Ketentuan Tindak Pidana Mengenai Kuburan atau Mayat

benda untuk keperluan ibadat itu harus dilakukan secara demonstratif, sehingga menusuk perasaan umatnya.

15. Ketentuan Tindak Pidana Mengenai Kuburan atau Mayat

Tindak pidana mengenai kuburan atau mayat diatur dalam : a. Pasal 178 KUHP Pasal 178 KUHP mengatur tentang tindak pidana merintangi atau menghalang-halangi jalan pengangkutan mayat ke kuburan, yang berbunyi : “Barang siapa dengan sengaja merintangi atau menghalang-halangi jalan masuk atau pengangkutan mayat ke kuburan yang diizinkan, diancam dengan pidana penjara paling lama satu bulan dua minggu atau pidana denda paling banyak seribu delapan ratus rupiah.” Unsur-unsur yang terkandung dalam Pasal ini adalah sebagai berikut : 1. Dengan sengaja ; 2. Merintangi atau menghalang-halangi. Artinya mengganggu menghalangi, sehingga pembawaan mayat itu tidak bisa berlangsung verhideren ; 3. Jalan masuk atau pengangkutan mayat ke kuburan artinya yang diizinkan oleh pembesar yang berwajib atau jalan yang biasa dipergunakan untuk berlalu lintas, bukan jalan yang melintas melalui pekerangan seseorang ; b. Pasal 179 KUHP Pasal 179 KUHP mengatur tentang tindak pidana menodai kuburan atau menghancurkan kuburan tanda peringatan di tempat kuburan, yang berbunyi : “Barang siapa dengan sengaja menodai kuburan atau dengan sengaja dan melawan hukum menghancurkan atau merusak tanda peringatan di tempat kuburan, diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan.” Unsur-unsur yang terkandung dalam Pasal ini adalah sebagai berikut : 1. Dengan sengaja ; 2. Menodai ; 3. Kuburan, yaitu liang atau ruang dimana mayat dengan peti matinya ditanam dan tanah penutupnya atau segala barang tanda-tanda di atasnya berupa apapun juga seperti : kijing, maesan, dan lain-lain ; 4. Melawan hukum, berarti tiada izin yang berhak. Apabila yang melakukan itu atas izin yang berhak, misalnya untuk melakukan pemugaran, tidak dapat dikatakan melawan hukum ; 5. Menghancurkan atau merusak ; 6. Tanda peringatan di tempat kuburan, yaitu benda yang gunanya untuk menandai atau memperingatkan orang yang mati, misalnya : batu nisan, kijing, maesan, tanda salib, batu-batu yang diatur dan lain-lain. Penodaan kuburan grafschennis dapat dilakukan karena kenakalan baldadigheid atau dengan maksud untuk melukai kenangan-kenangan baik nagedachtenis dari orang yang dikubur di situ atau melukai perasaan hormat pieteitsgevoel dari ahli warisnya NL II halaman 213. 95 c. Pasal 180 KUHP Pasal 180 KUHP mengatur tentang tindak pidana menggali, mengambil, memindahkan atau mengangkut jenazah yang sudah digali, yang berbunyi : “Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum menggali atau mengambil jenazah atau memindahkan atau mengangkut jenazah yang sudah digali atau diambil, diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.” Unsur-unsur yang terkandung dalam Pasal ini adalah sebagai berikut : 95 Ibid., hlm. 147. 1. Dengan sengaja ; 2. Melawan hukum ; 3. Menggali, mengambil, memindahkan, atau mengangkut jenazah yang sudah digali. Artinya mengeluarkan jenazah dari kuburan atau mengambil, memindahkan atau membawa jenazah yang sudah dikeluarkan dari kuburan atau yang sudah diambil dengan melawan hukum. Perbuatan ini sebenarnya banyak dilakukan orang di mana-mana dalam rangka pemindahan kerangka para pahlawan kemerdekaan, untuk di pusatkan dalam taman makam pahlawan. Namun karena perbuatan itu tidak melawan hukum, maka pelakunya tidak dapat dihukum. Jadi untuk dapat dituntut dengan pasal ini, unsur terpenting adalah melawan hukum, yang artinya sudah diterangkan dalam penjelasan Pasal 179 KUHP. Orang yang mengambil, memindahkan atau membawa mayat dari rumah sakit disertai surat keterangan dokter, tidak diancam hukuman. d. Pasal 181 KUHP Pasal 181 KUHP mengatur tentang tindak pidana mengubur, menyembunyikan, membawa lari, atau menghilangkan mayat untuk meyembunyikan kematian dan kelahirannya, yang berbunyi : “Barang siapa mengubur, menyembunyikan, membawa lari atau menghilangkan mayat dengan maksud menyembunyikan kematian atau kelahirannya, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.” Unsur-unsur yang terkandung dalam Pasal ini adalah sebagai berikut : 1. Mengubur, menyembunyikan, membawa lari, atau menghilangkan. Yang disembunyikan itu harus mayat. Mengubur berarti menaruh di sebuah lubang, kemudian menimbunnya dengan tanah. Menyembunyikan berarti menaruh di suatu tempat yang tak mudah dilihat oleh orang lain dan menutupinya dengan barang-barang apapun, sehingga tak kelihatan oleh orang lain. Membawa dapat dilakukan dengan beberapa macam cara, misalnya : memikul di atas pundak, menggendong di belakang, mengusung dengan tandu, memboncengkan di belakang sepeda, memuat dengan mobil dan lain sebagainya. Menghilangkan dapat dilakukan dengan beberapa cara, misalnya : membakar hingga menjadi abu, menghanyutkan di sungai, memasukkan ke dalam lubang bekas perigi kemudian menimbuninya dengan tanah dan lain sebagainya ; 2. Mayat, yaitu badan orang yang sudah mati dan masih utuh atau meskipun tinggal sebagian, bagian itu harus bagian yang terbesar, sehingga masih merupakan badan orang ; 3. Dengan maksud menyembunyikan kematian atau kelahirannya. Yang diperlakukan demikian biasanya mayatnya orang yang mati karena pembunuhan atau bayi yang baru lahir asal dari perhubungan di luar nikah, kemudian dibunuhnya untuk menghilangkan noda hidup ibunya. BAB III PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU KEJAHATAN TERHADAP KETERTIBAN UMUM DALAM PUTUSAN MA NO. 1914KPID2012

A. Gambaran Kasus