75
tidak menjadi penghalang untuk keluarga mereka untuk memiliki anak kembali. Setelah kejadian keguguran hampir delapan tahun, keluarga ibu Asmah dan bapak
Muklis memiliki anak kelima yaitu perempuan. Keluarga mereka tidak menyangka bahwa mereka akan memiliki anak lagi karena anak dari keempat
dengan yang terakhir jarak usianya adalah delapan tahun. Tetapi ibu Asmah mengatakan bahwa anak yang paling kecil yang sedang duduk di kelas 2 SD
adalah rezeki dari Tuhan. Jadi mereka sangat bahagia dengan kehadiran anak tersebut. dua dari anak keluarga ibu Asmah dan bapak Muklis sudah menikah dan
mereka tinggal di luar dari kisaran. Jadi yang tinggal bersama dengan keluarga ibu Asmah adalah hanya dua anaknya yang belum menikah. Anak keempat dari
keluarga tersebut sudah berumur 18 tahun dan sudah menyelesaikan pendidikan sampai dengan sekolah menengah atas. Dikarenakan keterbatasan biaya
pendidikan, maka anak keempat tidak melanjutkan ke perguruan tinggi sehingga ia membantu ayahnya di ladang untuk mencari nafkah.
d. Kanker serviks adalah jalan
Disaat didiagnosa kanker serviks ibu Jamilah tidaklah ada rasa takut dan khawatir di dalam dirinya, bahkan beliau merasa bahwa penyakit tersebut
adalahcara baginya untukbertemu dengan suaminya yang terlebih dahulu meninggalkannya3 tahun setelah suami ibu Jamilah meninggal dunia tepat pada
tahun 2002, ibu Jamilah sudah sering mengeluh pada ibu Aida anaknya karena kesakitan di bagian vagina. Dan yang membuat ibu Aida kebingungan bahwa
ibunya takut bertemu dengan dokter dan takut untuk check-up. Sehingga ketika
Universitas Sumatera Utara
76
dalam keadaan sakit pun ibu Jamilah harus menyembunyikan ekspresi kesakitan yang ada diwajahnya.Tetapi dikarenakan sait pada vagina pada ibu Jamilah sudah
tidak bisa ditahankan lagi dan disertai dengan pendarahan yang sangat banyak membuat ibu Jamilah menyerah pada anaknya dan mengikuti pemeriksaan dan
juga pengobatan. Ibu Jamilah tidak takut terhadap kanker serviks karena penyakit adalah jalan Tuhan untuk manusia sehingga tidak ada pilihan jalan lain selain
mengikutinya.
e. Menolak diagnosa kanker serviks
Diagnosa kanker serviks dari rumah sakit Murni Teguh membuat ibu Sri terkejut dan merasa tidak terima dengan keputusan yang diberikan dokter tersebut
karena menurut ibu Sri beliau tidak pernah kesakitan pada rahim atau pada organ kewanitaannya. Setelah diagnosa kanker serviks, ibu Sri tidak mau melakukan
pengobatan di rumah sakit karena menurut beliau tidak ada rasa sakit dan rencana awal ia ke rumah sakit hanya memeriksakan keadaannya kenapa ia mengalami
keputihan yang berlebihan. Karena tidak kepuasan terhadap jawaban dokter tersebut, ibu Sri dan juga suaminya kembali pulang dan berusaha mencari
pengobatan yang tidak harus ke rumah sakit. Dikarenakan dari dokter memberi obat untuk mengurangi keputihan, ibu
Sri mengkonsumsinya dan melanjutkan kegiatannya yaitu berjualan bakso, yang mana menurut ibu Sri keputihannya kan berkurang dan ia tidak akan terkena
kanker serviks. Setelah mengkonsumsi obat tersebut, keputihan ibu Sri sempat berhenti dan beliau merasa cukup senang dengan mengkonsumsi obat tersebut.
Universitas Sumatera Utara
77
Tetapi mengkonsumsi obat setelah dua minggu, keputihan tersebut kembali datang dan sangat banyak. Ibu Sri mengakui bahwa celana dalam yang ia kenakan
harus diganti setiap dua jam sekali, karena ketidaknyamanan yang dialami oleh ibu Sri. Dan karena sudah tidak tahan lagi dengan bau keputihan tersebut, ibu Sri
memutuskan untuk memeriksakan ke rumah sakit Adam Malik dengan saran yang diberikan oleh tetangganya karena kebetulan tetangganya juga sedang pengobatan
pembengkakan leher, ibu Sri mencoba saran dari tetangganya tersebut. Tetapi setelah pemeriksaan dari rumah sakit mengatakan bahwa ibu Sri terkena kanker
serviks dan untuk stadiumnya belum diketahui dan butuh pemeriksaan lagi, dan ibu Sri harus mendapat perawatan di rumah sakit karena ditakutkan oleh dokter
bahwa sel kanker sudah menyebar ke bagian tubuh lainnya. Dengan semua pernyataan dokter yang menyatakan bahwa kondisi ibu Sri sedang tidak sehat,
membuat ibu Sri memutuskan untuk mengikuti pengobatan di rumah sakit.
Universitas Sumatera Utara
78
BAB IV SUDUT PANDANG PASIEN DAN KELUARGA
Pada bab ini akan menjelaskan bagaimana sudut pandang pasien dengan keluarga pasien mengenai penyakit dan bagaimana usaha masing-masing untuk
menjalani pengobatan yang dilakukan oleh pasien kanker serviks.
4.1 Pendapat Pasien tentang tingkat stadium penyakit