Berdasarkan Ciri-ciri Fisik dan Psikis

39 Menurut Departemen Sosial RI 2001: 24, indikator anak jalanan menurut aktivitas yang dilakukan oleh anak jalanan adalah antara lain memiliki aktivitas: menyemir sepatu, mengasong, menjadi calo, menjajakan koran atau majalah, mengelap mobil, mencuci kendaraan, menjadi pemulung, pengamen, menjadi kuli angkut, menyewakan payung, menjadi penghubung atau penjual jasa. Menurut Departemen Sosial RI 2002: 13-15, aktivitas yang dilakukan anak jalanan di jalanan di antaranya adalah bekerja baik itu mengamen, mengemis, memulung, menjual koran, mengasong, mencuci bus, menyemir sepatu, menjadi calo dan menggelandang. Selain itu Badan Kesejahteraan Sosial Nasional 2000: 61-62 menyebutkan bahwa beberapa aktivitas yang dilakukan oleh anak jalanan adalah bekerja sebagai pengamen, pemulung, pengemis, penjual koran, pengasong, pencuci bus, penyemis, maupun calo dan menggelandang. Dari berbagai sumber di atas, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa macam aktivitas anak yang dilakukan di jalanan di antaranya adalah untuk bekerja maupun sekedar menggelandang. Aktivitas bekerja anak jalanan di antaranya adalah menyemir sepatu, mengasong, menjadi calo, menjajakan koran atau majalah, mengelap mobil, mencuci kendaraan, menjadi pemulung, pengamen, menjadi kuli angkut, menyewakan payung dan menjadi penghubung atau penjual jasa.

2.5.4 Masalah yang Dihadapi Anak Jalanan

Ada lima sumber masalah anak jalanan menurut Moeliono dan Dananto 2004, yakni: 1. Anak Jalanan dengan Anak Jalanan Kesan yang dimunculkan oleh anak jalanan high risk sebagai sosok yang 40 bebas, tidak dikontrol orang tua, tidak wajib setor uang, bebas jajan, merokok, bergaya hidup santai sering menjadi daya tarik sendiri bagi anak jalanan Vulnerable untuk mengikuti jejak anak jalanan high risk.Kekerasan antar anak jalanan juga sering terjadi dalam berbagai bentuk seperti perkelahian, penggunaan senjata tajam, pengeroyokan, pengompasan atau pemerasan, intimidasi psikis dan bahkan seksual. Akibat kekerasan terwujud dalam trauma psikis dan lingkaran setan kekerasan. 2. Anak Jalanan dengan Orang Tua Kemiskinan sering dituding sebagai biang keterlibatan anak dalam ekonomi keluarga. Dengan dalih kemiskinan anak diperlakukan secara salah dengan dipaksa bekerja untuk membantu ekonomi orang tua. 3. Anak Jalanan dengan Masyarakat Masyarakat cenderung memberi stigma buruk pada anak jalanan. Anak jalanan dianggap sebagai pengganggu kenyamanan lingkungan, pelaku kriminalitas dan kekerasan. 4. Anak Jalanan dengan LSM Pendamping Anak Jalanan Terkadang terjadi persaingan antar LSM, sehingga untuk menarik perhatian anak, LSM memberikan iming-iming, janji-janji atau bingkisan dan uang saku. Anak jalanan tiba-tiba merasa jadi idola yang diperebutkan, bahkan menuduh LSM ”menjual kemiskinan anak jalanan”. 5. Anak Jalanan dengan Negara Negara berkewajiban menjamin hak asasi anak. Tiga persoalan besar yang