Analisis Putusan Mahkamah Agung

2. Analisis Putusan Mahkamah Agung

a. Tentang Pertimbangan Hukum Pertimbangan hukum Mahkamah Agung RI dalam perkara ini, menurut Penulis memang sudah tepat berdasarkan hal-hal sebagai berikut : 1. Berdasarkan peraturan perundang-undangan, yaitu Undang-Undang tentang Mahkamah Agung No. 3 Tahun 2009, Mahkamah Agung berwenang membatalkan putusan dari pengadilan yang berada di bawah nya ; dalam hal ini Pengadilan Negeri Lubuk Pakam. Mahkamah Agung berpendapat bahwa Pengadilan Negeri telah keliru menerapkan hukum khususnya hukum pembuktian dan menerapkan pembebasan terhadap Terdakwa. Pembebasan ini adalah tidak benar-benar murni karena kesalahan yang didakwakan Penuntut Umum terhadap Terdakwa telah didukung oleh alat bukti yang sah menurut KUHAP, sehingga disebut pembebasan “yang terselubung” verkapte vrijspraak. Apabila ditelaah dari aspek teoritis, maka menurut pandangan doktrin, hakekatnya bentuk-bentuk putusan bebas vrijspraak dikenal adanya beberapa macam bentuk, yaitu : 100 b. Pembebasan tidak murni atau de onzuivere vrijspraak dalam hal bedekte nietigheid van dagvaarding batalnya dakwaan secara terselubung atau a. Pembebasan murni atau de zuivere vrijspaak diamana Hakim membenarkan mengenai “feiten”- nya na alle noodzakelijke voorbeslissingen met juistheid te hebben genomen ; 100 Lilik Mulyadi, Op. Cit., hlm. 108. pembebasan yang menurut kenyataannya tidak didasarkan kepada ketidakterbuktian dalam surat dakwaan ; c. Pembebasan berdasarkan alasan pertimbangan kegunaan atau de vrijspraak op grond van doelmatigheid overwegingen bahwa berdasarkan atas pertimbangan haruslah diakhiri suatu penuntutan yang sudah pasti tidak akan ada hasilnya berustend op de overweging, dat een eind gemaakt moet worden aan een noodzakelijk ip niets uitpedence, vervolging. d. Pembebasan yang terselubung atau de bedekte vrijspraak dimana hakim telah mengambil putusan tentang “feiten” dan menjatuhkan putusan “penglepasan dari tuntutan hukum” padahal menurut pendapat Hoge Raad, putusan tersebut berisikan suatu “pembebasan secara murni”. 2. Menurut teori hukum pidana, bahwa sifat-sifat yang ada dalam setiap tindak pidana adalah sifat melanggar hukum. Dalam hal ini pelaku Terdakwa telah melakukan pelanggaran hukum yang mengganggu ketertiban umum. Pertimbangan hukum dari Mahkamah Agung ini telah berdasarkan teori hukum pidana dan sesuai dengan hukum peraturan perundang-undangan yang berlaku. Mahkamah Agung telah membatalkan putusan Pengadilan yang di bawahnya karena telah salah menerapkan hukum. Hal ini sesuai dengan kewenangan Mahkamah Agung sebagai pengawas tertinggi terhadap penyelenggaraan peradilan pada semua badan peradilan yang berada di bawahnya dalam menyelenggarakan kekuasaan kehakiman. 101 101 Pasal 32 ayat 1 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Mahkamah Agung. b. Tentang Bunyi Putusan Bunyi putusan Mahkamah Agung yang telah menjatuhkan pidana dengan pidana penjara selama 9 sembilan bulan terhadap pelaku Terdakwa dalam perkara ini, menurut Penulis sudah tepat. Mahkamah Agung menjatuhkan pidana kepada Terdakwa dalam perkara ini telah sesuai dengan teori manfaat dari hukuman, yaitu bermanfaat untuk melakukan pencegahan, baik untuk pencegahan secara umum general prevention maupun pencegahan secara khusus special prevention. Secara umum pemidanaan terhadap perbuatan pidana ini bertujuan untuk mencegah anggota masyarakat dalam bertindak, bertingkah laku supaya tidak membahayakan orang lain. Jadi, dalam hal ini sekaligus juga dimaksudkan untuk memberi perlindungan kepada masyarakat dari bahaya yang akan mengancam. Putusan Mahkamah Agung ini juga sudah tepat berdasarkan sistem pertanggungjawaban pidana. Untuk menjatuhkan pidana terhadap seseorang dalam hal ini pelaku kejahatan kekerasan secara bersama-sama di muka umum, Moeljatno berpendapat bahwa terlebih dahulu harus dipastikan bahwa pelaku telah melakukan perbuatan pidana yang bersifat melawan hukum baik formil maupun materiil baru kemudian perbuatan pidana yang dilakukan pelaku tersebut dapat dihubungkan dengan unsur-unsur kesalahan, sehingga untuk adanya kesalahan yang mengakibatkan dipidananya terdakwa haruslah : 102 102 Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, Rineka Cipta : Jakarta, 2002, hlm. 166. 1. Melakukan perbuatan pidana; 2. Mampu bertanggung jawab; 3. Dengan kesengajaan dolusopzet atau kealpaan culpa; 4. Tidak adanya alasan pemaaf. Ada atau tidaknya kesalahan pada pelaku tindak pidana, pertama-tama harus ditentukan apakah terdakwa mempunyai kemampuan untuk bertanggung jawab atau tidak atas tindak pidana yang dilakukannya. Terdakwa mampu bertanggung jawab terhadap perbuatan pidana yang telah dilakukan dalam kasus ini. Perbuatan Terdakwa tersebut merupakan perbuatan pidana yang telah diatur ancaman pidananya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Dilihat dari unsur kesengajaan atau kealpaannya, dalam kasus ini Terdakwa melakukan kekerasan dengan sengaja, bukan karena kealpaannya dan tidak ada alasan pemaaf atas perbuatan pidana yang telah dilakukan Terdakwa. Sebab perbuatan Terdakwa tersebut telah mengakibatkan Korban luka pada tubuhnya dan meresahkan masyarakat sekitar. Oleh karena unsur dipidananya Terdakwa telah dipenuhi, maka Terdakwa harus bertanggung jawab atas perbuatannya dengan memperoleh sanksi pidana penjara selama 9 sembilan bulan.

3. Perbandingan Putusan Pengadilan Negeri dan Mahkamah Agung