Pengertian Proses Remaja DISKRIPSI LOKASI PENELITIAN

16 perbedaan. Setiap warga masyarakat inklusi, baik yang memiliki perbedaan pada umumnya maupun yang memiliki perbedaan khusus yang sangat menonjol, punya tanggung jawab lewat perannya masing-masing dalam mengupayakan kemudahan, agar setiap warga masyarakat secara inklusif dapat memenuhi kebutuhannya, melaksanakan kewajibannya dan mendapatkan haknya terhadap semua bidang kehidupan bermasyarakat dan berbangsa DAKSA Foundation, 2015 Definisi Inklusi Sosial INKLUSI = TERBUKA Pengertian inklusi digunakan sebagai sebuah pendekatan untuk membangun dan mengembangkan sebuah lingkungan yang semakin terbuka; mengajak masuk dan mengikutsertakan semua orang dengan berbagai perbedaan latar belakang, karakteristik, kemampuan, status, kondisi, etnik, budaya dan lainnya Lingkungan inklusi adalah lingkungan sosial masyarakat yang terbuka, ramah, meniadakan hambatan dan menyenangkan karena setiap warga masyarakat tanpa terkecuali saling menghargai dan merangkul setiap perbedaan Bagan Inklusi Sosial Sumber: Oleh Muhammad Jailani, S.Sos, MA 17

2.2.1 Bentuk –Bentuk Inklusi Sosial

Berdasarkan program peduli dibawah koordinasi Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Kemenko PMK yang menggunakan pendekatan “Inklusi Sosial” sebagai usaha untuk memberdayakan masyarakat marjinal, meningkatkan kesejahteraan dan memberantas kemiskinan. Dalam mewujudkan Nawa Cita Kabinet Kerja Periode 2015-2019, Kemenko PMK mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi; sinkronisasi dan pengendalian urusan kementerian dalam penyelenggaraan pemerintahan pusat di bidang pembangunan manusia dan kebudayaan dengan lima fokus area: i Jaminan kebutuhan dan pelayanan dasar; ii Pembangunan manusia berkarakter; iii Selaras data; iv Pemberdayaan masyarakat dan v Pembangunan desa semesta. Program peduli ini merupakan pemberdayaan masyarakat yang bermitra dengan lembaga masyarakat sipil untuk menjangkau penerima manfaat yang selama ini mengalami eksklusi dari program pemerintah yang disebabkan diskriminasi dan prasangka. Pada tahap pertama, program ini bernama PNPM Peduli dan difasilitasi selama 2011-2014 oleh PNPM Support Facility PSF –World Bank. Pada Maret 2014, The Asia Foundation ditetapkan sebagai Managing Partner dalam Program Peduli Fase II, dengan dana dari DFAT-Australian Aid. Pada Program Peduli fase II ini, kegiatan lebih difokuskan untuk meningkatkan inklusi sosial dan ekonomi dalam pembangunan Indonesia, dengan meningkatkan akses pelayanan hak dasar dan penerimaan sosial bagi mereka yang termarginalkan. Enam sasaran kelompok penerima manfaat Program Peduli meliputi: 18 1. Anak dan Remaja Rentan khususnya anak jalanan 2. Masyarakat Adat Terpencil, 3. Kelompok Agama Minoritas dan Kepercayaan Lokal, 4. Korban Pelanggaran HAM 5. Orang dengan Disabilitas, dan 6. Kaum Waria. Selain The Asia Foundation, terdapat 7 tujuh organisasi pelaksana: Yayasan Samin, LPKP, PKBI, IKA, Kemitraan, Lakpesdam NU dan Satunama. Program Peduli bekerjasama dengan 72 LSM lokal di 84 kabupatenkota di 26 propinsi. Adapun bentuk – bentuk inklusi sosial yaitu: 1. Keberadaannya diakui oleh negara Pemerintah dan Masyarakat. a. Pengakuan Recognition antara lain melalui upaya-upaya: b. Anak jalanan harus didorong memiliki KTP dan tidak ada diskriminasi untuk pembuatan KTP. c. Semua warga, khususnya kelompok penerima manfaat berhak mendapatkan akte kelahiran yang dikeluarkan pemerintah daerah setempat d. Pemerintah daerah menyusun peraturan daerah, atau perbupperwali untuk mengakui keberadaan kelompok penerima manfaat itu dan sama hak serta kewajibannya dengan yang lain. e. Negara khususnya pemerintakelompok penerima manfaat mengeluarkan Kebijakan untuk pengakuan atas keberadaan tersebut 19 2. Hak – hak dasarnya dihormati Respecting Basic Right a. Pemenuhan Hak Dasar masyarakat yang diambil dari Piagam Hak Asasi Manusia TAP MPR No. XVIIMPR1998 Tentang Hak Asasi Manusia harus dijamin oleh semua pihak untuk dapat dipenuhi untuk kelompok penerima manfaat tersebut. b. Pembukaan akses bagi kelompok penerima manfaat pada fasilitas umum administrasi, kesehatan, pendidikan, keamanan, ekonomi dan sosial budaya dan berbagai bantuan Pemerintah dan Pemerintah daerah terkait. c. Penjaminan dari pemerintah agar kelompok penerima manfaat terlibat dan berpartisipasi aktif dalam Implementasi UU Desa 3. Didorong untuk membangun kemitraan dengan kelompok masyarakat Building Mutual Partnership, antara lain a. Meningkatkan ketrampilan untuk hidup sustainable livelihood b. Mengembangkan kegiatan produktif yang berbasis pemanfaatan potensi lokal c. Mengembangkan kegiatan berbasis pendayagunaan kearifan lokal d. Membangun kemitraan yang saling menguntungkan dengan semua pihak 4. Dipandang sebagai saudara sebangsa dan setanah air a. Integrasi Sosial Tidak ada lagi pemberian stigma sosial negatif kepada semua kelompok sosial. b. Membangun “Masyarakat yang saling asah, saling asuh dan saling asih” tanpa mempersoalkan perbedaan dalam agama, keyakinan, 20 kepercayaan, status sosial, etnis, ras, ciri fisik, keragaman sosial budaya. c. Membangun semangat gotong-royong, kerelawanan sosial dan kewira- usahaan sosial social entrepreneurships

2.3 Anak

Anak merupakan insan pribadi yang memiliki dimensi khusus dalam kehidupannya. Dimana selain tumbuh kembangnya memerlukan bantuan orangtua, faktor lingkungan juga memiliki peranan yang sangat penting dalam mempengaruhi kepribadian anak ketika menyongsong fase kedewasaanya kelak. Anak adalah sosok yang memikul tanggung jawab dimasa yang akan datang, sehingga tidak berlenihan jika negara memberikan suatu perlindungan bagi anak- anak dari perlakuan-perlakuan yang dapat menghancurkan masa depannya Witanto, 2012:4-6 Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum pernah menikah UU Nomor 4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan anak. Anak merupakan generasi penerus cita-cita bangsa yang dipersiapkan untuk dapat menggantikan para pendahulunya. Oleh sebab itu, agar setiap anak mampu memikul tanggung jawab tersebut, maka perlu mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar, baik secara jasmani, rohani maupun sosial. Sedangkan dalam Konvensi Hak Anak, anak adalah setiap manusia yang dibawah 18 tahun, kecuali berdasarkan Undang-Undang yang berlaku bagi anak yang ditentukan bahwa usia dewasa telah mencapai lebiha awal KHA, pasal 1 21 KHA CLUSTER II DEFINISI ANAK DAN PASAL-PASAL TERKAIT KHA Pasal 28 Batasan usia wajib belajar gratis KHA, Pasal 37.a Tidak boleh ada hukuman mati atau hukuman seumur hidup KHA, Pasal 37.a Tidak boleh ada hukuman mati atau hukuman seumur hidup Pasal 1: Setiap orang yang berusia dibawah 18 th, kecuali berdasarkan undang-undang yang berlaku, bagi anak ditentukan bahwa usia dewasa dicapai lebih awal. Pasal 38 Tak boleh ada rekrutmen. Angkatan Bersenjata atau terlibat dalam permusuhan di bawah usia 15 thn Pasal 40.3 a Usia minimum anak dianggap tidak memiliki kapasitas pelanggaran hukum pidana. Isi Pasal yang Terkait : 1. KHA Pasal 28 a. Negara-negara Pihak mengakui hak anak atas pendidikan dan dengan tujuan mencapai hak ini secara progresif dan berdasarkan kesempatan yang sama, mereka harus, terutama: a Membuat pendidikan dasar diwajibkan dan terbbuka bagi semua anak; b Mendorong perkembangan bentuk-bentuk pendidikan menengah yang berbeda- beda, termasuk pendidikan umum dan pendidikan kejuruan, membuat pendidikan-pendidikan tersebut tersedia dan dapat dimasuki oleh setiap 22 anak dan mengambil langkah-langkah yang tepat seperti memperkenalkan pendidikan cuma-cuma dan menawarkan bantuan keuangan jika dibutuhkan; c Membuat pendidikan yang lebih tinggi dapat dimasuki oleh semua anak berdasarkan kemampuan dengan setiap sarana yang tepat; d Membuat informasi pendidikan dan kejuruan dan bimbingan tersedia dan dapat dimasuki oleh semua anak; e Mengambil langkah untuk mendorong kehadiran yang tetap di sekolah dan penurunan angka putus sekolah. b. Negara-negara Pihak harus mengambil semua langkah yang tepat untuk menjamin bahwa disiplin sekolah dilaksanakan dalam cara yang sesuai dengan martabat manusia si anak dan sesuai dengan Konvensi ini. c. Negara-negara Pihak harus meningkatkan dan mendorong kerja sama internasional dalam masalah-masalah yang berkaitan dengan pendidikan, terutama dengan tujuanmengarah pada penghapusan kebodohan dan buta aksara di seluruh penjuru dunia dan memberikan fasilitas akses keilmu pengetahuan dan pengetahuan teknik dan metode- metode mengajar modern. Dalam hal ini, perhatian khusus harus diberikan pada kebutuhan-kebutuhan negara-negara sedang berkembang. Pasal 29 1. Negara-negara Pihak bersepakat bahwa pendidikan anak harus. 2. KHA Pasal 32 a. Negara-negara Pihak mengakui hak anak untuk dilindungi dari eksploitasi ekonomi dan dari melakukan setiap pekerjaan yang mungkin berbahaya atau mengganggu pendidikan si anak atau membahayakan 23 kesehatan si anak atau pengembangan fisik, mental, spiritual, moral dan sosialnya b. Negara-negara Pihak harus mengambil langkah-langkah legislatif, administratif, sosial dan pendidikan untuk menjamin pelaksanaan pasal ini. Untuk tujuan ini dan dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan yang relevan dari instrumen-instrumen internasional yang lain, maka Negara-negara Pihak harus terutama: a Menentukan umur minimum atau umur-umur minimum untuk izin bekerja; b Menetapkan peraturan yang tepat mengenai jam-jam kerja dan syarat-syarat perburuhan; c Menentukan hukuman-hukuman atau sanksi-sanksi lain yang tepat untuk menjamin pelaksanaan pasal ini yang efektif. 3. KHA Pasal 37 a Negara-negara Pihak harus menjamin bahwa: a Tidak seorang anak pun dapat dijadikan sasaran penganiayaan atau perlakuan kejam yang lain, tidak manusiawi atau hukuman yang menghinakan. Baik hukuman mati atau pemenjaraan seumur hidup tanpa kemungkinan pembebasan, tidak dapat dikenakan untuk pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh orang- orang di bawah umur delapan belas tahun 4. KHA Pasal 38 a. Negara-negara Pihak berusaha menghormati dan menjamin penghormatan terhadap peraturan-peraturan hukum humaniter internasional yang dapat berlaku bagi mereka dalam konflik bersenjata yang relevan bagi anak itu. 24 b. Negara-negara Pihak harus mengambil semua langkah yang tepat untuk menjamin bahwa orang-orang yang belum mencapai umur lima belas tahun tidak mengambil suatu bagian langsung dalam permusuhan. c. Negara-negara Pihak harus mengekang diri agar tidak menerima siapa pun yang belum mencapai umur lima belas tahun ke dalam angkatan bersenjata mereka. Dalam menerima di antara orang-orang tersebut, yang telah mencapai umur lima belas tahun tetapi belum mencapai umur delapan belas tahun maka Negara-negara Pihak harus berusaha memberikan prioritas kepada mereka yang tertua. Sesuai dengan kewajiban-kewajiban mereka menurut hukum humaniter internasional untuk melindungi penduduk sipil dalam konflik bersenjata, maka Negara-negara Pihak harus mengambil semua langkah yang tepat untuk menjamin perlindungan dan pengasuhan anak-anak yang dipengaruhi oleh suatu konflik bersenjata. 5. KHA Pasal 40.3a a. Negara-negara Pihak harus berusaha meningkatkan pembuatan undang- undang, prosedur-prosedur, para penguasa dan lembaga-lembaga yang berlaku secara khusus pada anak-anak yang dinyatakan sebagai, dituduh atau diakui melanggar hukum pidana, terutama: a Pembentukan umur minimum, di mana di bawah umur itu anak-anak dianggap tidak mempunyai kemampuan untuk melanggar hukum pidana 25

2.3.1. Prinsip Dasar Hak Anak

Menurut Konvensi Hak Anak Tahun 1989 memuat 4 empat hak-hak dasar prinsip anak, yaitu: 1. Hak hidup. Hak untuk hidup akan menjamin anak untuk terbebas dari berbagai bentuk kekerasan, baik yang dilakukan dari pihak keluarga maupun orang dewasa di sekitarnya. 2. Hak kelangsungan hiduptumbuh dan berkembang. Hak tumbuh kembang mencakup perkembangan fisik, perkembangan mental, perkembangan sosial, perkembangan moran dan spiritual serta perkembangan secara budaya 3. Kepentingan terbaik anak. Kepentingan terbaik anak menyangkut prioritas, misalnya dalam proses adopsi dan orang tua mengalami perceraian 4. Hak partisipasimengemukakan pendapat. Hak partisipasi adalah hak anak untuk di dengar dan ikut mengambil keputusan. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan dalam bagan sebagai berikut: Pendidikan Bersama Keluarga Kesehatan Dilindungi Dihargai Pendapatnya H A K A N A K 26

2.4. Remaja

Dalam Konvensi Hak Anak, anak adalah setiap manusia yang dibawah 18 tahun, kecuali berdasarkan Undang-Undang yang berlaku bagi anak yang ditentukan bahwa usia dewasa telah mencapai lebiha awal KHA, pasal 1. Berdasarkan tersebut usia 18 tahun sudah dapat dikatakan remaja, karena katagori remaja adalah tahap kehidupan seseorang yang berumur belasan tahun. Seperti yang dikemukakan oleh Papalia dan Olds dalam Jahja, 2011: 220, masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang pada umumnya di mulai pada usia 112 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awa dua puluh tahun. Mappiare 1982, juga menjelaskan bahwa masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat di bagi menjadi dua bagian, yaotu usia 1213 tahun 1718 tahun sampai dengan 2122 tahun adalah remaja akhir Mappiare, dalam Ali, 2004:18 Perkembangan lebih lanjut, istilah adolescense sesungguhnya memiliki arti yang luas yang mencakup kematangan mental,emosional, sosial dan fisik. Remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintergerasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada ditingkat orang yang lebih tua melainkan merasakan hal yang sama, atau paling tidak sejajar Hurlock, dalam Ali, 2004:22. Sedangkan menurut Anna Freud 1990, berpendapat bahwa pada masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual dan juga terjadi perubahan 27 dalam hubungan dengan orang tua dan cita-cita mereka, dimana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan Freud, dalam Jahja, 2011:220 Remaja adolescene diartikan sebagai masa perkembangan transisi anatara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-ekonomi. Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah 12 hingga 21 tahun Santrock, 2003:26 Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan remaja adalah proses tahapan berkembang individu dari fase anak ke fase dewasa yang berusia belasan tahun diamana telah terjadi perubahan yang mencakup perkembangan psikoseksual atau biologis, kematangan fisik dan mental, emosional, pola berpikir serta hubungan-hubungan dengan orang lain. Maka dapat dikatakan anak jalanan yang berada di jalanan itu dalam fase anak-anak dan remaja. Pada fase ini anak- anak jalanan yang umumnya adalah anak-anak dan remaja kebutuhan hak-hak mereka tidak terpenuhi. Mereka harus melakukan kegiatan layaknya orang-orang dewasa seperti mereka harus bekerja, sehingga mempengaruhi pola pikir mereka berbeda seperti layaknya anak seusia mereka. Selain itu dimasa remaja ini perkembangan biologis dan psikoseksual mereka mulai terjadi kematangan, sehingga tidak jarang remaja-remaja hidup di jalanan ini mengalami eksploitasi seksual, dijual, dijadikan pekerja seks komersial PSK dan bahkan banyak di antara mereka hamil di luar nikah. 28

2.5. Anak Jalanan

Menurut Rooestin Ilyas 2004: 324, Anak jalanan adalah anak mereka bukan bermain-main dijalanan tetapi mereka hidup dari situ. UNICEF memberikan batasan tentang anak jalanan, yaitu : “Street child are those who have abandoned their homes, school and immediate communities before they are sixteen years of age, and have drifted into a nomadic street life” anak jalanan merupakan anak-anak berumur dibawah 16 tahun yang sudah melepaskan diri dari keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat terdekatnya, larut dalam kehidupan yang berpindah-pindah di jalan raya H.A Soedijar, 1988 : 16. Secara umum anak jalanan adalah perempuan dan laki-laki yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bekerja atau hidup di jalanan atau tempat-tempat umum, seperti pasar, mall, terminal bis, stasiun kereta api dan taman kota Suharto, 2008 :231 Anak jalanan merupakan anak yang tersisih, marginal dan terealisasi dari perlakuan kasih sayang karena kebanyakan dalam usia yang relatif sedini mungkinsudah harusberhadapan dengan lingkuangan kota yang keras dan bahkan sangat tidak bersahabat. Di berbagai sudut kota, sering terjadi anak jalanan harus bertahan hidup dengan cara-cara yang secara sosial kurang dan bahkan tidak di terima dimasyarakat umum, hal itu yang mereka lakukan sebenarnya dengan terpaksa karena ingin membantu orang tua dan menghilangkan rasa lapar. Mereka juga dianggap sebagai pengganggu ketertiban Suyanto, 2010:185 Anak jalanan melakukan aktivitas tertentu di jalanan yang bertujuan untuk mempertahankan hidup. Beberapa aktivitas yang dilakukan anak jalanan antara 29 lain adalah membangun solidaritas, melakukan kegiatan ekonomi, memanfaatkan barang bekassisa, melakukan tindakan kriminal dan melakukan kegiatan yang rentan terhadapat ekploitasi seksual Sallahudin, 2000 : 20-27

2.5.1 Faktor-Faktor yang Menyebabkan Anak Menjadi Anak Jalanan

Departemen Sosial 2001: 25-26 menyebutkan bahwa penyebab keberadaan anak jalanan ada 3 macam, yakni faktor pada tingkat mikro immediate causes, faktor pada tingkat messo underlying causes dan faktor pada tingkat makro basic causes.

1. Tingkat Mikro

Immediate Causes Faktor pada tingkat mikro ini yaitu faktor yang berhubungan dengan anak dan keluarganya, yaitu: a. Lari dari keluarga, disuruh bekerja baik karena masih sekolah atau sudah putus, berpetualangan, bermain-main atau diajak teman. b. Sebab dari keluarga adalah terlantar, ketidakmampuan orang tua menyediakan kebutuhan dasar, ditolak orang tua, salah perawatan atau kekerasan di rumah, kesulitan berhubungan dengan keluarga atau tetangga, terpisah dengan orang tua, sikap-sikap yang salah terhadap anak, keterbatasan merawat anak yang mengakibatkan anak menghadapi masalah fisik, psikologis dan sosial. Hal ini dipengaruhi pula oleh meningkatnya masalah keluarga yang disebabkan oleh kemiskinan pengangguran, perceraian, kawin muda, maupun kekerasan dalam keluarga. 30 c. Melemahnya keluarga besar, dimana keluarga besar tidak mampu lagi membantu terhadap keluarga-keluarga inti, hal ini diakibatkan oleh pergeseran nilai, kondisi ekonomi dan kebijakan pembangunan pemerintah. d. Kesenjangan komunikasi antara orang tua dan anak, dimana orang tua sudah tidak mampu lagi memahami kondisi serta harapan anak-anak, telah menyebabkan anak-anak mencari kebebasan. Selain itu Odi Shalahudin 2004:71 menyebutkan pula faktor-faktor yang disebabkan oleh keluarga, yakni: a. Keluarga miskin b. Perceraian dan kehilangan orang tua c. Kekerasan keluarga d. Keterbatasan ruang dalam rumah e. Eksploitasi ekonomi f. Keluarga homeless

2. Tingkat Messo

Underlying Causes Faktor-faktor penyebab munculnya anak jalanan pada faktor ini adalah faktor masyarakat, yaitu: a. Pada masyarakat miskin, anak-anak adalah aset untuk membantu peningkatan pendapatan keluarga, anak-anak diajarkan bekerja yang menyebabkan drop out dari sekolah. b. Pada masyarakat lain, urbanisasi menjadi menjadi kebiasaan dan anak- anak mengikuti kebiasaan itu. c. Penolakan masyarakat dan anggapan anak jalanan sebagai calon kriminal. 31 Selain itu, Odi Shalahudin 2004:71 juga memaparkan faktor lingkungan munculnya anak jalanan yang bisa dikategorikan dalam faktor pada tingkat messo yakni sebagai berikut: a. Ikut-ikutan teman b. Bermasalah dengan tetangga atau komunitas c. Ketidakpedulian atau toleransi lingkungan terhadap keberadaan anak jalanan

3. Tingkat Makro

Basic Causes Faktor-faktor penyebab munculnya anak jalanan pada tingkat makro yaitu faktor yang berhubungan dengan struktur makro. Departemen Sosial RI 2001: 25-26 menjelaskan bahwa pada tingkat makro struktur masyarakat, sebab yang dapat diidentifikasi adalah: a. Ekonomi, adalah adanya peluang pekerjaan sektor informal yang tidak terlalu membutuhkan modal keahlian, mereka harus lama di jalanan dan meninggalkan bangku sekolah, ketimpangan desa dan kota yang mendorong urbanisasi. Migrasi dari desa ke kota mencari kerja, yang diakibatkan kesenjangan pembangunan desakota, kemudahan transportasi dan ajakan kerabat, membuat banyak keluarga dari desa pindah ke kota dan sebagian dari mereka terlantar, hal ini mengakibatkan anak-anak mereka terlempar ke jalanan. b. Penggusuran dan pengusiran keluarga miskin dari tanahrumah mereka dengan alasan “demi pembangunan”, mereka semakin tidak berdaya dengan kebijakan ekonomi makro pemerintah yang lebih memguntungkan segelintir orang. 32 c. Pendidikan, adalah biaya sekolah yang tinggi, perilaku guru yang diskriminatif dan ketentuan-ketentuan teknis dan birokratis yang mengalahkan kesempatan belajar. Meningkatnya angka anak putus sekolah karena alasan ekonomi, telah mendorong sebagian anak untuk menjadi pencari kerja dan jalanan mereka jadikan salah satu tempat untuk mendapatkan uang. d. Belum beragamnya unsur-unsur pemerintah memandang anak jalanan antara sebagai kelompok yang memerlukan perawatan pendekatan kesejahteraan dan pendekatan yang menganggap anak jalanan sebagai trouble maker atau pembuat masalah security approach pendekatan keamanan. e. Adanya kesenjangan sistem jaring pengamanan sosial sehingga jaring pengamanan sosial tidak ada ketika keluarga dan anak menghadapi kesulitan. f. Pembangunan telah mengorbankan ruang bermain bagi anak lapangan, taman, dan lahan-lahan kosong. Dampaknya sangat terasa pada daerah- daerah kumuh perkotaan, dimana anak-anak menjadikan jalanan sebagai ajang bermain dan bekerja.

2.5.2 Karakteristik Anak Jalanan 1.