Jamilah Penderita Kanker Serviks

89 Dokter yang menangani ibu Asmah adalah Dr. Citra AA, Sp.OG. Yang mana seorang dokter yang wanita yang masih muda berusia 32 tahun dan cantik, dokter tersebut spesialis kandungan yang akan menangani pasien dari ibu Asmah tersebut. Ruangan ibu Asmah yaitu ruangan Instalasi Rindu B lantai 1 dimana pada lantai tersebut adalah penyakit khusus untuk wanita, tetapi penyakit dalam terutama penyakit kelamin, rahim, ginjal dan bagian dalam lainnya. Setiap pengobatan dari penyakit kronis memiliki resiko masing-masing. Sama dengannya pengobatan yang dilakukan oleh ibu Asmah adalah pengobatan medis dimana ibu Asmah akan melaksanakan operasi untuk pengangkatan kanker serviks tersebut. Kanker serviks sudah stadium II B dimana tindakan yang masih dilanjutkan adalah terapi lanjut yaitu dengan obat pengurang rasa sakit dan juga cairan infus yang menambah energi. Dikarenakan ibu Asmah dalam kondisi yang lemah dan berat badan yang menurun drastis, maka ibu Asmah harus menjaga kestabilan dari fisik agar dapat melaksanakan operasi. Dikarenakan kanker serviks sudah menyebar ke leher rahim bagian luar, maka kemungkinan sel kanker sudah menyebar ke bagian tubuh lainnya. Jadi selain daripada operasi, ibu Asmah harus mengikuti kemoterapi setelah selesai pelaksanaan operasi. Dikarenakan sel kanker akan mengenai anggota sel baru yang akan tumbuh, maka ada baiknya dilakukan kemoterapi untuk memperlambat menyebarnya pertumbuhan kanker.

d. Jamilah

Pengobatan yang diterima oleh ibu Jamilah selama di rumah sakit adalah perawatan yang sama dengan kanker serviks lainnya, yaitu pemberian infus dan Universitas Sumatera Utara 90 setelah cukup energi akan dioperasi dan melaksanakan operasi. Tetapi pengobatan yang dilakukan oleh ibu Jamilah tidak teratur dan tidak berjalan dengan jadwal rumah sakit karena ibu Jamilah tidak betah di rumah sakit dan selalu menekan anaknya dan menuntut pulang.Sewaktu tiga tahun setelah suaminya meninggal ibu Jamilah sudah mengalami sakit kanker serviks dan sempat mendapat perawatan di rumah sakit Columbia Asia tetapi karena ketidaksabaran dari ibu Jamilah, pengobatan diberhentikan. Ibu Jamilah hanya mengkonsumsi obat yang diberikan dokter dan membeli obat yang sama di apotik tanpa resep dokter. Satu tahun tidak mendapat perawatan khusus untuk kanker serviks, ibu Jamilah drop dan maengalami pendarahan yang cukup banyak sehingga ibu Jamilah dibawa ke rumah sakit Columbia Asia, dan mendapat infuse selama dua hari, ibu Jamilah mendapat pemeriksaan dari laboratorium yang mengatakan bahwa penyakit yang diderita oleh ibu Jamilah sudah menyebar ke sel lainnyadan harus segera melaksanakan operasi. Berhubung karena kurangnya peralatan, ibu Jamilah di transfer ke rumah sakit Adam Malik dan diharapkan untuk mendapat penanganan segera, tetapi sepulangnya dari Columbia Asia, ibu Jamilah tidak ingin pergi ke rumah sakit Adam Malik dikarenakan trauma suaminya yang meninggal di rumah sakit tersebut. Sehingga ibu Jamilah tidak mendapat pengobatan dan hanya mengkonsumsi obat dari rumah sakit yang sebelumnya. Tahun 2016 penyakit ibu Jamilah semakin berbahaya bahkan sudah terkena stadium III, dan jika dilaksanakan operasi makan banyak organ-organ yang akan terkena imbas dari operasi yang dilaksanakan. Dikarenakan anak-anak Universitas Sumatera Utara 91 dari Ibu Jamilah tidak tahan terhadap keluhan ibunya tetapi tidak ingin mendapat pengobatan, mereka memaksa ibunya untuk dibawa ke rumah sakit Adam Malik dan ibu Aida bersikeras untuk membawa ibunya ke rumah sakit, dan ibu Jamilah hanya mengikuti saran dari anak-anaknya.Dan karena sudah stadium III, ibu Jamilah membutuhkan waktu yang cukup lama di rumah sakit.Seharusnya ibu Jamilah sudah mendapatkan operasi tetapi beliau menolak keras dan tidak ingin dioperasi.Pengobatan di rumah sakit terbilang gagal karena ketidakteraturan oleh ibu Jamilah. “saya bingung nak, ibu ngga mau diobati tapi kalo di rumah banyak keluhannya, saya juga ngga tau gimana ngga mungkinlah mama kita sakit dibiarin aja gitu.,,padahal saya banyak pesanan baju mau dijait tapi gimana mana mungkin ditinggal,, bisik ibu Aida takut didengar oaleh ibunya. ” “dokter pun ketawa aja kalo uda ngomong sama nenek, karna kalo dokter uda datang pasti dikira suntik atau mau pasang infus jadi langsung takut duluan.” Pengobatan yang dilakukan adalah sesuai persetujuan dari pasien dan juga keluarganya, operasi dan juga pengobatan lainnya tidak akan berjalan apabila tidak ada persetujuan. Karena ibu Jamilah tidak mau melakukan operasi, maka dokter menyarankan untuk kemoterapi guna mematikan sel kanker yang sudah manyebar dan bahkan mencegah sel kanker yang akan tumbuh. Tetapi ibu Jamilah menolak kemoterapi juga, dengan alasan bahwa rekan-rekannya dahulu pernah mengalami kanker payudara dan melakukan pengobatan dengan operasi dan juga kemoterapi, tetapi yang dialami oleh rekan ibu Jamilah adalah penurunan selera makan, mual muntah, dan mengalami rambut rontok. Rekan ibu Jamilah bercerita agar jangan pernah mengikuti operasi dan kemoterapi apabila terkena kanker Universitas Sumatera Utara 92 serviks.Dan sayangnya, bahwa rekan dari ibu Jamilah sudah meninggal dunia dan tidak selamat dari kanker payudara. Hal itu membuat ibu Jamilah menolak segala pengobatan karena beliau tidak ingin merasakan apa yang dirasakan oleh rekannya. Dan selama peneliti melaksanakan penelitian, pengobatan yang didapat oleh ibu Jamilah adalah obat pil karena beliau tidak bisa menerima infus karena tangannya bengkak.Beliau tertidur di ranjang karena pendarahan masih dialami oleh ibu Jamilah walaupun sudah dirawat di rumah sakit.Dokter juga tidak tau harus bagaimana, terkadang mereka memberikan suntikan antibiotik karena ibu Jamilah juga bisa menerima infus. Pengobatan apapun itu apabila si penderita tidak memiliki motivasi untuk sembuh sama saja hasilnya kosong. e. Sri Syariana Pengobatan di rumah sakit yang dilakukan oleh ibu Sri adalah keputusan yang tepat menurut keluarga ibu Sri karena hemat biaya karena ditanggung oleh BPJS. “ibu kan pake bpjs kelas satu de, jadi gratis, ruangannya pun bagus juga, lain loh de kelas satu sama kelas dua, tiga. Kalo orangtu mungkin jarang diperiksa dokter kalo ibu seringnya, trus ibu langsung dioperasi ari itu, padahal itu yang di depan ibu itu menunjuk ke pasien yang di depannya udah dua bulan ngga dioperasi, kasian kekgitu kan nak, uda sakit tapi nunggu nunggu lagi.” Melakukan pengobatan di rumah sakit sangat bergengsi menurut ibu Sri, karena di rumah sakit biasanya bersih dan juga harus memiliki uang yang dapat ke rumah sakit. Dengan berobat di rumah sakit juga mengartikan bahwa kita peduli dengan kesehatan dan juga banyak tetangga yang akan empati untuk menjenguk kita ke rumah sakit. Ibu Sri sangat senang untuk bercerita tentang penyakit yang Universitas Sumatera Utara 93 dialaminya, dan beliau juga membandingkan dengan penderita tumor rahim yang sedang dirawat di samping ranjangnya bahwa penderita tumor rahim tersebut selalu mengeluh dan ribut di ruangan tersebut, sedangkan ibu Sri tidak pernah mengeluh pada suaminya dan tidak pernah merepotkan suaminya. Pengobatan rumah sakit yang sedang dijalani oleh ibu Sri adalah kemoterapi yang ke 23 dan ia sudah tinggal di rumah sakit hampir 4 bulan dan sempat juga untuk rawat jalan selama dua minggu. Ibu Sri sudah menjalani operasi pengangkatan kanker dan rahimnya juga sudah diangkat menjaga agar sel kanker tidak tumbuh lagi. Ibu Sri sudah terlihat sangat sehat setelah menjalani kemoterapi 23 dan beliau sudah sangat banyak berbicara tentang semua pengalaman sakitnya di rumah sakit. Di saat menjalani kemoterapi yang sebelumnya ibu Sri sangat drop dan muntah bahkan selera makan pun tidak ada dikarenakan tubuh ibu menolak semua makanan yang dikonsumsinya. Tetapi ibu Sri mengkonsumsi sirup penafsu makan sehingga kemoterapi yang selanjutnya berjalan dengan lancar bahkan sekarang ibu Sri tidak pernah mengeuh tidak nafsu makan. Dan menurut ibu Sri dia memang membutuhkan istirahat karena hampir setiap hari dia harus berjualan tanpa istirahat, sehingga pada saat di rumah sakit ibu Sri semangat dalam menjalani pengobatan agar beliau dapat sembuh dan dapat kembali menjual baksonya. Selama di rumah sakit, banyak tetangganya dan keluarganya yang menjenguknya dari binjai yang membuat ibu Sri mengetahui yang mana rekan- rekannya yang memang peduli dan dapat dianggap kerabat. Dan tetangganya lah Universitas Sumatera Utara 94 yang menjaga anak-anak dari ibu Sri karena anak-anak mereka tinggak bertiga di rumah dan mereka harus sekolah dan tetangganya lah yang menjaga mereka untuk mengingatkan mereka makan dan juga sekolah. Pada saat sakit ini ibu Sri mengetahui kerabat yang benar-benar peduli dengannya dan ibu Sri akan membalas semua orang telah menjenguknya dan memperdulikan keuarga ibu Sri. Setelah kemoterapi yang ke 23, ibu Sri akan kembali pulang ke rumah dan berstirahat di rumah. Karena menurut dokter, ibu Sri telah menjalani operasi dan operasinya berjalan dengan lancar sehingga dapat mengikuti kemoterapi sampai dengan 23. Dan sesuai dengan pemeriksaan dokter ibu Sri dapat kembali ke rumah dan menjalani rawat jalan untuk mengkonsumsi obat agar kemungkinan sel kanker tidak tumbuh lagi. Menurut dokter, sel kanker sudah diangkat dan sebagian sel lainnya sudah di kemoterapi sehingga kemungkinan sel kanker akan melambat untuk berkembang, tetapi ibu Sri harus memeriksakan keadaanya dan jangan berhenti untuk mengkonsumsi obat.

4.3 Pandangan pasien terhadap penyakit