mereka saaat sakit. Beberapa
pandangan dari pasien terhadap penyakit yang dideritanya terhadap keluarganya yang cukup berpengaruh, contoh:
1. Tidak dapat melayani diri sendiri
Dikarenakan penyakit yang sudah parah ataupun dirawat dengan waktu yang cukup lama di rumah sakit membuat informan saya kehilngan fungsi dari
anggota badannya, seperti kaki sehingga membuat mereka tidak dapat berjalan ke kamar mandi, dan karena fisik yang sedang lemah sehingga mengganti baju atau
menggantikan pampers harus dilakukan oleh anggota keluarga yang menjaga. Hal tersebut membuat informan yang saya teliti merasa iba terhadap diri sendiri
karena untuk melayani diri sendiri tidak dapat dilakukan sehingga menjadi beban bagi keluarga yang menjaganya.
2. Malu terhadap anak
Menjadi sakit dan dirawat di rumah sakit menjadi keluhan bagi ibu Junariah. Ia mengeluh karena saat ia di rumah sakit anak lelakinya lah yang
menjaga saat ia sakit, dan anak laki-lakinya lah yang mengganti popoknya dan anaknya lah menyuapi makan bahkan anaknya lah yang mengganti pakaiannya.
Universitas Sumatera Utara
98
Sehingga ada rasa malu terhadap anak pertamanya itu karena harus melakukan pekerjaan tersebut.
4.4 Pendapat Keluarga tentang pengobatan