Ketentuan Tindak Pidana Mengganggu dan Merintangi Rapat Umum

Pasal 172 KUHP mengatur tentang tindak pidana mengganggu ketenagan dengan mengeluarkan teriakan atau tanda-tanda bahaya palsu, yang berbunyi : “Barang siapa dengan sengaja mengganggu ketenangan dengan mengeluarkan teriakan-teriakan, atau tanda-tanda bahaya palsu, diancam dengan pidana penjara paling lama tiga minggu atau pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah.” Unsur-unsur yang terkandung dalam Pasal ini adalah sebagai berikut : 1. Unsur subjektif : Dengan sengaja ; 2. Unsur objektif : Mengganggu ketenangan dengan mengeluarkan teriakan- teriakan. Teriakan-teriakan atau tanda-tanda bahaya palsu harus diartikan bahaya atau tanda bahaya yang palsu. Moeljatno berpendapat bahwa kata “alarm” harus dinyatakan baik dengan kata “bahaya”. NL II halaman 192 menulis : sarana-sarana tersebut harus mempunyai alarmerend karekter di mana ditimbulkan perasaan kaget schrik dan ketakutan yang mendadak plotselinge vrees terhadap keselamatan orang dan barang. Perasaan kaget saja belum cukup. Ini hanya menimbulkan keberisikan tetangga burengerucht. Teriakan-teriakan dan tanda-tanda tadi harus menimbulkan perasaan takut akan adanya bahaya, yang memang sudah dikenal lebih dahulu sebagai demikian. Adapun artinya palsu valsch ialah bahwa teriakan-teriakan dan tanda-tanda tadi diberikan tanpa adanya alasan yang masuk akal.

13. Ketentuan Tindak Pidana Mengganggu dan Merintangi Rapat Umum

Tindak pidana mengganggu dan merintangi rapat umum diatur dalam : a. Pasal 173 KUHP Pasal 173 KUHP mengatur tentang tindak pidana dengan kekerasan atau ancan kekerasan merintangi rapat umum yang diizinkan, yang berbunyi : “Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan merintangi rapat umum yang diizinkan, diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun.” Bagian inti delik delicts bestanddelen dalam Pasal ini adalah : 1. Kekerasan atau ancaman kekerasan ; 2. Merintangi, artinya menghalang-halangi, sehingga rapat umum itu tidak jadi berlangsung ; 3. Yang dihalang-halangi itu harus suatu rapat umum rapat yang dapat dikunjungi oleh khalayak ramai, bukan rapat tertutup, baik yang diadakan oleh pihak orang partikulir, maupun oleh instansi pemerintah. Rapat itu harus suatu rapat yang adanya tidak terlarang oleh pemerintah. Orang yang menghalang-halangi itu harus orang partikulir. Seorang pegawai pemerintah yang membubarkan rapat tersebut, karena menyangka bahwa rapat itu dilarang oleh pemerintah, tidak dikenakan Pasal ini. Moeljatno berpendapat bahwa sebaiknya kata “menghalang-halangi” dan “merintangi” diartikan sebagai mengadakan rintangan atau penghalang saja, tanpa mengingatkan tentang hal apakah rapat dapat diselesaikan atau tidak. Dengan demikian makna kedua istilah tersebut sangat luas, karena meliputi : 94 3. Rapat sudah mulai, dirintangi atau dihalang-halangi sehingga tak selesai ; 1. Rapat belum mulai dirintangi atau dihalang-halangi sehingga tak jadi ada rapat ; 2. Rapat belum mulai, dirintangi atau dihalang-halangi, tapi kemudian tak dapat berlangsung dan selesai ; 94 Moeljatno, Kejahatan-Kejahatan ..., Loc. Cit., hlm. 145. 4. Rapat sudah dimulai, dirintangi atau dihalang-halangi tapi akhirnya bisa terus dan selesai. b. Pasal 174 KUHP Pasal 174 KUHP mengatur tentang tindak pidana mengganggu rapat umum yang diizinkan dengan menimbulkan kekacauan atau suara gaduh, yang berbunyi : “Barang siapa dengan sengaja mengganggu rapat umum yang diizinkan dengan jalan menimbulkan kekacauan atau suara gaduh, diancam dengan pidana penjara paling lama tiga minggu atau pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah.” Unsur-unsur yang terkandung dalam Pasal ini adalah sebagai berikut : 1. Dengan sengaja. Di sini kesengajaan harus ditujukan baik kepada pengganggu maupun kepada sifatnya rapat bahwa untuk umum dan diizinkan ; 2. Mengganggu rapat umum, berarti membuat tidak aman ; 3. Menimbulkan kekacauan atau suara gaduh. Pasal ini mengancam hukum orang yang mengganggu rapat umum dengan mengadakan huru-hara atau kegaduha, sedangkan Pasal 173 KUHP mengancam hukuman orang yang merintanginya dengan kekerasan aau ancaman kekerasan.

14. Ketentuan Tindak Pidana Mengganggu dan Merintangi Upacara Agama Dan Upacara Penguburan Jenazah