Ruang Lingkup Penelitian Defenisi Konsep dan Ruang Lingkup Penelitian

4 Mereka turun kejalanan karena faktor ekonomi keluarga dan broken home. Mereka memlilih tinggal di jalanan agar mereka bisa bebas menentukan pilihan hidup mereka dan terhindar dari persoalan-persoalan yang terjadi keluarganya. Tetapi ada beberapa anak yang pulang kerumah satu minggu sekali dan mereka menganggap beraktifitas dijalananan merupakan pekerjaan bagi mereka. Untuk anak-anak yang beresiko tinggi hight risk hampir semua dari mereka tidak lagi bersekolah, tetapi untuk anak-anak yang pulang kerumah hampir rata-rata mereka masih bersekolah. Keberadaan anak jalanan diabaikan dan tidak dianggap ada oleh sebagian besar masyarakat, terutama masyarakat awam. Anak jalanan merupakan bagian dari masyarakat yang termarginalisasi oleh lingkungannya. Padahal anak jalanan mempunyai hak yang sama dengan anak yang lain. Hanya saja keberadaan anak jalanan dianggap sebagai pengganggu ketertiban umum oleh masyarakat dan tidak sedikit yang menyebutkan mereka sebagai sampah masyarakat. Anak jalanan, dipercaya semakin tahun semakin meningkat jumlahnya. Anak jalanan sudah lama menyita perhatian penentu kebijakan di Departemen Sosial dan Pemerintahan Daerah di kota-kota besar. Melihat persoalan ini, Kelompok Kerja Sosial Perkotaan KKSP yang lebih dari 20 tahun bergelut dengan persoalan anak jalanan, mencoba untuk melakukan pendekatan lain dalam penanganan anak jalanan. Mereka menamakannya sebagai inklusi sosial anak jalanan KKSP, 2015. Di Indonesia, diperkirakan jumlah anak terlantar sekitar 3,5 juta jiwa. ini pun terbatas pada kelompok anak-anak yang yatim piatu dimana dari jumlah itu pun sedikit. Di antara mereka yang terjangkau pelayanan sosial Irwanto, dkk 1998 : 98. 5 Di tahun 2015 ini, bisa dipastikan jumlah anak terlantar yang ada akan semakin bertambah lagi karena semenjak situasi krisis mulai merambah ke berbagai wilayah, maka sejak itu pula kesempatan anak-anak untuk tumbuh kembang secara wajar seringkali menjadi terganggu. Padahal mereka seharusnya mendapatkan atau pemenuhan kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan makanan dengan gizi yang cukup, pemeliharaan kesehatan, pakaian, curahan kasih sayang, perlindungan, bimbingan dan pendidikan karena si anak harus mendapat perhatian khusus dan diberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar, baik secara jasmani, rohani maupun sosialnya. Seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar Pasal 34 UUD 1945 bahwa ”Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara”. Maka seharusnya Negara beranggung jawab dalam menangani hal ini. Hal yang seharusnya terlihat dalam kinerja pemerintah dalam menangani masalah anak jalanan ini yakni adanya keseriusan dalam menjalankan program-programnya. Upaya pengembangan dan peningkatan kualitas generasi bangsa termasuk didalamnya anak jalanan tidak dapat dilepaskan dari upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan khususnya anak yang diwarnai dengan upaya pendalaman dibidang pendidikan, kesehatan, keagamaan, budaya yang mampu meningkatkan kreativitas keimanan, intelektualitas, disiplin, etos kerja dan keterampilan kerja. Penanganan secara global, masalah anak jalanan masih saja menyisakan pekerjaan rumah untuk pemerintah daerah. Sejauh ini permasalahan anak jalanan ibarat bom waktu yang setiap saat bisa saja meledak. Berdasarkan Undang- Undang tentang Kesejahteraan Anak UU No. 41979 yang ditetapkan jauh