Hapusnya Pertanggungjawaban Pidana Pertanggungjawaban Pidana

b. Meskipun perbuatannya itu dapat dikualifikasikan sebagai perbuatan pidana, namun orangnya tidak dapat dipertanggungjawabkan atas perbuatannya, karena padanya tidak ada kesalahan.

c. Hapusnya Pertanggungjawaban Pidana

Pertanggungjawaban pidana bisa terhapus karena adanya sebab, baik yang berkaitan dengan perbuatan si pelaku tindak pidana maupun sebab yang berkaitan dengan pembuat delik. Adapun terhapusnya pertanggungjawaban pidana karena adanya alasan-alasan tidak dapat dipertanggungjawabkannya seseorang atau alasan-alasan tidak dapat dipidananya seseorang. Hal ini berdasarkan pada dua alasan yaitu : 25 Hukum pidana membedakan adanya alasan pembenar dan alasan pemaaf. Mengenai alasan pembenar dan alasan pemaaf, sebenarnya pembedaan ini tidak 1. Alasan tidak dapat dipertanggungjawabkannya seseorang yang terletak pada diri orang tersebut ; 2. Alasan tidak dapat dipertanggungjawabkannya seseorant yang terletak di luar dari diri orang tersebut. Kedua alasan di atas menimbulkan kesan bahwa pembuat undang-undang dengan tegas merujuk pada penekanan tidak dapat dipertanggungjawabkannya orang, tidak dapat dipidananya pelaku pembuat, bukan tidak dapat dipidananya tindakan perbuatan. Hal ini dipertegas lagi dalam Pasal 58 KUHP : “Keadaan diri yang menyebabkan penghapusan, pengurangan atau penambahan hukumannya hanya boleh dipertimbangkan terhadap yang mengenai diri orang yang melakukan perbuatan itu atau diri si pembantu saja”. 25 M. Hamdan, Alasan Penghapus Pidana : Teori dan Studi Kasus, Refika Aditama : Bandung, 2012, hlm. 27-28. penting bagi pembuat sendiri, karena jika ternyata ada alasan penghapusan pidana, maka teranglah tidak akan dipidana. Alasan penghapus pidana adalah alasan yang memungkinkan orang yang melakukan perbatan yang sebenarnya telah memenuhi rumusan delik, untuk tidak dipidana, dan ini merupakan kewewangan yang diberikan undang-undang kepada hakim. 26 Alasan penghapus pidana dapat dibagi dua ditinjau dari sudut pandang doktrin, yaitu : 27 Diatur dalam Pasal 48 KUHP. Yang dimaksud keadaan darurat ialah karena : 1. Alasan pembenar rechtsvaardigingsgronden Alasan pembenar adalah alasan-alasan yang menghapuskan sifat melawan hukumnya perbuatan. Artinya tidak dipidananya seseorang yang telah melakukan perbuatan yang mencocoki rumusan delik disebabkan karena hal-hal yang mengakibatkan tidak adanya sifat melawan hukumnya perbuatan. Oleh karena alasan penghapus pidana ini menyangkut tentang perbuatan, maka alasan ini berlaku untuk semua orang yang melakukan perbuatan tersebut. Perbuatan yang pada umumnya dipandang sebagai perbuatan yang keliru, dalam kejadian yang tertentu itu dipandang sebagai perbuatan yang dibenarkan, bukanlah perbuatan yang keliru, meskipun perbuatan ini telah memenuhi rumusan delik dalam undang-undang. Adapun yang termasuk dalam alasan pembenar adalah : a. Keadaan darurat noodtostand 26 Ibid., hlm. 27. 27 Ibid., hlm. 28. 1. Terdapat pertentangan antara dua kepentingan hukum hak conflicht vanrechtplichten ; 2. Terdapat pertentangan antara kepentingan hukum dengan kewajiban hukum conflicht van rechtsbelang on rechtsplicht ; 3. Terdapat pertentangan antara kewajiban hukum dengan kewajiban hukum conflicht van rechtsbelangen. b. Pembelaan darurat terpaksa noodweer Diatur dalam Pasal 49 ayat 1 KUHP menentukan beberapa syarat yang harus dipenuhi agar dapat disebut sebagai noodweer, yaitu : 1. Harus ada serangan : a yang seketika ogenblikkelijk b mengancam secara langsung onmiddelijkdreigend c melawan hak 2. Ada pembelaan : a sifatnya mendesak noodzakelijk b pembelaan itu menunjukkan keseimbangan antara kepentingan hukum yang dilanggar dan kepentingan hukum yang dibela geboden c kepentingan hukum yang dibela hanya badan, kehormatan , harta sendiri maupun orang lain. c. Menjalankan peraturan perundang-undangan wettelijkkvoorshrift Diatur dalam Pasal 50 KUHP yang menentukan bahwa apa yang diperintahkan oleh undang-undang atau wewenang yang diberikan oleh suatu undang-undang untuk melakukan suatu hal tidak dianggap seperti suatu peristiwa pidana. Yang dimaksud dengan peraturan hukum di sini ialah segala peraturan yang dikeluarkan oleh penguasa yang berhak menetapkan peraturan di dalam batas wewenangnya. d. Menjalankan perintah jabatan yang sah berwenang ambtelijkbevel Diatur dalam Pasal 51 ayat 1 KUHP. Perlu diketahui dan diingat bahwa dalam menjalankan perintah jabatan antara yang memerintah dan yang diperintah harus ada hubungan yang didasarkan pada hukum publik. Perintah yang diberikan untuk seorang majikan kepada bawahannya di dalam hubungan hukum perdata tidak termasuk dalam Pasal 51 KUHP ini. 2. Alasan pemaaf schulduitsluitingsgronden Alasan pemaaf adalah alasan-alasan yang menghapuskan kesalahan dari si pelaku terdakwa. Artinya tidak dipidananya seseorang yang telah melakukan perbuatan yang mencocoki rumusan delik disebabkan karena tidak sepantasnya orang itu dicela, tidak sepatutnya dia disalahkan, maka hal-hal yang menyebabkan dia tidak sepantasnya dicela itu disebut sebagai hal-hal yang dapat memafkannya. Oleh karena alasan ini menyangkut tentang kesalahan pelaku, maka alasan penghapus pidana ini berlaku hanya untuk diri piribadi si pelaku terdakwa. Adapun yang termasuk alasan pemaaf adalah : a. Ketidakmampuan bertanggungjawab ontoerekeningsvatbaarheid Diatur dalam Pasal 44 ayat 1 KUHP menentukan bahwa orang yang menyebabkan peristiwa tidak dipidana karena : 1. Jiwa akal yang tumbuhnya tidak sempurna gebrekkige outwikelling. Orang yang jiwanya tidak sempurna sebenarnya tidak sakit, akan tetapi karena cacat yang dibawa sejak lahir 2. Jiwa yang diganggu oleh penyakit, pada waktu lahirnya sehat, akan tetapi kemudian dihinggapi penyakit seperti penyakit gila dan sebagainya. Menurut Memorie van Toelichting MVT, seseorang itu dikatakan tidak mampu bertanggungjawab apabila : a keadaan jiwa orang itu sedemikian rupa sehingga ia tidak mengerti akan harga dan nilai sikap tindaknya ; b ia tidak dapat menentukan kehendaknya terhadp sikap tindaknya ; c ia tidak dapat menginsyafi bahwa sika tindak itu terlarang. b. Daya paksa overmacht Diatur dalam Pasal 48 KUHP menentukan bahwa suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang karena terpaksa tidak dapat dihukum. Menurut Memorie van Toelichting, yang dimaksud dengan overmacht yaitu tiap kekuatan, tiap dorongan, tiap paksaan yang tidak dapat dielakkan. Perkataan keterpaksaan bukan saja berarti fisik jasmani, tetapi jua tekanan psikis dan rohani. Menrut J. E. Jonkers, overmacht itu berwajah tiga rupa : 1. Overmacht yang bersifat mutlak vis absoluta. Dalam hal ini orang terpaksa tidak mungkin dapat berbuat lain. 2. Overmacht dalam arti sempit yang bersifat nisbi vis compulsiva atau berat lawan. Orang yang terpaksa masih ada kesempatan untuk memilih berbuat yang lain, akan tetapi menurut perhitungan yang layak tidak mungkin dapat dielakkan. Perbedaannya dengan overmacht mutlak adalah dalam overmacht mutlak, orang yang memaksa itulah yang berbuat. Sedangkan dalam overmacht relatif, orang yang dipaksa itu yang berbuat. 3. Overmacht dalam arti noodtoestand atau keadaan darurat. c. Noodweer Excess Diatur dalam Pasal 49 ayat 2 KUHP menentukan bahwa pembelaan yang melampaui batas merupakan perbatan yang terlarang, akan tetapi karena perbuatan tersebu akibat dari suatu goncangan rasa yang disebabkan oelah serangan misalnya naik darah, maka perbuatan tersebut dapat dimaafkan oleh undang-undang. d. Menjalankan perintah jabatan yang tidak sah ambtelijk bevel Diatur dalam Pasal 51 ayat 2 KUHP. Orang yang melaksanakan perintah tidak sah tidak dapat dipidana bila memenuhi syarat-syarat : 1. jika ia dengan itikad baik mengira bahwa perintah itu sah ; 2. jika perintah itu terletak dalam lingkungan kekuasaan orang yang diperintah. Perlu diingat bahwa di dalam menjalankan perintah jabatan antara yang memerintah dan yang diperintah harus ada hubungan yang didasarkan pada hukum publik.

2. Tindak Pidana