Ketentuan Tindak Pidana Menyatakan Perasaan Tak Baik Terhadap Golongan Tertentu

Ketentuan pidana dalam KUHP yang mengatur tindak pidana penyebarluasan adalah Pasal 137, 144, 161, 163, 282, dan Pasal 321 KUHP, yang pada umumnya telah melarang orang menyebarluaskan tulisan atau gambar yang isinya tidak pantas, seperti menghina, menghasut, dan sebagainya, dan telah menjadikan perbuatan tersebut sebagai perbuatan yang terlarang dan membuat pelakunya dapat dijatuhi pidana, jika perbuatan-perbuatan tersebut telah dilakukan orang dengan maksud agar isinya diketahui oleh orang banyak atau isinya menjadi diketahui oleh orang banyak atau isinya menjadi diketahui secara lebih luas lagi oleh orang banyak. Pasal ini juga dinyatakan bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat berdasarkan Putusan MK No. 6PUU- V2007 tanggal 17 Juli 2007. Apabila ditinjau kembali penjelasan Pasal 154, maka dapat diambil kesimpulan, bahwa Pasal 154 tersebut menuntut delik pers, sedangkan pasal ini menuntut penyebarannya.

3. Ketentuan Tindak Pidana Menyatakan Perasaan Tak Baik Terhadap Golongan Tertentu

Tindak pidana menyatakan perasaan tak baik terhadap golongan tertentu diatur dalam : a. Pasal 156 KUHP Pasal 156 KUHP mengatur tentang tindak pidana menyatakan perasaan permusuhan, kebencian atau merendahkan terhadap satu atau lebih golongan penduduk Indonesia di depan umum, yang berbunyi : “Barang siapa di muka umum menyatakan perasaan permusuhan, kebencian atau penghinaan terhadap suatu atau beberapa golongan rakyat Indonesia, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.” Unsur-unsur yang terkandung dalam Pasal ini hampir sama dengan Pasal 154 KUHP, hanya bedanya kalau pasal 154 KUHP rasa kebencian atau penghinaan itu ditujukan kepada Pemerintah Republik Indonesia, pada pasal ini rasa kebencian atau penghinaan tersebut ditujukan kepada sesuatu atau beberapa golongan penduduk Indonesia. Untuk lebih jelasnya, unsur-unsur Pasal ini adalah sebagai berikut : 1. Di muka umum ; 2. Menyatakan perasaan permusuhan, kebencian atau penghinaan ; 3. Terhadap golongan. Yang dikatakan golongan dalam Pasal ini ialah tiap- tiap bagian dari rakyat Indonesia yang berbeda dengan suatu atau beberapa bagian lainnya karena ras segolongan orang yang terdiri atas individu- individu yang mempunyai ikatan yang erat antara yang satu degan yang lain, misalnya karena mempunyai ciri-ciri karakteristik yang sama, negeri asal, agama Islam, Kristen, Katolik, Budha, Hindu, tempat asal, keturunan, kebangsaan Eropa, Cina, Jepang, atau Indonesia atau kedudukan menurut hukum tata negara. Van Hattum berpendapat tentang kesengajaan si pelaku dalam Pasal 154 dan Pasal 156 KUHP bahwa meskipun kata sengaja tak disebut dalam rumusan pasal-pasal tersebut, tapi di situ harus diisyaratkan bahwa kesengajaannya juga harus ditujukan pada sifat permusuhan dan sebagainya dari pernyataannya. Dengan perkataan lain, terdakwa harus menginsyafi bahwa secara obyektif apa yang dinyatakan dapat dan akan diterima oleh orang yang mendengarnya sebagai bersifat demikian. Hanya jika penginsyafan yang demikian itu ada, maka hubungan kesalahan schuldverband yang diperlukan untuk semua kejahatan ada pula. Dikatakan oleh van Hattum bahwa yurisprudensi juga berpendirian demikan. 60 Terdakwa sebagai seorang agen polisi yang bertugas di perempatan jalan umum di Pekalongan memerintahkan kepada seorang Tionghoa A yang ada di trotoar jalan, supaya jalan terus. Menurut A dia lalu didorong dengan tongkaat pendek. Ketika A menanya apa sebabnya, maka Terdakwa lalu bilang “Cina jangan bertingkah ; Cina mau dibikin habis oleh Japan”. Ini terjadi dalam tahun 1937. Selain A, ada 2 dua saksi yang menguatkan ucapan tersebut. Maka dari itu meskipun Terdakwa mungkir, landraad memutus bahwa Terdakwa bersalah melanggar pasal 156 KUHP dan menjatuhkan denda f 25,--. Penerapan Pasal 156 KUHP dapat dilihat dalam Putusan Landraad Pekalongan tahun 1938 yang dimuat dalam Indisch tijdschrift van het recht jilid 147 halaman 870 oleh Buschkens. Duduknya perkara adalah sebagai berikut : 61 b. Pasal 156a KUHP Penetapan Presiden Nomor 1PNPS Tahun 1965 Pasal 156a KUHP mengatur tentang tindak pidana dengan sengaja didepan umum mengeluarkan perasaan atau melakukan perbuatan, yang bersifat permusuhan, penyalahgunaan atau penodaan terhadap suatu agama yang dianut orang di Indonesia, yang berbunyi : “Dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya lima tahun barang siapa dengan sengaja di muka umum mengeluarkan perasaan atau melakukan perbuatan : 1. yang pada pokoknya bersifat permusuhan, penyalahgunaan atau penodaan terhadap suatu agama yang dianut di Indonesia; 2. dengan maksud agar supaya orang tidak menganut agama apa pun juga, yang bersendikan Ketuhanan Yang Maha Esa.” 60 Moeljatno, Kejahatan-Kejahatan ..., Op. Cit., hlm. 33-36. 61 Ibid., hlm. 28. Ketentuan pidana yang diatur dalam Pasal ini pada dasarnya melarang orang : 1. Dengan sengaja di depan umum mengeluarkan perasaan atau melakukan perbuatan, yang pada pokoknya bersifat bermusuhan, penyalahgunaan atau penodaan terhadap suatu agama yang dianut di Indonesia ; 2. Dengan sengaja di depan umum mengeluarkan perasaan atau melakukan perbuatan, dengan maksud supaya orang tidak menganut agama apa pun yang bersendikan ke-Tuhanan Yang Maha Esa. Pasal ini merupakan isi dari Pasal 4 Penetapan Presiden Nomor 1PNPS Tahun 1965 Lembaran Negara Nomor 3 Tahun 1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan atau Penodaan Agama. c. Pasal 157 KUHP “1Barang siapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan tulisan atau lukisan di muka umum, yang isinya mengandung pernyataan perasaan permusuhan, kebencian atau penghinaan di antara atau terhadap golongan- golongan rakyat Indonesia, dengan maksud supaya isinya diketahui atau lebih diketahui oleh umum, diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun enam bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. 2 Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut pada waktu menjalankan pencahariannya dan pada saat itu belum lewat lima tahun sejak pemidanaannya menjadi tetap karena kejahatan semacam itu juga, yang bersangkutan dapat dilarang menjalankan pencarian tersebut.” Unsur-unsur yang terkandung dalam Pasal ini adalah hampir sama saja dengan Pasal 155 KUHP, hanya bedanya kalau pasal 155 mengancam hukuman kepada orang yang menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan tulisan atau gambar yang isinya menyatakan rasa permusuhan, kebencian atau penghinaan terhadap Pemerintah Republik Indonesia, maka pada pasal ini rasa kebencian, permusuhan atau penghinaan tersebut ditujukan kepada sesuatu atau beberapa golongan penduduk Indonesia. Unsur-unsur Pasal ini adalah sebagai berikut : a. Unsur subjektif : Dengan maksud agar isinya diketahui orang banyak atau diketahui secara lebih luas lagi oleh orang banyak ; b. Unsur objektif : Menyebarluaskan, mempertunjukkan atau menempelkan secara terbuka suatu tulisan atau gambar yang di didalamnya mengandung pernyataan permusuhan, kebencian dan merendahkan di antara atau terhadap golongan-golongan penduduk di Indonesia. Noyon dan Langemeijer berpendapat bahwa suatu tulisan itu ialah setiap reproduksi secara mekanis dari pemikiran dalam bentuk kata-kata, dan termasuk pula dalam pengertiannya yakni setiap ungkapan dari pemikiran dalam kata-kata, sehingga ungkapan seperti itu tidak selalu harus dilakukan dengan pensil atau pena, melaikan juga dapat dilakukan misalnya, dengan alat cetak, dengan ukiran, dan sebagainya. Sedangkan mengenai gambar, Noyon dan Langemeijer mengatakan bahwa gambar seperti itu tidak perlu diartikan sebagai gambar seseorang, melainkan cukup jika isinya yang mengandung pernyataan permusuhan, kebencian atau merendahkan di antara atau terhadap golongan- golongan penduduk di Indonesia tercermin dalam suatu lukisan, misalnya gambar karikatur, plakat, dan sebagainya. 62

4. Ketentuan Tindak Pidana Menyelenggarakan Pemilihan Anggota Untuk Suatu Lembaga Kenegaraan Asing