Tindak pidana dapat dibagi menjadi dua kelompok dalam KUHP, yaitu :
34
Pelaku tindak pidana Dader menurut doktrin adalah barang siapa yang
melaksanakan semua unsur-unsur tindak pidana sebagai mana unsur-unsur tersebut dirumuskan di dalam undang-undang menurut KUHP.
Pelaku adalah orang yang melakukan tindak pidana yang bersangkutan, dalam arti orang yang dengan suatu
kesengajaanatau suatu tidak sengajaan seperti yang diisyaratkan oleh Undang- Undang telah menimbulkan suatu akibat yang tidak dikehendaki oleh Undang-
Undang, baik itu merupakan unsur-unsur subjektif maupun unsur-unsur obyektif, tanpa memandang apakah keputusan untuk melakukan tindak pidana tersebut
timbul dari dirinya sendiri atau tidak karena digerakan oleh pihak ketiga. 1. Kejahatan seperti yang termuat dalam buku II dari Pasal 104 sampai Pasal
488 2. Pelanggaran seperti yang termuat dalam buku III dari Pasal 489 sampai
Pasal 569
b. Pelaku Tindak Pidana
Pengertian pelaku terbagi atas : 1.
Pelaku menurut doktrin
35
Pelaku tindak pidana menurut KUHP adalah sebagai berikut : 2.
Pelaku menurut KUHP
36
34
Moch. Lukman Fatahullah Rais, Tindak Pidana Perkelahian Pelajar, Pustaka Sinar Harapan : Jakarta, 1997, hlm. 5.
35
Barda Nawawi Arif, Sari Kuliah Hukum Pidana II, Fakultas Hukum Undip : Semarang, 1984, hlm. 37.
36
Leden Marpaung, Unsur-Unsur Perbuatan yang Dapat Dihukum, Sinar Grafika : Jakarta, 1991, hlm. 94.
a. Orang yang melakukan b. Orang yang menyuruh melakukan
c. Orang yang turut serta melakukan d. Orang yang membujuk melakukan
ad.a. Orang yang Melakukan plegen
Pelaku tindak pidana ini adalah seseorang yang secara langsung melakukan semua unsur-unsur dari suatu tindak pidana, artinya orang tersebutlah
yang melakukan tindak pidana sebenarnya. Dalam hal ini, pelaku tindak pidana terbagi dua, yaitu pelaku dalam arti sempit hanya orang yang melakukan tindak
pidana dan pelaku dalam arti luas orang yang melakukan, orang yang menyuruh melakukan, orang yang turut serta melakukan, dan orang yang membujuk
melakukan tindak pidana tersebut.
37
Pelaku tindak pidana ini adalah seseorang yang menyuruh orang lain untuk melakukan suatu tindak pidana. Dalam hal ini, orang tersebut tidak
melaksanakan sendiri. Paling sedikit harus ada dua orang, yaitu orang yang menyuruh melakukan dan orang yang disuruh melakukan. Orang yang menyuruh
melakukan tindak pidana itu tidak melakukan secara langsung unsur-unsur dari suatu tindak pidana, tetapi orang yang disuruhlah yang melakukan unsur-unsur
dari suatu tindak pidana tersebut. Dan orang yang disuruh itu adalah orang-orang yang tidak dapat dipertanggungjawabkan orang yang dikecualikan dari
hukuman. Dengan demikian, meskipun orang yang menyuruh ini tidak secara langsung melakukan tindak pidana, akan tetapi dialah yang dianggap sebagai
ad.b. Orang yang Menyuruh Melakukan doen plegen
37
Ibid., hlm. 95.
pelaku tindak pidana yang dapat dipertanggungjawabkan atas perbuatan yang dilakukan oleh orang yang disuruhnya tersebut.
38
Pelaku tindak pidana ini adalah seseorang yang bersama-sama dengan orang lain melakukan unsur-unsur dari suatu tindak pidana. Dalam hal ini juga
paling sedikit ada dua orang yang secara sadar bersama-sama melakukan tindak pidana tertentu. Dengan demikian, mereka juga secara bersama-sama dapat
dipertangungjawabkan atas tindak pidana yang dilakukan tersebut. ad.c.
Orang yang Turut Serta Melakukan medeplegen
39
Pelaku tindak pidana ini adalah orang yang membujuk, menggerakkan orang lain untuk melakukan unsur-unsur dari suatu tindak pidana. Dalam hal ini
juga paling sedikit ada dua orang pelaku tindak pidana, yaitu orang yang membujuk dan orang yang dibujuk untuk melakuan tindak pidana tertentu. Orang
yang membujuk memberikan sarana atau cara-cara yang telah ditentukan secara limitatif di dalam undang-undang lihat Pasal 55 ayat 1 sub 2 kepada orang
yang dibujuk agar mau melakukan tindak pidana tersebut. Dan orang yang dibujuk tersebut adalah orang-orang yang dapat dipertanggungjawabkan. Dengan
demikian, orang yang dibujuklah yang secara langsung melakukan tindak pidana tersebut dan pertanggungjawaban orang yang membujuk menggerakkan adalah
pada apa yang digerakkannya, artinya apabila perbuatan tersebut melebihi apa yang digerakkan oleh orang yang membujuk, maka perbuatan tersebut
dipertanggungjawabkan oleh orang yang dibujuk. ad.d.
Orang yang Membujuk Melakukan uitlokking
40
38
Ibid., hlm. 96
39
Ibid., hlm. 98
40
Ibid., hlm. 102.
3. Kejahatan Terhadap Ketertiban Umum