Pengantar DISKRIPSI LOKASI PENELITIAN
77 untuk anak yang diikuti dengan Peraturan Daerah Sumatera Utara tentang
pelarangan bentuk pekerjaan terburuk untuk anak. KKSP juga membuat modul pelatihan bagi anak dan remaja untuk
mengkomunikasikan dan mengadvokasikan hak perlindungan anak dari kekerasan dan eksploitasi, melakukan penelitian, analisis, publikasi dan distribusi informasi
tentang Konvensi Hak Anak KHA dan kebijakan yang mengikutinya, implementasi KHA di Indonesia, situasi anak-anak yang memerlukan
perlindungan khusus dan juga model-model pendidikan dan perlindungan pada anak-anak yang telah dan sedang dilakukan oleh Yayasan KKSP.
Pak syamsul juga menambahkan, “Dalam program inklusi sosial KKSP, masalah anak jalanan terdapat beberapa aspek. Aspek yang pertama adalah
masalah penerimaan sosial. Permasalahan ini menyangkut kecendrungan – kecendrungan mendapat stigma dari masyarakat seperti sikap dan juga
pandangan negatif kepada anak jalanan, dilabel suka mencuri, narkoba, kemudian tidak punya aturan, dan kehidupan bebas. Jadi dengan situasi seperti
itu anak jalanan kecendrungan selalu di marginalkan, di pinggirkan, di singkirkan dan di jauhkan dari masyarakat. Padahal anak jalanan merupakan
bagian dari masyrakat. Aspek yang kedua itu adalah pelayanan publik, kalau aspek pelayanan
publik itu anak jalanan kesulitan untuk mendapatkan pelayanan warga negara yang dari pemerintah. Misalnya untuk akses pendidikan, kesehatan termaksud
juga untuk identitas hukum. Contoh kasusnya hampir semua anak jalanan tidak memiliki identitas diri. Hal ini mungkin didasari beberapa faktor seperti ketidak
mampuan orang tua mengurus akte kelahiran atau bahkan dari sebagian anak
78 jalanan tidak mengetahui siapa orang tua mereka, ada juga anak jalanan itu
dilahirkan dari hubungan gelap akibat pergaulan bebas, silsilah keluarga mereka tidak jelas. Di tambah lagi tidak ada oarang atau pihak – pihak yang membantu
mereka untuk mendapatkan pelayan tersebut. Karena sistem pelayanan pemerintah inikan basisnya adalah KTP atau kartu keluarga. Sedangkan anak
jalanan tidak punya akte kelahiran dan identitas diri maka hampir seluruh anak jalanan tidak bisa merasakan pelayanan-pelayanan yang diberikn pemerintah,
misalhnya seperti sekolah gratis dan kesehatan gratis. Karena ketika mereka tidak mendapatkan pelayanan identitas maka hal ini berdampak pada pelayanan
– pelayanan lainnya seperti contoh yang disebutkn tadi. Aspek yang ketiga adalah kebijakan. Utnuk kebijakan khusus di kota
Medan itu ada namanya Peraturan Daerah Kota Medan No. 6 Tahun 2003 tentang larangan pengemisan, gelandangan dan tindak asusila. Jadi ini juga
salah kebijakan yang deskriminatif. Dimana kecendrungan anak-anak jalanan di razia ditangkap. Artinya dalam posisi razia dan di tangkap inikan tidak ada
penanganan yang lebih. Baiklah kalau ini yang disebut dari penanganan dan penyelamatan anak jalanan tidak masalah. Tapi harus jelas progrm – program
mereka lakukan untuk hal ini tetapi fakta dilapangan bahwa setelah mereka ditangkap dibiarkan saja bahkan ada yang mendapatkan tindakan kekerasan oleh
anak jalanan. Dan setelah mereka tertangkap dirazia satu hari dua hari mereka di lepaskan kembali berartikan itu sama aja. Kecuali setelah mereka di tangkap
mereka melakukan kegiatan sesuai program pemerintah. Tapi nyata nya dilapngan tidak seperti itu. Hanya sekedar tangkap tahan dan lepaskan. Artinya
kan sama aja ini bukan menjadi satu jalan keluar yang tepat.”