Ketentuan Tindak Pidana Tidak Melaporkan Akan Adanya Tindak Pidana Tertentu

Simons dan Pompe berpendapat bahwa perbuatan membantu melakukan suatu uitlokking tidak membuat pelakunya dapat dijatuhi pidana. 74 Adapun menurut Hoge Raad dalam arrest-nya tertanggal 24 Januari 1950, N. J. 1950 No. 287 : membantu menggerakkan orang lain melakukan suatu kejahatan itu dapat saja terjadi. Dengan alasan bahwa dengan adanya kata melakukan dalam rumusan Pasal 55 KUHP itu, undang-undang tidak menutup kemungkinan tentang adanya suatu perbuatan membantu melakukan suatu uitlokking. 75 P. A. F. Lamintang berpendapat bahwa orang yang membantu melakukan suatu uitlokking, yang ternyata gagal seperti itu, tetap dapat dipersalahkan telah membantu melakukan suatu mislukte uitlokking. Dengan kata lain, orang tersebut dapat diminta pertanggungjawabannya menurut hukum pidana karena melanggar larangan-larangan yang diatur dalam Pasal 56 jo. Pasal 163 bis KUHP. 76 Noyon dan Langemeijer berpendapat bahwa tindak pidana yang diatur dalam Pasal 163 bis ayat 1 KUHP merupakan suatu kejahatan yang berdiri sendiri, tidak ada hubungannya dengan uitlokking, hingga persyaratan untuk adanya suatu percobaan, yang membuat pelakunya dapat dipidana, tidak berlaku bagi kejahatan ini. 77 Tindak pidana tidak melaporkan akan adanya tindak pidana tertentu diatur dalam :

8. Ketentuan Tindak Pidana Tidak Melaporkan Akan Adanya Tindak Pidana Tertentu

74 P. A. F. Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Sinar Baru : Bandung, 1983, hlm. 606. 75 P. A. F. Lamintang, Delik-Delik Khusus ..., Loc. Cit., hlm. 550. 76 Ibid., hlm. 551. 77 Ibid., hlm. 552. a. Pasal 164 KUHP Pasal 164 KUHP mengatur tentang tindak pidana dengan sengaja mengalpakan keharusan memberitahukan kepada pejabat kejaksaan, pejabat kepolisian atau kepada orang yang terancam mengenai pengetahuannya tentang adanya suatu permufakatan untuk melakukan sesuatu kejahatan tertentu, yang berbunyi : “Barang siapa mengetahui ada sesuatu permufakatan untuk melakukan kejahatan berdasarkan Pasal-Pasal 104, 106, 107, dan 108, 113, 115, 124, 187 atau 187 bis, sedang masih ada waktu untuk mencegah kejahatan itu, dan dengan sengaja tidak segera memberitahukan tentang hal itu kepada pejabat kehakiman atau kepolisian atau kepada orang yang terancam oleh kejahatan itu, dipidana jika kejahatan itu jadi dilakukan, dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidana denda paling banyak tiga ratus rupiah.” Unsur-unsur yang terkandung dalam Pasal ini adalah sebagai berikut : 1. Unsur-unsur subjektif : a. Mengetahui tentang adanya suatu permufakatan untuk melakukan salah satu kejahatan yang dimaksudkan dalam Pasal 104 mengatur tindak pidana permufakatan untuk menghilangkan nyawa atau kemerdekaan Presiden atau Wakil Presiden atau untuk membuat mereka tidak mampu memerintah, Pasal 106 mengatur tindak pidana permufakatan untuk membawa seluruh atau sebagian wilayah negara ke bawah kekuasaan asing, Pasal 107 mengatur tindak pidana permufakatan untuk merobohkan pemerintah, Pasal 108 mengatur tindak pidana pemberontakan, Pasal 113 mengatur tindak pidana kesengajaan mengumumkan, memberitahukan atau menyampaikan kepada orang lain yang tidak berhak, surat-surat rahasia, peta-peta, dan lain-lainnya yang berkenaan dengan pertahanan negara atau berkenaan dengan keamanan ke luar Indonesia, Pasal 115 mengatur tindak pidana membaca, melihat atau menyuruh membuat salinannya dan lain-lain, surat-surat atau alat-alat rahasia yang berkenaan dengan pertahanan negara atau dengan keamanan ke luar Indonesia, Pasal 124 mengatur tindak pidana memberikan bantuan kepada musuh pada waktu perang, dengan merugikan negara untuk kepentingan musuh, Pasal 187 mengatur tindak pidana dengan sengaja menyebabkan kebakaran, peledakan atau banjir, atau Pasal 187 bis KUHP mengatur tindak pidana membuat, menerima, berusaha menerima, mempunyai dalam persediaan, menyembunyikan, mengangkut atau memasukkan ke Indonesia, bahan-bahan, alat-alat dan lain-lain, yang dimasukkan untuk menimbulkan peledakan yang dapat menimbulkan bahaya bagi nyawa atau bagi barang. Permufakatan yang dimaksud adalah permufakatan yang terdapat dalam Pasal 88 KUHP yaitu permufaktan jahat itu terjadi, yakni segera setelah dua orang atau lebih memperoleh suatu kesepakatan untuk melakukan suatu kejahatan ; b. Dengan sengaja ; 2. Unsur-unsur objektif : Tidak memberitahukan tentang hal tersebut pada waktunya dengan cukup kepada pejabat-pejabat kejaksaan, kepolisian, atau kepada orang yang terancam. Artinya mengalpakan keharusan untuk memberitahukan mengenai suatu permufakatan jahat yang telah ia ketahui kepada para pejabat kejaksaan atau kepolisian, atau kepada orang yang terancam. Noyon dan Langemeijer berpendapat bahwa kesengajaan mengalpakan keharusan untuk memberitahukan seperti yang dimaksud dalam Pasal 164 KUHP, dapat terjadi dalam 4 empat bentuk kesengajaan, yakni : 78 b. 1. opzettelijk geheel achterwege laten, artinya dengan sengaja bersikap tak acuh mengenai peristiwa yang terjadi ; 2. opzettelijk te laat kennis geven, artinya dengan sengaja membuat pemberitahuain itu terlambat diberian ; 3. opzettelijk in onvoldoende omvang de kennisgeving doen, artinya dengan sengaja memberitahukan masalahnya secara tidak cukup ; 4. opzettelijk haar richten aan iemand aan wie zij niet behoort gericht te worden, artina dengan sengaja memberitahukan masalahnya kepada orang, yang sebenarnya tidak berwenang menerima pemberitahuan seperti itu. Pasal 165 KUHP Pasal 165 KUHP mengatur tentang tindak pidana dengan sengaja mengalpakan keharusan memberitahukan kepada pejabat kejaksaan, kepolisian atau kepada orang yang terancam mengenai pengetahuannya tentang adanya maksud untuk melakukan kejahatan tertentu, yang berbunyi : “1 Barang siapa mengetahui ada niat untuk melakukan salah satu kejahatan berdasarkan Pasal-Pasal 104, 106, 107, dan 108, 110-113, dan 115-129 dan 131 atau niat untuk lari dari tentara dalam masa perang, untuk desersi, untuk membunuh dengan rencana, untuk menculik atau memperkosa atau mengetahui adanya niat untuk melakukan kejahatan tersebut dalam bab VII dalam kitab undang- undang ini, sepanjang kejahatan itu membahayakan nyawa orang atau untuk melakukan salah satu kejahatan berdasarkan Pasal-Pasal 224- 228, 250 atau salah satu kejahatan berdasarkan Pasal-Pasal 264 dan 275 sepanjang mengenai surat kredit yang diperuntukkan bagi peredaran, sedang masih ada waktu untuk mencegah kejahatan itu, dan dengan sengaja tidak segera memberitahukan hal itu kepada 78 Ibid., hlm. 561. pejabat kehakiman atau kepolisian atau kepada orang yang terancam oleh kejahatan itu, dipidana jika kejahatan itu jadi dilakukan, dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. 2 Pidana tersebut diterapkan terhadap orang yang mengetahui bahwa sesuatu kejahatan berdasarkan ayat 1 telah dilakukan, dan telah membahayakan nyawa orang pada saat akibat masih dapat dicegah, dengan sengaja tidak memberitahukannya kepada pihak-pihak tersebut dalam ayat 1.” Unsur-unsur yang terkandung dalam Pasal 165 ayat 1 adalah sebagai berikut : 1. Unsur-unsur subjektif : a Dengan sengaja ; b Mengetahui tentang suatu maksud untuk melakukan salah satu kejahatan yang diatur dalam pasal 104, 106, 107, 108, 110-113, 115- 129, dan Pasal 131 KUHP, desersi dalam keadaan perang, pengkhianatan secara militer, pembunuhan dengan direncanakan terlebih dulu, penculikan atau pemerkosaan, salah satu kejahatan yang diatur dalam Bab VII KUHP, sejauh kejahatan itu menimbulkan bahaya bagi nyawa, salah satu kejahatan yang diatur dalam Pasal 224-228, 250 KUHP, dan salah satu kejahatan yang diatur dalam Pasal 264 dan Pasal 275 KUHP sejauh kejahatan itu berkenaan dengan surat-surat yang dimaksudkan untuk diedarkan ; 2. Unsur-unsur objektif : Tidak memberitahukan tentang hal tersebut pada waktunya dengan cukup kepada pejabat-pejabat kejaksaan atau kepolisian atau kepada orang yang terancam. Unsur-unsur yang terkandung dalam Pasal 165 ayat 2 adalah sebagai berikut : 1. Unsur-unsur subjektif : a Dengan sengaja ; b Mengetahui tentang telah dilakukannya sesuatu kejahatan yang disebutkan dalam ayat 1 ; 2. Unsur-unsur objektif : Tidak melakukan pemberitahuan yang sama, pada saat di mana akibat-akibatnya masih dapat dicegah. Perbedaan pasal 164 KUHP dengan 165 KUHP adalah bahwa dalam Pasal 164 KUHP, yang akan melakukan kejahatan adalah 2 dua orang atau lebih. Sedangkan dalam pasal 165 KUHP, yang akan melakukan kejahatan cukup 1 satu orang. Pasal ini memuat kewajiban untuk melaporkan kepada yang berwajib sebelum kejahatan itu dilakukan, juga kejadian yang sedang dan sesudah dilakukan, apabila dengan terjadinya kejahatan itu menimbulkan bahaya maut. Pasal 164 KUHP merumuskan pengetahuan pelaku telah ditentukan berupa pengetahuan pelakuk tentang adanya suatu permufakatan jahat atau samaenspannig, maka dalam rumusan Pasal 165 KUHP, pengetahuan pelaku itu telah ditentukan berupa pengetahuan pelaku tentang adanya maksud untuk melakukan kejahatan-kejahatan tertentu. Mengenai kata “maksud” atau voornemen dalam rumusan Pasal ini menurut Simons anatara lain : “Pasal ini berbicara tentang voornemen dan bukan tentang rencana yang dipikirkan ataupun yang disebut crime projecte dalam Pasal 103 Code Penal, sehingga pengertiannya menjadi lebih luas dari yang dimaksudkan dalam pasal ini, karena suatu voornemen sudah ada pada seseorang, sebelum orang itu memikirkan rencananya.” 79 79 Ibid., hlm. 571. Noyon dan Langemeijer berpendapat bahwa kata voornemen atau maksud dalam Pasal ini mempunyai arti yang tidak sama dengan kata niat, yang biasanya msih ada dalam hati seseorang. 80 c. Pasal 166 KUHP Pasal 166 KUHP mengatur tentang ketidakberlakuan Pasal 164 dan 165 KUHP bagi orang-orang tertentu, seperti bunyi pasal ini : “Ketentuan dalam Pasal 164 dan 165 tidak berlaku bagi orang yang dengan memberitahukan itu mungkin mendatangkan bahaya penuntutan pidana bagi diri sendiri, bagi seorang keluarganya sedarah atau semenda dalam garis lurus atau garis menyimpang derajat kedua atau ketiga, bagi suamiatau bekas suaminya, atau bagi orang lain yang jika dituntut, berhubung dengan jabatan atau pencariannya, dimungkinkan pembebasan menjadi saksi terhadap orang tersebut.” Pasal ini tidak berlaku bagi diri sendiri, keluarga, suami bekas suami, dan bagi orang lain yang jika dituntut berhubungan dengan jabatan atau pencariannya untuk menjadi saksi terhadap orang yang memberitahukan tersebut, sebab telah diatur dalam Pasal 274 dan Pasal 277 HIR tentang orang yang tidak dapat menjadi saksi atau hak undur diri dari kesaksian, karena akan mendatangkan bahaya penuntutan hukuman bagi dirinya. Orang-orang tersebut adalah : 1. Menurut Pasal 274 HIR a. Keluarga sedarah atau keluarga semenda dalam turunan ke atas atau ke bawah dari terdakwa atau dari salah seorang yang turut serta menjadi terdakwa ; b. Suami atau isteri dari terdakwa atau dari salah seorang yang turut menjadi terdakwa ; lagi pula saudara ibu atau saudara bapak baik laki- 80 Ibid., hlm. 572. laki maupun perempuan, juga yang karena perkawinan dan anak saudara laki-laki dan anak saudara perempuan ; c. Suami atau isteri dari terdakwa atau dari salah seorang yang turut menjadi terdakwa, walaupun telah bercerai. 2. Menurut Pasal 277 HIR Orang-orang yang diwajibkan menyimpan rahasia karena kedudukan, pekerjaan atau jabatannya, misalnya : a. Pendeta atau pastur yang harus menyimpan rahasia umat Kristen atau Katolik yang disampaikan kepadanya sebagai pengakuan dosa ; b. Notaris yang harus menyimpan rahasia langganannya yang sengaja diberitahukan kepadanya ; c. Dokter yang wajib menyimpan rahasia penyakit pasiennya, dan sebagainya.

9. Ketentuan Tindak Pidana Merusak Keamanan di Rumah Huisvrede-