Ketentuan Tindak Pidana Turut Serta dalam Perkumpulan Terlarang

diperuntukkan melakukan tugas umum itu harus dilakukan oleh pejabat yang berwenang. Noyon dan Langemeijer berpendapat bahwa yang dimaksudkan dengan tugas umum ialah tugas dari lembaga-lembaga atau badan-badan yang bersifat hukum publik, tanpa pembatasan hingga pada tugas-tugas yang harus dilakukan di depan umum saja. 84 Hoge Raad dalam arrest-nya tertanggal 17 Desember 1928, N. J. 1929 halaman 639, W. 11939 telah memutuskan bahwa ruang sidang dari suatu Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kotamadya merupakan suatu ruangan yang diperuntukkan melakukan tugas umum. Sedangkan dalam arrest-nya tertanggal 26 Mei 1930, N. J. 1930 halaman 1143, W. 12133 bahwa Walikota itu merupakan pejabat yang berwenang memintas seorang anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kotamadya segera meninggalkan ruang sidang, jika peraturan tata tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tersebut menentukan demikian. 85 Tindak pidana turut serta dalam perkumpulan terlarang diatur dalam

11. Ketentuan Tindak Pidana Turut Serta dalam Perkumpulan Terlarang

Pasal 169 KUHP : “1Turut serta dalam perkumpulan yang bertujuan melakukan kejahatan, atau turut serta dalam perkumpulan lainnya yang dilarang oleh aturan-aturan umum, diancam dengan pidana penjara paling lama enam tahun. 2 Turut serta dalam perkumpulan yang bertujuan melakukan pelanggaran, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. 3 Terhadap pendiri atau pengurus, pidana dapat ditambah sepertiga. 84 Ibid. 85 Ibid., hlm. 590. Ketentuan pidana yang diatur dalam Pasal 169 ayat 1 KUHP mengatur dua macam tindak pidana yang diancam dengan satu pidana yang sama, masing- masing sebagai berikut : a. Tindak pidana keikutsertaan dalam suatu perkumpulan yang mempunyai maksud untuk melakukan kejahatan-kejahatan ; b. Tindak pidana keikutsertaan dalam suatu perkumpulan, yang terlarang oleh suatu peraturan umum. Keikutsertaan di dalam Pasal 169 ayat 1 KUHP menurut Noyon dan Langemeijer dapat diartikan secara terbatas, yakni : 86 86 Ibid., hlm. 593. a. Masuk sebagai anggota ; b. Memberi sumbangan ; c. Melakukan propaganda ; d. Atas permintaan berbicara dalam pertemuan, dimana perbuatan menghadiri pertemuan itu saja tidak termasuk dalam pengertiannya. Tindak pidana yang diatur dalam Pasal 169 ayat 2 KUHP mirip dengan tidak pidana dalam Pasal 169 ayat 1 KUHP. Yang berbeda hanya berkenaan dengan maksud perkumpula. Dalam Pasal 169 ayat 2 KUHP, undang- undang menentukan bahwa perkumpulan harus mempunyai maksud untuk melakukan pelanggaran-pelanggaran. Pelanggaran-pelanggaran yang dimaksud bukan hanya jenis tindak pidana yang telah diatur dalam Buku III KUHP saja, melainkan juga semua tindak pidana yang menurut peraturan perundang- undangan di luar KUHP telah dinyatakan dengan tegas sebagai pelanggaran. Yang diatur dalam Pasal 169 ayat 3 KUHP merupakan keaddaan- keadaan yang memberatkan pidana yaitu keadaan pribadi pelaku sebagai pendiri dan keadaan pribadi sebagai pengurus perkumpulan seperti yang dimaksudkan dalam Pasal 169 KUHP. Noyon Langemeijer mengajukan, bahwa pertama-tama jangan dikacaukan turut serta perkumpulan dengan turut serta melakukan perbuatan. Turut serta perkumpulan pada pertamanya adalah mengenai mereka yang masuk menjadi anggota perkumpulan tersebut. Ini adalah sewajarnya. Di samping itu juga mengenai peserta lain-lainnya, misalnya mereka yang menjadi penyumbang donatur yang menjadi penasehat, penyokong rapat, atau yan dalam rapat itu mengadakan debat, tidaklah masuk golongan tersebut. Sebaliknya di situ msuk orang yang atas permintaan mengadakan ceramah. Jadi turut serta perkumpulan di satu pihak mungkin merupakan perbuatan yang seketika, yaitu hanya satu kali dan tidak menerus, tapi di lain pihak juga mungkin perbuatan yang menerus misalnya menjadi anggota. 87 a.

12. Ketentuan Tindak Pidana Mengganggu ketentraman