Ketentuan Tindak Pidana Mengganggu dan Merintangi Upacara Agama Dan Upacara Penguburan Jenazah

4. Rapat sudah dimulai, dirintangi atau dihalang-halangi tapi akhirnya bisa terus dan selesai. b. Pasal 174 KUHP Pasal 174 KUHP mengatur tentang tindak pidana mengganggu rapat umum yang diizinkan dengan menimbulkan kekacauan atau suara gaduh, yang berbunyi : “Barang siapa dengan sengaja mengganggu rapat umum yang diizinkan dengan jalan menimbulkan kekacauan atau suara gaduh, diancam dengan pidana penjara paling lama tiga minggu atau pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah.” Unsur-unsur yang terkandung dalam Pasal ini adalah sebagai berikut : 1. Dengan sengaja. Di sini kesengajaan harus ditujukan baik kepada pengganggu maupun kepada sifatnya rapat bahwa untuk umum dan diizinkan ; 2. Mengganggu rapat umum, berarti membuat tidak aman ; 3. Menimbulkan kekacauan atau suara gaduh. Pasal ini mengancam hukum orang yang mengganggu rapat umum dengan mengadakan huru-hara atau kegaduha, sedangkan Pasal 173 KUHP mengancam hukuman orang yang merintanginya dengan kekerasan aau ancaman kekerasan.

14. Ketentuan Tindak Pidana Mengganggu dan Merintangi Upacara Agama Dan Upacara Penguburan Jenazah

Tindak pidana mengganggu dan merintangi upacara agama dan upacara penguburan jenazah diatur dalam : a. Pasal 175 KUHP Pasal 175 KUHP mengatur tentang tindak pidana melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan merintangi pertemuan keagamaan yang bersifat umum dan diizinkan, yang berbunyi : “Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan merintangi pertemuan keagamaan yang bersifat umum dan diizinkan, atau upacara keagamaan yang diizinkan, atau upacara penguburan jenazah, diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan.” Bagian inti delik delicts bestanddelen dalam Pasal ini adalah : 1. Kekerasan atau ancaman kekerasan ; 2. Merintangi, artinya menghalang-halangi, sehingga tidak jadi berlangsung ; 3. Yang dirintangi adalah pertemuan umum agama, upacara agama atau upacara penguburan mayat ; 4. Pertemuan umum agama adalah semua pertemuan yang bermaksud untuk melakukan kebaktian agama ; 5. Upacara agama adalah kebaktian agama yang diadakan baik di gereja, mesjid, atau di tempat-tempat lain yang lazim dipergunakan untuk itu ; 6. Upacara penguburan mayat adalah baik yang dilakukan waktu masih ada di rumah, waktu sedang berada di perjalanan ke kubur, maupun dimakam tempat mengubur ; 7. Syarat penting ialah, bahwa pertemuan umum agama tersebut tidak dilarang oleh negara. b. Pasal 176 KUHP Pasal 176 KUHP mengatur tentang tindak pidana menggannggu pertemuan keagamaan yang bersifat umum dan diizinkan, yang berbunyi : “Barang siapa dengan sengaja mengganggu pertemuan keagamaan yang bersifat umum dan diizinkan, atau upacara keagamaan yang diizinkan atau upacara penguburan jenazah, dengan menimbulkan kekacauan atau suara gaduh, diancam dengan pidana penjara paling lama satu bulan dua minggu atau pidana denda paling banyak seribu delapan ratus rupiah.” Unsur-unsur yang terkandung dalam Pasal ini adalah sebagai berikut : 1. Dengan sengaja ; 2. Mengganggu pertemuan keagamaan yang bersifat umum, upacara keagamaan, atau upacara penguburan jenazah ; 3. Menimbulkan kekacauan atau suara gaduh. c. Pasal 177 KUHP Pasal 177 KUHP mengatur tentang tindak pidana menertawakan petugas agama dalam menjalankan tugas dan menghina benda-benda keperluan ibadat, yang berbunyi : “Diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau pidana denda paling banyak seribu delapan ratus rupiah: 1. barang siapa menertawakan seorang petugas agama dalam menjalankan tugas yang diizinkan ; 2. barang siapa menghina benda-benda untuk keperluan ibadat di tempat atau pada waktu ibadat dilakukan.” Unsur-unsur yang terkandung dalam Pasal ini adalah sebagai berikut : a. Menertawakan seorang petugas agama dalam menjalankan tugas, misalnya mengejek penghulu, modin, pastor, domine, pedenda, dan sebagainya yang pada waktu itu memimpin atau melakukan suatu upacara kebaktian agama yang patut yang tidak terlarang ; b. Menghina benda-benda untuk keperluan ibadat di tempat atau pada waktu ibadat dilakukan, yaitu benda-benda itu benar-benar sedang digunakan untuk ibadat di tempat ibadat yang tidak dilarang geoorloofd, misalnya Qur’an, kitab suci Injil, tempat pembakaran dupa, patung-patung atau arca- arca, dan sebagainya. Agar dapat dihukum, penghinaan terhadap benda- benda untuk keperluan ibadat itu harus dilakukan secara demonstratif, sehingga menusuk perasaan umatnya.

15. Ketentuan Tindak Pidana Mengenai Kuburan atau Mayat