Ketentuan Tindak Pidana Mengganggu ketentraman

Yang diatur dalam Pasal 169 ayat 3 KUHP merupakan keaddaan- keadaan yang memberatkan pidana yaitu keadaan pribadi pelaku sebagai pendiri dan keadaan pribadi sebagai pengurus perkumpulan seperti yang dimaksudkan dalam Pasal 169 KUHP. Noyon Langemeijer mengajukan, bahwa pertama-tama jangan dikacaukan turut serta perkumpulan dengan turut serta melakukan perbuatan. Turut serta perkumpulan pada pertamanya adalah mengenai mereka yang masuk menjadi anggota perkumpulan tersebut. Ini adalah sewajarnya. Di samping itu juga mengenai peserta lain-lainnya, misalnya mereka yang menjadi penyumbang donatur yang menjadi penasehat, penyokong rapat, atau yan dalam rapat itu mengadakan debat, tidaklah masuk golongan tersebut. Sebaliknya di situ msuk orang yang atas permintaan mengadakan ceramah. Jadi turut serta perkumpulan di satu pihak mungkin merupakan perbuatan yang seketika, yaitu hanya satu kali dan tidak menerus, tapi di lain pihak juga mungkin perbuatan yang menerus misalnya menjadi anggota. 87 a.

12. Ketentuan Tindak Pidana Mengganggu ketentraman

Tindak pidana mengganggu ketentraman diatur dalam : Pasal 170 KUHP Pasal 170 KUHP mengatur tentang tindak pidana kekerasan dengan tenaga bersama di muka umum terhadap orang atau barang, yang berbunyi : “1 Barang siapa dengan terang-terangan dan dengan tenaga bersama menggunakan kekerasan terhadap orang atau barang, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan. 2 Yang bersalah diancam: 87 Moeljatno, Kejahatan-Kejahatan ..., Loc. Cit., hlm. 90. 1e. dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun, jika ia dengan sengaja menghancurkan barang atau jika kekerasan yang digunakan mengakibatkan luka-luka ; 2e. dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun, jika kekerasan mengakibatkan luka berat ; 3e. dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun, jika kekerasan mengakibatkan maut. 3 Pasal 89 tidak diterapkan.” Bagian inti delik delicts bestanddelen dari Pasal ini adalah : 88 1. Melakukan kekerasan ; Yang dilarang ialah perbuatan kekerasan yang merupakan tujuan dan bukan merupakan alat atau daya upaya untuk mencapai suatu kekerasan, yang dilakukan biasanya merusak barang atau menganiaya atau dapat pula mengakibatkan sakitnya orang atau rusaknya barang walaupun dia tidak bermaksud menyakiti orang atau merusak barang. Misalnya perbuatan melempar batu kepada kerumunan orang atau kepada suatu barang, mengobrak-abrik barang dagangan hingga berantakan, atau membalikkan kendaraan. Jadi, biasanya kelompok atau massa yang marah dan beringas, tanpa pikir akibat perbuatannya, mereka melakukan tindakan kekerasan, sehingga terjadi kerusuhan, kebakaran, orang lain luka atau bahkan mati. Hal ini terjadi di Medan, demonstrasi menuntut provinsi Tapanuli berubah menjadi kerusuhan. 2. Di muka umum atau terang-terangan openlijk ; Kekerasan yang dilakukan di muka umum, yaitu di tempat orang banyak publik dapat melihat perbuatan kekerasan tersebut. 3. Bersama-sama ; Kekerasan yang dilakukan bersama orang lain atau kekerasan yang sedikit- 88 Andi Hamzah, Delik-Delik Tertentu ..., Op. Cit., hlm. 9. nya dilakukan oleh dua orang atau lebih. Arti kata bersama-sama ini menunjukkan bahwa perbuatan itu dilakukan dengan sengaja delik dolus atau memiliki tujuan yang pasti, jadi bukanlah merupakan ketidaksengajaan delik culpa. 4. Ditujukan kepada orang atau barang. Kekerasan yang dilakukan tersebut ditunjukkan kepada : orang atau barang atau hewan, binatang, baik itu kepunyaan sendiri maupun kepunyaan orang lain. Simons berpendapat bahwa suatu tindak kekerasan itu terjadi secara terbuka, jika tindak kekerasan tersebut terjadinya dapat dilihat oleh umum dilakukannya tindak kekerasan itu di tempat umum tidaklah cukup, selanjutnya juga masih harus diisyaratkan, bahwa orang yang bersalah itu mengetahui bahwa tindak kekerasan, dalam tindak kekerasan mana ia telah mengambil bagian itu, telah dilakukan orang secara terbuka dan secara bersama-sama. 89 Perusakan barang, luka dan mati sebagai akibat, berbeda dengan perusakan barang pasal 406 KUHP, di dalam pasal 170 KUHP tidak disebutkan bahwa barang itu kepunyaan orang lain. Hakim dalam memutuskan harus meresapi jiwa dan sejarah pasal itu. Di sini ada vis publica, force ouverte seperti dalam pasal 440 Code Penal. Di sini delik dilakukan untuk mengganggu openbare orde ketertiban umum. Kepentingan umum tidak terganggu dengan merusak barang sendiri, jadi hakim harus tahu bahwa yang akan dilindungi dengan pasal 170 KUHP ini ialah ketertiban umum, yang kalau barang sendiri yang rusak berarti tidak mengganggu 89 http:parismanalush.blogspot.com201408unsur-pasal-170-kuhp.html diakses pada tanggal 3 April 2015. ketertiban umum yang akan dilindungi itu., jadi tidak perlu dipidana. Walaupun dalam rumusan delik tidak disebut bahwa merusak barang sendiri bukan delik. 90 Pasal 170 KUHP merupakan gabungan Pasal 351 KUHP tentang penganiayaan dan Pasal 55 KUHP tentang turut serta melakukan suatu perbuatan. Namun bila dibandingkan tentulah berbeda pengertian ataupun tujuan yang diinginkan oleh Pasal 170 KUHP dengan Pasal 351 dan 55 KUHP. Perlu ketelitian dalam penerapan Pasal ini, karena bisa saja menyentuh ketentuan Pasal 351 KUHP. Maka daripada itu sering sekali para penyidik membuat Pasal ini jounto 351 dan di tingkat penuntutan Penuntut Umum sering memakai jenis dakwaan Alternatif, dimana nantinya hakim dapat langsung memilih untuk menentukan dakwaan mana yang sekiranya cocok serta sesuai dengan hasil pembuktian di persidangan. 91 Penggunaan Pasal 170 KUHP tidaklah sama dengan penggunaan Pasal 351 KUHP, dikarenakan dalam Pasal 170 KUHP pelaku adalah lebih dari satu, sedangkan dalam Pasal 351 KUHP, pelaku adalah satu orang, ataupun dapat lebih dari satu orang dengan catatan dilakukan tidak dalam waktu yang bersamaan. Seseorang dapat saja mendapat perlakuan kekerasan dari dua orang atau lebih tetapi para pelaku tidak melakukannya bersama-sama atau tidak sepakat dan Objek dari perlakuan para pelaku dalam Pasal ini bukan saja haruslah manusia tetapi dapat saja berupa benda atau barang. Ini yang menjadi salah satu perbedaan Pasal ini dengan Pasal 351 KUHP tentang penganiayaan. 90 Andi Hamzah, Delik-Delik Tertentu Speciale Delicten di dalam KUHP, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hlm. 8. 91 http:adikuncahyo.blogspot.com201201Pasal-170-kuhp-sangsi-hukum-untuk.html diakses pada 5 April 2015. sepaham untuk melakukan kekerasan itu, maka hal ini sudah memasuki ranah Pasal 351 KUHP. 92 Kekerasan yang dilakukan sesuai Pasal 170 KUHP sudahlah tentu dilakukan oleh para pelaku dalam waktu yang bersamaan ataupun dalam waktu yang berdekatan dengan syarat ada kesepakatan dan kesepahaman untuk berbuat tindakan kekerasan tersebut terhadap orang atau barang. Perbedaan yang paling mendasar Pasal 170 KUHP dengan Pasal 351 KUHP adalah dilakukannya tindakan itu di hadapan orang banyak atau di ruang publik terbuka, sedangkan pada Pasal 351 KUHP hal ini tidak dibedakan, apakah dilakukan di ruang tertutup untuk umum ataupun di ruang publik terbuka. Ancaman hukuman Pasal 170 KUHP ini lebih berat daripada Pasal 351 KUHP. Apabila kita bandingkan pada akibat yang ditimbulkan antara kedua Pasal ini dengan ancaman hukumannya, maka kita akan mendapati ancaman hukuman pada Pasal 170 KUHP lebih berat daripada Pasal 351 KUHP. Pada Pasal 170 KUHP, jika korban mengalami luka berat maka si pelaku diancam dengan hukuman penjara selama-lamanya sembilan tahun, sedangkan pada Pasal 351 dengan akibat yang sama, yaitu luka berat, pelaku diancam dengan hukuman penjara selama-lamanya lima tahun. Jika akibat yang ditimbulkan adalah matinya korban, Pasal 170 mengancam dengan hukuman penjara selama-lamanya dua belas tahun sedangkn pada Pasal 351 ancaman hukumannya adalah hukuman penjara selama-lamanya tujuh tahun. 93 b. Pasal 172 KUHP 92 Ibid. 93 Ibid. Pasal 172 KUHP mengatur tentang tindak pidana mengganggu ketenagan dengan mengeluarkan teriakan atau tanda-tanda bahaya palsu, yang berbunyi : “Barang siapa dengan sengaja mengganggu ketenangan dengan mengeluarkan teriakan-teriakan, atau tanda-tanda bahaya palsu, diancam dengan pidana penjara paling lama tiga minggu atau pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah.” Unsur-unsur yang terkandung dalam Pasal ini adalah sebagai berikut : 1. Unsur subjektif : Dengan sengaja ; 2. Unsur objektif : Mengganggu ketenangan dengan mengeluarkan teriakan- teriakan. Teriakan-teriakan atau tanda-tanda bahaya palsu harus diartikan bahaya atau tanda bahaya yang palsu. Moeljatno berpendapat bahwa kata “alarm” harus dinyatakan baik dengan kata “bahaya”. NL II halaman 192 menulis : sarana-sarana tersebut harus mempunyai alarmerend karekter di mana ditimbulkan perasaan kaget schrik dan ketakutan yang mendadak plotselinge vrees terhadap keselamatan orang dan barang. Perasaan kaget saja belum cukup. Ini hanya menimbulkan keberisikan tetangga burengerucht. Teriakan-teriakan dan tanda-tanda tadi harus menimbulkan perasaan takut akan adanya bahaya, yang memang sudah dikenal lebih dahulu sebagai demikian. Adapun artinya palsu valsch ialah bahwa teriakan-teriakan dan tanda-tanda tadi diberikan tanpa adanya alasan yang masuk akal.

13. Ketentuan Tindak Pidana Mengganggu dan Merintangi Rapat Umum